KIMIA ANALITIK I
oleh :
TIM KIMIA ANALITIK I
PERCOBAAN I
REAKSI IDENTIFIKASI KATION DAN ANION
1. Pendahuluan
Reaksi identifikasi kation atau anion biasanya didasarkan pada reaksi-reaksi
pembentukan senyawa sukar larut (pengendapan) atau pembentukan kompleks dengan pereaksi
tertentu yang menghasilkan senyawa dengan warna yang spesifik,Lebih lanjut endapan bisa
diteliti sifat kelarutannya karena penambahan asam,atau ligan pengompleks,Selain itu juga
sering digunakan reaksi yang menghasilkan gas tertentu, yang bisa diidentifikasi lebih lanjut
melalui reaksi lain,atau dari baunya.Kombinasi beberapa reaksi yang spesifik,bisa mengarah
pada adanya kandungan kation atau anion tertentu dalam sampel.
Dalam hal sampel campuran,maka biasanya diperlukan langkah pendahuluan untuk
memisahkan kation atau anion yang ada dalam sample dengan pengendapan bertingkat.Hasil
pengendapan bertingkat kemudian diidentifikasi lebih lanjut dengan reaksi-reaksi spesifik yang
menghasilkan endapan berwarna atau senyawa kompleks berwarna yang khas untuk ion
tersebut.Reaksi dapat berlangsung secara selektif,tidak terganggu oleh adanya kation atau anion
yang ada bersama-sama di dalam sampel.
Spot test yang dgunakan untuk uji kualitatif adanya satu kation atau anion dalam
sampel,sangat tergantung pada adanya pereaksi selektif untuk satu kation atau anion.
Biasanya,Spot test tidak memerlukan pekerjaan pendahuluan untuk memisahkan kation yang
akan diindentifikasi.
2. Cara Kerja
Perhatian : Untuk efisiensi pemakaian larutan uji,maka untuk tiap pengujian cukup
digunakan 0,5-1 ml larutan saja
1.1 Reaksi Identifikasi Kation
1.Merkuro (Hg22+ )
Dipakai larutan Hg2(NO3)2
a. Tambahkan larutan alkali karbonat,maka akan terjadi endapan putih dari merkuro
karbonat.Endapan ini kemudian berubah menjadi abu-abu disebabkan oleh terbentuknya
HgO dan Hg
.
b. Tambahkan larutan alkali hidroksida maka akan terjadi endapan hitam dari merkuro
hidroksida.
2.Timbal (Pb 2+)
Dipakai larutan Pb(NO3)2
a. Tambahkan larutan asam klorida atau garam klorida,maka akan terbentuk endapan putih
timbal klorida. Endapan ini sukar larut dalam air dingin ,tetapi larut dalam air panas.
b. Tambahkan larutan kalium iodida,maka akan terjadi endapan kuning timbal iodida.panaskan
dan amati apa yang terjadi.
3. Merkuri (Hg2+)
Dipakai larutan HgCl2
a. Tambahkan H2S, maka mula-mula akan terjadi endapan putih,kuning,coklat dan akhirnya
menjadi hitam.
b. Tambahkan alkali hidroksida,maka akan terjadi endapan kuning dari merkuri hidroksida.
4. Kupri (Cu2+)
Dipakai larutan CuSO4
a. Tambahkan larutan alkali hidroksida,maka akan terjadi endapan biru dari kupri
hidroksida.Jika dipanasi maka endapan berubah menjadi hitam dari kupri oksida.
b. Tambahkan larutan kalium iodide,maka akan terjadi endapan putih kupri iodide, tetapi
larutan berwarna agak kuning disebabkan oleh 2 yang dibebaskan.
5. Stanno (Sn2+)
Dipakai larutan SnCl2
a. Tambahkan larutan kalium hidroksida,maka akan terjadi endapan putih stanno
hidroksida.Endapan ini dapat larut dalam KOH berlebihan
b. Tambahkan larutan ammonia dan kalium karbonat,maka akan terbentuk endapan putih dari
stanno hidroksida,yang tidak larut dalam keadaan berlebihan.
6. Alumunium (Al3+)
Dipakai larutan AlCl3
a. Tambahkan larutan ammonia,maka akan terbentuk alumunium hidroksida yang berupa
koloid
b. Tambahkan kalium asetat dan panaskan,maka akan terbentuk endapan putih dari basa
alumunium asetat.
7. Krom (Cr3+)
Dipakai larutan Cr2(SO4)3
a. Tambahkan larutan ammonia,maka akan terjadi endapan abu-abu dari Cr(OH) 3 Endapan ini
dapat larutan dalam ammonia yang berlebihan dan warna larutan berubah menjadi ungu
b. Tambahkan larutan natrium karbonat,maka akan terjadi endapan Cr(CO 3)3
8. Mangan (Mn2+)
Dipakai larutan MnSO4
a. Tambahkan larutan KOH, maka akan terbentuk endapan putih Mn(OH) 2 yang oleh pengaruh
udara akan berubah menjadi coklat.
b. Tambahkan larutan natrium karbonat,maka akan terjadi endapan putih MnCO 3 jika
dipanasi,oleh pengaruh udara akan menjadi MnO2.
9. Nikel (Ni2+)
Dipakai larutan NiSO4
a. Tambahkan larutan NaOH, maka akan terjadi endapan hijau dari nikel hidroksida
b. Tambahkan larutan ammonium karbonat,maka akan terjadi endapan hijau dari garam
basa.Endapan larut dalam pereaksi berlebihan
10. Kobalt (Co2+)
a
Tambahkan larutan NaOH dalam keadaan dingin,maka akan terbentuk endapan biru garam
basa Jika dipanasi akan terbentuk kobalt hidroksida
b. Tambahkan larutan natrium karbonat,maka akan terjadi endapan merah dari garam
basanya.
a. Tambahkan larutan KOH,maka akan terjadi endapan putih dari Zn(OH) 2 Endapan ini larut
dalam pereaksi berlebihan.
b. Tambahkan larutan natrium sulfat,maka akan terjadi endapan tersier zink sulfat.Endapan ini
larut dalam ammonia dan asam
12.Kalsium (Ca2+)
Dipakai larutan CaCl2
a. Tambahkan larutan ammonium karbonat, maka akan terjadi endapan CaCO 3 yang jika
dipanasi akan menjadi kristalin.
b. Tambahkan larutan ammonium oksalat.maka dalam larutan yang dibuat alkalis dengan
NH4CI dan NH4OH akan terjadi endapan kalsium oksalat.
13. Barium (Ba 2+)
Dipakai larutan Ba (NO3)2
a. Tambahkan larutan kalium kromat,maka akan terjadi endapan kuning dari barium kromat
b. Tambahkan larutan asam sulfat encer,maka akan terbentuk endapan putih dari barium sulfat.
14. Magnesium (Mg2+)
Dipakai larutan MgCI2
a. Tambahkan larutan NaOH,maka akan terbentuk endapan putih dari magnesium hidroksida
b. Tambahkan larutan ammonium karbonat,maka akan terbentuk endapan putih dari garam
basa.
1.2 REAKSI IDENTIFIKASI ANION
1. Bromida (Br)
Dipakai larutan NaBr
Tambahkan asam sulfat pekat ke dalam larutan yang mengandung bromide,maka akan terbentuk
HBr dan Br2,Sehingga larutan akan menjadi coklat. Jika dipanasi,akan keluar uap berwarna
kuning coklat.
2. Ferrosianida (Fe(CN)6)4Dipakai larutan K4Fe(CN)6
Tambahkan larutan garam timbal ke dalam larutan K 4Fe(CN)6 maka akan terjadi endapan putih
yang tidak larut dalam asam nitrat encer.
3.Nitrit (NO2)
Dipakai larutan KNO2
Tambahkan larutan garam ferro kedalam larutan ini dan tambahkan asam sulfat encer,maka akan
timbul gas NO.Dalam keadaan dingin,gas ini larutkan alam air dan bila direaksikan dengan
garam ferro.akan terbentuk warna coklat karena pmbentukan (Fe
4. Asetat (CH3COONa)
Dipakai larutan CH3COONa.
Tambahkan larutan ferri klorida ke dalam larutan ini,maka akan terjadi larutan yang berwarna
coklat. Jika larutan ini dipanaskan,maka akan terjadi endapan ferri asetat.
5.Karbonat (CO32-)
Dipakai Larutan N2CO3
a. Tambahkan larutan asam sulfat encer ke dalam larutan yang diselidiki, maka akan timbul
gas.Jika batang gelas yang telah dibasahi dengan larutan barium hidroksida pada gas ini
,maka akan terjadi endapan putih dari barium karbonat.
b. Tambahkan larutan barium klorida ke dalam larutan yang diselidiki,maka akan terjadi
endapan putih barium karbonat, Untuk mempercepat reaksi panaskan larutan di atas
api.Endapan ini dapat larut dalam asam yang encer.
6.Oksalat (C2O42-)
Dipakai larutan Na2C2O4
a. Tambahkan larutan perak nitrat ke dalam larutan yang diselidiki,maka akan timbul endapan
putih dari perak oksalat.Endapan ini larut dalam Ammonia dan asam nitrat yang encer.
b. Tambahkan larutan barium klorida, maka akan terbentuk endapan putih dari barium
oksalat, yang larut dalam asam asetat.
7.Fosfat (PO43- )
Dipakai larutan Na3 PO4
a. Tambahkan larutan barium nitrat ke dalam larutan yang diselidiki,maka akan terjadi
endapan dari barium fosfat
b. Tambahkan larutan ferri klorida,maka akan terbentuk endapan putih kekuning-kuningan
dari ferri fosfat.
8.Sulfat (SO42-)
Dipakai larutan N2SO4
a. Tambahkan larutan barium klorida kedalam larutan yang diselidiki,maka akan timbul
endapan putih dari barium sulfat
b. Tambahkan larutan timbal asetat kedalam larutan yang diselidiki maka akan terjadi
endapan putih dari timbal sulfat.Endapan ini larut dalam larutan sulfat yang pekat dan
dalam ammonium asetat.
3. PENGOLAHAN DATA
Buat tabel untuk merangkum reaksi identifikasi kation/anion,persamaan reaksi (ion) dan produk
spesifik yang dihasilkan.
4. PERTANYAAN / BAHAN DISKUSI
1.Jelaskankeseimbangan pembentukan senyawa sukar larut.
2.Jelaskan keseimbangan pembentukan senyawa kompleks
3.Berikan contoh pemisahan kation atau anion
4.Jelaskan spot test untuk kation dan anion
PERCOBAAN II
ASIDI-ALKALIMETRI
A. Pendahuluan
Metode titrimetri atau volumetri adalah metode analisis kuantitatif yang didasarkan
pada pengukuran metode reagen yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar) yang
bereaksi sempurna dengan analit. Metode titrimetri banyak digunakan untuk analisis rutin
karena metode ini cepat , mudah,akurat dan mudah diotomatisasi
Beberapa pengertian dasar dalam metode titrimetri,antara lain :
1. Larutan standar yaitu pereaksi yang telah diketahui konsentrasinya yang digunakan dalam
analisis titrimetri.
2. Titrasi adalah penambahan larutan standar dari dalam buret atau alat sejenis kedalam larutan
analit sampai reaksi antar keduanya dianggap sempurna.
3. Titik ekuivalen suatu titrasi dicapai ketika banyaknya titrant ekuivalen secara kimia dengan
banyaknya analit didalam sample.Titik ekuivalen adalah titik teoritas yang tidak bisa
ditentukan secara eksprimen.
4. Titik akhir titrasi,sebagai estimasi titik ekuivalen, ditentukan dengan mengamati perubahan
fisik yang menyertai reaksi titrasi.
5. Kesalahan titrasi, perbedaan volume antara titik ekuivalen dan titik akhir titrasi.
6. Indikator adalah senyawa yang ditambahkan untuk menanda perubahan sifat fisik campuran
reaksi pada saat titik ekuivalen tercapai.
1. Standardisasi larutan HCl
Untuk standarisasi
larutan HCl, digunakan larutan sodium tetraborat
(boraks,Na2B4O7.10H2O) yang konsentrasinya 0,4 g/100mL.Reaksi antara boraks dan HCl
adalah sbb:
Na2B4O7.10H2O + 2 HCl
2 NaCl + 4 H3BO3 + 5H2
Dari persamaan reaksi ini maka, 1 mol boraks = 2 grek
Cara Keja
Perhitungan
25 400 1
x
x
100 M V
Cara kerja : ambil 25 mL larutan campuran NaOH dan Na 2CO3, masukkan ke dalam Erlenmeyer
dan tambahkan 2 tetes indicator pp.Encerkan dengan air dan titrasi standar HCl 0,1 N sampai
warna merah dari pp hamper hilang. Catat volume titrasi tahap (i), misalkan a ml. Kemudian
tambahkan 2 tetes indicator mo dan lanjutkan titrasi sampai terjadi perubahan warna. Catat
volume titrasi tahap (ii), misalkan b mL.
Perhitungan:
Dalam 25mL larutan campuran terdapat:
NaOH = (a-b) x 0.1 x M (NaOH) mg
Na2CO3 = 2 x b x 0.1 x M (Na2CO3) mg
3.Menentukan ammonia di dalam garam ammonium
Penentuan ammonia didalam garam ammonium dapat dilakukan dengan menambahkan
larutan NaOH standar sejumlah volume tertentu dan berlebih,kemudian didihkan untuk
menguapkan ammonia .Sisa NaOH diitrasi dengan larutan HCl standar dengan indicator m.o
Reaksi : NH4+ + Na OH
NH3 (gas) + H2o + Na+
Titrasi : NaOH (Sisa) + HCl (Standar)
NaCl + HCl
Prosedur :Ambil 25 mL larutan sampel garam ammonium dan tambahkan a Ml larutan standar
NaOH 0,1 M.Setelah campuran dididihkan, tambahkan indicator mo dan dititrasi dengan larutan
HCl standar 0,1M.Misal titrasi membutuhkan b mL.
Maka, didalam 25 ml larutan sampel mengandung ammonia (NH3) sebanyak = (a x MNaOH b x
MHCL) MrNH3 mg.
Pertanyaan untuk diskusi : Bagaimana cara memilih indikator?
PERCOBAAN III
TITRASI ARGENTOMETRI DAN PEMBENTUKAN KOMPLEKS
1. Pendahuluan
Titrasi argentometri atau presipitasi didasarkan pada reaksi yang menghasilkan senyawa
ionikdengan kelarutan yang terbatas. Metode ini merupakan metode analisis yang paling tua
dimulai dari pertengahan tahun 1800-an.Karena kebanyakan reaksi pengendapan berlangsung
secara lambat, maka tidak banyak pereaksi pengendap yang memenuhi syarat untuk digunakan
dalam titrimetri presipitasi.Sejauh ini, pereaksi pengendap yang paling banyak digunakan adalah
perak nitrat,sehingga metode ini sering disebut secara khusus sebagai argentometri.Larutan
perak nitrat bisa digunakan untuk penentuan anion halogen atau mirip halogen (halogen-like)
(SCN-CN-,CNO-) merkaptan asam lemak dan beberapa anion anorganik divalen.
Titik akhir titrasi argentometri dapat ditentukan menggunakan indicator kimia atau
secara potensiometri maupun amperometri.Indikator kimiawi biasanya berdasarkan perubahan
warna atau munculnya atau hilangnya kekeruhan pada larutan yang dititrasi. Persyaratan
indicator titrasi argentometri adalah (1) perubahanwarna terjadi pada rentang perubahan yang
sempit pada konsentrasi reagen atau analit (2)Perubahan warna harus terjadi pada bagian yang
berkemiringan tajam pada kurva titrasi dari analit. Indicator yang biasa digunakan dalam
argentrometri a.i :
1. Ion kromat (metode Mohr) Natrium kromat dapat digunakan sebagai indicator penentuan
secara argentrometri untuk ion klorida, bromida dan sianida karena dapat bereaksi dengan
ion perak membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah bata.
2. Indikator Adsorpsi (metoda Fajans) adalah senyawa organik yang cenderung akan terserap
pada permukaan padatan pada titrasi pengendapan.Contohnya adalah fluoresen, yang bisa
digunakan untuk indicator titrasi ion klorida dengan perak nitrat.Anion fluoreseinat akan
bereaksi dengan Ag+ pada permukaan endapan dan menghasilkan warna merah.
3. Ion Fe(III) metode Volhard. Pada metode ini, larutan standar perak nitrat dititrasi dengan
larutan standar thiosianat dengan indicator ion Fe (III). Setelah ion tiosanat bereaksi
sempurna dengan Ag+di dalam larutan,maka kelebihan ion Fe (III, membentuk kompleks
yang berwarna merah.
Titrasi Pembentukan Kompleks
Reagen pembentukan kompleks banyak digunakan untuk menitrasi kation.Reagen yang
paling banyak digunakan adalah senyawa organik yang mengandung beberapa jenis donor
elektron sehingga dapat membentuk ikatan kovelen berganda dengan ion logam.
Kebanyakan ion logam dapat bereaksi dengan donor pasangan electron untuk
membentuk senyawa kompleks. Spesies donor atau ligan harus memiliki sekurang-kurangnya 1
pasang electron untuk pembentukan ikatan. Contoh ligan sederhana antara lain air, ammonia,
dan ion halide. Banyaknya ikatan kovalen yang terbentuk antara kation dengan ligan disebut
bilangan koordinasi, yang umumnya bernilai 2, 4 atau 6.
Metode titrimetric berdasar pembentukan kompleks atau metode kompleksometri telah
digunakan selama lebih dari 1 abad. Diantara ligan multidentat, EDTA merupakan reagen
kompleksometri yang paling banyak digunakan. EDTA merupakan ligan heksadentat yang
mempunyai 6 situs untuk berikatan dengan ion logam, yaitu 4 gugus karboksil dan 2 gugus
amino. Sebagai asam, EDTA mempunyai 4 nilai Ka, Yaitu berturut-turut 1,02 x 10 -2, 2, 14 x 10-3,
6,92 x 10-7, 5, 50 x 10-11, Spesies EDTA sering disingkat sebagai H4Y, H3Y-, H2Y2-, HY3-, dan Y4-,
Spesies Y4- akan menjadi spesies utama pada pH diatas 10.
Titrasi ion logam dengan EDTA mengikuti reaksi 1 berbanding 1 berikut :
Mn+ + Y4MY(4-n)
Indikator dalam titrasi EDTA umumnya adalah senyawa organik yang membentuk kelat
berwarna dengan ion logam pada pM(-log[M] yang karakteristik untuk jenis kation dan zat
warnanya.Umumnya kompleks tersebut berwarna kuat pada konsentrasi 10 -6 sampai 10-7M
Diantara ratusan zat warna, Eriokrom Black (EBT) merupakan indicator yang umum
digunakan untuk titrasi beberapa kation.EBT merupakan asam dibasic dengan persamaan
kesetimbangan sebagai berikut :
100
1
x V X 0,1 X 58,5 X
x 100
15
450
100
1
x V X 0,1 X 58,5 X
x 100
15
450
Ambil 100mL sampel, asamkan dengan beberapa tetes HCl dan didihkan untuk
menghilangkan CO2 Dinginkan, Tambahkan 3-4 tetes metil red dan neutralkan dengan NaOH
0,1 M.Tambahkan 2mL larutan buffer pH 10 dan 3-4 tetes indicator Erikorom Black T dan
titrasi dengan larutan standar EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah menjadi
biru.Nyatakan hasilnya dalam Mg per liter CaCO3 dalam air
PERCOBAAN IV
TITRASI REDOKS
1. Pendahuluan
Titrasi redoks diperkenalkan tidak lama setelah pengembangan titrasi asam basa.Metode
yang dikembangkan pertama kali menggunakan oksidasi dari klor. Pada tahun 1787, Claudie
Bertholet mengusulkan metode untuk analisis kuantitaif air klorin (campuran Cl 2, HCl dan
HOCl) berdasarkan kemampuan larutan mengoksidasi zat warna indigo (indigo menjadi tidak
berwarna pada keadaan teroksidasi).Pada tahun 1814,Gay Lussac mengembangkan metode
serupa untuk klorin dalam bubuk pemucat.Dalam kedua metode titik akhir diamati secara visual.
Sebelum titik ekuivalen, larutan tetap jernih karena oksidasi dari indigo. Setelah titik ekivalen,
indigo yang tidak bereaksi akan menampakkankan warna yang permanen didalam larutan.
Penggunaan metode titrimetri redoks meningkat pada pertengahan tahun 1800an dengan
digunakanya MnO4-, Cr2O72- dan I2 sebagai titrant pengoksida.Walaupun ada banyak titrant baru,
tetapi penerapan untuk berbagai jenis sampel masih terbatas karena ketidaktersediaan indikator
yang sesuai.Titrant yang bentuk teroksidasi dan tereduksinya mempunyai warna yang berbeda
secara tajam dapat digunakan sebagai indicator sekaligus. Misal, warna ungu MnO 4- dapat
berfungsi sebagai indicator karenabentuk tereduksi Mn 2+ hampir tidak berwarna.Penggunaan
Titrant yang lain membutuhkan indicator visual yang dapat ditambahkan kedalam
larutan,Indikator pertama yang digunakan adalah difenilamin yang dikenal pada tahun 1920.
Menentukan Titik akhir Ditrasi dengan indicator visual
Ada 3 jenis indicator visual yang digunakan untuk menandai titik akhir titrasi redoks. Ketika
MnO4- digunakan sebagai titrant oksidator,larutan sampel akan tetap tak berwarna sampai
ditambahkan 1 tetes kelebihan MnO 4-.Warna ungu permanen pertama menandai titik akhir
titrasi.
Hanya sedikit senyawa yang dapat menunjukkan adanya spesies tereduksi atau
terosidasi secara spesifik. Sebagai contoh amilum, membentuk kompleks biru tua dengan I 3- dan
dapat digunakan untuk menandai adanya kelebihan I 3- dengan mengamati perubahan warna dari
tak berwarna menjadi menjadi biru. Contoh indikator spesifik lain adalah tiosianat yang
membentuk kompleks berwarna merah dengan Fe3+.
Kelompok senyawa indikator redoks yang paling penting adalah senyawa yang tidak
terlibat dalam titrasi redoks tetapi bentuk teroksidasi dan tereduksinya berbeda warna.Bila
ditambahkan ke larutan yang mengandung analit, Indikator akan memunculkan warna yang
sesuai dengan potensial elektrokimia dari larutan itu.Karena indicator berubah warna sebagai
response dari potensial elektrokimia dan bukan pada ada tidaknya suatu spesies tertentu,
senyawa ini disebut sebagai indicator redoks umum.
Hubungan antara perubahan warna indicator redoks dan potensial elektrokimia larutan
dapat diturunkan dengan meninjau reaksi paruh untuk indikator.
Lnox + ne- ============ Lnred
Dengan Inox dan Inredadalah indikator dalam bentuk teroksidasi dan tereduksi.
Persamaan Nernst untuk reaksi ini
ln
E = Elnox / Lnred -
0.05916
| |
log
N
|ln ox|
Bila kita anggap perubahan warna larutan dari perubahan warna In ox ke warna Inred ketika rasio
[Lnox]/[lnred] dari 0,1 sampai 10,maka titik akhir terjadi ketika potensialelektrokimia larutan
dalam rentang:
0.05916
E = Elnox / Lnred
N
A. Permanganometri
1. Penentuan Nitrit
Karena garam nitrat bila diasamkan akan terurai,maka penetapan secara permanganometri
dilakukan dengan cara terbalik,yaitu dengan menitrasi larutan standar KMnO 4 yang telah
diasamkan dengan garam nitrit.
Cara Kerja : Ambil 25 ml larutan KMnO4 0,100N dan tambahkan 10 ml H2SO4 0,10 N
Panaskan larutan ini sampai 70 0C dan kemudian dititrasi dengan larutan KNO 2
(1,10 g /250ml) sampai warna jingga dari KMnO4 hilang
Perhitungan :
250 M
1
25
x
0,100
x
x
X
X 100
Kadar KNO2 =
v
2 1100
Di mana V = Volume titrasi ,M = berat rumus KNO 2
2. Penentuan kadar ion ferro (Fe2+) dalam tawas dengan metode permanganometri
(tambahan)
Tawas mengandung ion ferro,dalam bentuk garam kompleks kalium aluminium ferro sulfat.
Buatlah desain eksperimen bersama asisten mengenai cara menentukan kadar ion ferro dalam
tawas (penjernih air).
B. Iodo/Iodimetri
1. Pembuatan larutan standar Na2S2O3 0,1000N
Larutan ini dibuat dengan menimbang 24,818 gram Na 2S2O3.5H2O dan melarutkannya dalam air
yang telah didihkan dan diencerkan menjadi 1 liter dengan labu takar.(Catatan : larutan ini
disediakan di lab).
Standarisasi
Perhitungan
2CuI +I2
S4O62- + 2I-
Cl- + I2 + H2O
3l3- +3H2o
PERCOBAAN V
PENENTUAN NI DALAM FERRONIKEL SECARA GRAVIMETRI
1. Pendahuluan
Di dalam analisis gravimetri,kita mengukur massa atau perubahan massa.Ada 2
kemungkinan kita menggunakan massa sebagai signal analitik.Kita dapat menimbang langsung
analit ke atas neraca dan mencatat massanya. Misal pada penentuan TSS (total suspenden solid),
yaitu dengan penyaringan pengeringan dan kemudian ditimbang untuk mengetahui massa dari
suspended solid (padatan tersuspensi).
Bagaimana bila analit adalah ion yang larut dalam air seperti Pb 2+. Dalam hal ini kita
tidak bisa mengisolasi ion Pb2+ dengan filtrasi ,Pb2+ terlarut didalam matriks larutan.Kita masih
bisa mengukur massa analit dengan terlebih dahulu mengubahnya secara kimia menjadi bentuk
padatan.Bila kita masukkan electrode Pt dan mengenakan potensial positif yang cukup antara
kedua elektroda dalam waktu yang cukup, kita dapat memaksakan reaksi berikut untuk
berlangsung sempurna :
Pb2+(aq) + 4 H2O
Ion Pb2+ didalam larutan akan teroksidasi menjadi PbO 2 dan mengendap di electrode Pt yang
berfungsi sebagai anoda.Bila kita menimbang sebelum dan sesudah pengenaan potensial,
perbedaan massa keduanya merupakan massa PbO 2 dan dari stokiometri reaksi bisa dihitung
massa Pb2+.Ini juga masuk dalam analisis langsung, karena material yang ditimbang
mengandung analit.
Kadang-kadang lebih mudah menghilangkan analit dan menggunakan perubahan massa
sebagai signal analitik.Bayangkan bagaimana kita akan menentukan kandungan air di dalam
makanan secara analis langsung.Salah satu kemungkinannya adalah dengan memanaskan
sampel makanan sampai pada temperatur air itu menguap. Bila kita menangkap uapnya dalam
jebakan absorben yang telah diketahui beratnya, maka perubahan massa absorben menunjukan
massa air dalam sampel. Cara yang lbih mudah, dengan menggunakan perubahan massa pada
sampel sebagai petunjuk kandungan air dalam sampel itu.ini termasuk metode analis tidak
langsung karena penentuan analit berdasarkan signal yang menyatakan hilangnya analit
tersebut.
Penentuan kandungan air dalam makanan secara tidak langsung dilakukan berdasarkan
selisih massa. Massa sampel awal secara tidak langsung massa akhir diukur setelah air
dihilangkan. Kita juga dapat menentukan analit secara tidak langsung tanpa menimbangnya.
Misal seperti pada penentuan Pb2+ sebagai PbO2 (S), kita mengambil keuntungan dari sifat kimia
dari analitnya. Misal, fosfit, PO33-, mereduksi Hg2+. Dengan adanya Cl-, akan terbentuk endapan
Hg2Cl2.
2HgCl2 (aq) + PO33-(aq) + 3H2O
Bila HgCl2 ditambahkan berlebih, setiap mol PO 33- akan menghasilkan 1 mol Hg2Cl2. Karena
itu, massa endapan menjadi ukuran tidak langsung dari massa PO 33- yang ada didalam sampel
asli.
Kita dapat menentukan analit secara gravimetric dengan cara penentuan massanya
secara langsung, atau massa dari senyawa yang mengandung analit.pilihan lain, kita
menentukan analit secara tidak langsung dengan mengukur perubahan massa akibat hilangnya
analit, atau massa dari senyawa yang dibentuk sebagai hasil reaksi dengan analit.
sebagai ukuran Kadar Cu2+ didalam larutan sampel. Bila energy termal atau kimia digunakan
untuk menghilangkan spesies volatile, metodenya disebut gravimetric volatilisasi.
Contohnyapada penentuan kadar air pada makanan,memerlukan energi termal untuk
menguapkan air. Kandungan karbon pada senyawa organikdapat ditentukan menggunakan
energi kimia dari pembakaran untuk mengubah C menjadi CO 2. Yang terakhir,gravimetri
partikulat,yaitu bila analit ditentukan setelah analit tersebut dipisahkan dari matriks sampel
dengan filtrasi atau ekstraksi. Penentuan padatan tersuspensi merupakan contoh gravimetri
partikulat.
3. PROSEDUR KERJA
3.1. Penentuan Nikel secara Gravimetri
Nikel (II) membentuk endapan senyawa organik dimetil glioksime,C 4H6(NOH)2.
Pembentukan kelat berwarna merah terjadi secara kuantitatif dalam larutan yang pH-nya diatur
dengan buffer dalam rentang 5-9.
Walaupun terjadi pelepasan1 proton untuk setiap gugus oksim (NOH) dari 2 molekul
dimetil glioksim,reaksi kelasi terjadi karena donasi pasangan elektron dari 4 atom
nitrogen,bukan oleh atom oksigen.Reaksi dijalankan dalam larutan yang dibufferkan dengan
buffer ammonia atau sitrat untuk mencgah pH larutan turun sampai di bawah 5.Bila pH larutan
benar-benar terlalu rendah, keseimbangan reaksi di atas akan mengarah pada pembentukan ion
nikel (II) menyebabkan pelarutan Ni(DMG)2 kembali ke dalam larutan.
Penambahan ion tartrat atau sitrat sebelum pengendapan kompleks nikel berwarna
merah berfungsi untuk mencegah interferensi dari Cr,Fe dan logam-logam lain.Anion anion
secara selektif mengikat logam-logam tersebut membentuk kompleks yang larut dan mencegah
pembentukan hidroksida logam yang tidak larut dalam buffer.
Larutan DMG dalam alkohol digunakan sebagai reagen pengendapan kerena DMG
hanya sedikit larut dalam air (0,063 g dalam 100mL pada 25 0C) karena itu penting untuk
menghindari penambahan reagen yang terlalu berlebihan.sebab bisa mengkristalkan bersamasama dengan kelat.Penting juga diketahui bahwa kompleks itu juga sedikit larut dalam larutan
alkohol. Dengan menjaga volume larutan pengkelat yang ditambahkannya hanya sedikit,
kesalahan karena pelarutan endapan oleh suasana alkoholat ini bisa diminimumkan. Banyaknya
penambahan reagen juga ditentukan oleh adanya logam lain seperti kobalt, yang membentuk
kelat yang larut dengan reagen. Bila ion-ion ini ada dalam jumlah besar reagen DMG yang
ditambahkan harus lebih banyak.
Nikel dimetil gloksim bersifat sangat ruah. Karena itu, berat sampel yang digunakan
harus dikontrol agar penanganan endapan selama pemindahan ke krus penyaring mudah.Untuk
meningkatkan kemampatan endapan, pengendapan homogen sering dilakukan dalam skema
analisis.Hal ini dikerjakan dengan mengatur pH menjadi 2 atau 4 diikuti dengan penambahan
urea.Larutan dipanaskan untuk menimbulkan ammonia karena hidrolisis urea mengikuti reaksi
berikut:
(NH2)2CO + H2O =========== 2 NH3 + CO2
Peningkatan konsentrasi ammonia dalam larutan secara perlahan menyebabkan pH larutan naik
secara perlahan dan menyebabkan pengendapan kompleks secara lambat pula.Hasilnya endapan
akan lebih mampat dan mudah ditangani. Setelah filtrate dkumpulkan dan dikeringkan,
kandungan nikel dalam larutan dapat dihitung secara stokiometrik dari berat endapan.
Penyiapan Larutan :
1. Dimetilglioksim 1% (w/v).Larutkan 0,5 g dimetilglioksim dalam 50mL etanol.
Tiga persyaratan utama untuk analisis gravimetri yang baik yaitu (a) reagen hanya
bereaksi dengan analit dan membentuk endapan (b) hanya membentuk satu macam produk
dengan analit dan (c) analit mengendap secara kuantitatif,yaitu lebih dari 99,99%
Dalam larutan air, ion perak mengalami reaksi dengan ion klorida sebagai berikut :
Ag+ (aq) + Cl -(Aq) ========== AgCl (s)
Perak klorida adalah senyawa yang relatif tidak larut,dengan hasil kali kelarutan,Ksp =[Ag +]
[Cl-] = 1,8 x 10- 10. Ion perak ditambahkan secara berlebih ke dalam larutan, Sehingga
konsentrasi ion klorida dalam kesitimbangan bisa diabaikan. Bila larutan perak nitrat yang
digunakan tidak mencukupi,maka pengendapan menjadi tidak sempurna,dengan akibat terjadi
kesalahan yang cukup berarti dan nilai % Cl yang didapatkan terlalu rendah dari yang
sebenarnya.
Prosedur
1. Timbanglah 0,4 g sampel di atas kertas timbang,kemudian masukkan ke dalam gelas
beker 250mL.Labeli beker ini sebagai#1
2. Tambahkan 150mL air dan 1mL HNO3 6M ke dalam beker.
3. Langkah 1 dan 2 diulangi 2 kali dengan beker dilabeli #2 dan #3
4. Dengan menggunakan batang pengaduk yang berbeda untuk masing-masing larutan,isi
beker diaduk sampai larutan sempurna.Batang pengaduk dibiarkan tinggal di dalam
beker.
5. Sambil diaduk,pada masing-masing larutan tambahkan 20mL AgNO 3 0,5 M.letakkan
gelas arloji di atas masing-masing beker dan dipanaskan perlahan dan biarkan tetap
hangat selama 10 menit.Pemanasan tidak boleh sampai mendidih.
6. Timbanglah 3 kertas saring dan catat massanya.Lipat kertas saring dan tempatkan pada
corong. Basahi kertas saring supaya menempel pada corong.
7. Endapan dan air hangat dari masing-masing beker dituang ke dalam corong. Jaga agar
larutan yang dipindahkan tidak sampai meluber di atas kertas saring pada corong.
8. Setelah semua endapan dipindahkan ke dalam corong,Tuangkan 5 mL akuades
sebanyak 3 kali ke atas filter.Kemudian tuangkan 5 mL aseton ke dalam saringan.
9. Ambil kertas saring dan letakkan pada gelas arloji yang sudah dilabeli. Simpan ditempat
gelap selama semalam.
10. Setelah endapan dan kertas saring kering,massa dari kertas saring dan endapan
ditimbang dan dicatat.
Massa (g)
Sampel
Kertas Saring
Percb #1
Percb#2
Percb #3
DAFTAR PUSTAKA
Skoog,D.A,.
West,D.MHoller.F.J.,1994,Analytical
6,Saunders Collage Publishing,Philadelphia.
Chemistry:an
Intruduction,Edisi