KIMIA ANALISA
Oleh :
TIM KIMIA ANALISA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2015
PERCOBAAN 1
REAKSI IDENTIFIKASI KATION DAN ANION
I. PENDAHULUAN
Perhatian : Untuk efisiensi pemakaian larutan uiji, maka untuk tiap pengujian cukup
digunakan 0,5 1 ml larutan saja.
1. Merkuro (Hg22+)
Dipakai larutan Hg2(NO3)2
a. Tambahkan larutan alkali karbonat, maka akan terjadi endapan putih dari merkuro
karbonat. Endapan ini kemudian berubah menjadi abu-abu disebabkan oleh
terbentuknya HgO dan Hg.
b. Tambahkan larutan alkali hidroksida maka akan terjadi endapan hitam dari merkuro
hidroksida.
3. Merkuri (Hg2+)
Dipakai larutan HgCl2
a. Tambahkan H2S, maka mula-mula akan terjadi endapan putih, kuning, coklat dan
akhirnya menjadi hitam.
b. Tambahkan alkali hidroksida, maka akan terjadi endapan kuning dari merkuri
hidroksida.
4. Kupri (Cu2+)
Dipakai larutan CuSO4
a. Tambahkan larutan alkali hidroksida, maka akan terjadi endapan biru dari kupri
hidroksida. Jika dipanasi maka endapan berubah menjadi hitam dari kupri oksida.
b. Tambahkan larutan kalium iodida, maka akan terjadi endapan putih kupri iodida,
tetapi larutan berwarna agak kuning disebabkan oleh I2 yang dibebaskan.
5. Stano ( Sn2+)
Dipakai larutan SnCl2
a. Tambahkan larutan kalium hidroksida, maka akan terjadi endapan putih stanno
hidroksida. Endapan ini dapat larut dalam KOH berlebihan.
b. Tambahkan larutan ammonia dan kalium karbonat, maka akan terbentuk endapan
putih dari stanno hidroksida yang tidak larut dalam keadaan berlebihan.
6. Aluminium (Al3+)
Dipakai larutan AlCl3
a. Tambahkan larutan ammonia, maka akan terbentuk aluminium hidroksida yang
berupa koloid.
b. Tambahkan kalium asetat dan panaskan, maka akan terbentuk endapan putih dari basa
aluminium asetat.
7. Crom (Cr3+)
Dipakai larutan Cr(SO4)3
a. Tambahkan larutan ammonia, maka akan terjadi endapan abu-abu dari Cr(OH)3.
Endapan ini dapat larut dalam ammonia berlebihan dan warna larutan menjadi ungu.
b. Tambahkan larutan natrium karbonat, maka akan terjadi endapan Cr(CO)3.
9. Nikel (Ni2+)
Dipakai larutan NiSO4
a. Tambahkan larutan NaOH, maka akan terjadi endapan hijau dari nikel hidroksida.
b. Tambahkan larutan ammonia karbonat, maka akan terjadi endapan hijau dari garam
basa. Endapan larut dalam pereaksi berlebihan.
1. Bromida (Br)
Dipakai larutan NaBr
Tambahkan asam sulfat pekat ke dalam larutan yang mengandung bromide, maka
akan terbentuk HBr dan Br2 sehingga larutan akan menjadi coklat. Jika dipanasi, akan
keluar uap berwarna kuning coklat.
2. Ferrosianida (Fe(CN)6)4)
Dipakai larutan K4Fe(CN)6)4
Tambahkan larutan garam timbal ke dalam larutan K4Fe(CN)6)4 maka akan terjadi
endapan putih yang tidak larut dalam asam nitrat encer.
3. Nitrit (NO2)
Dipakai larutan KNO2
Tambahkan larutan garam ferro ke dalam larutan ini dan tambahkan asam sulfat
encer, maka akan timbul gas NO. Dalam keadaan dingin, gas ini larutkan dalam air dan
bila direaksikan dengan garam ferro akan terbentuk warna coklat karena pembentukan Fe.
4. Asetat (CH3COONa)
Dipakai larutan CH3COONa
Tambahkan larutan ferri klorida ke dalam larutan ini, maka akan terjadi larutan yang
berwarna coklat. Jika larutan ini dipanaskan, maka akan terjadi endapan ferri asetat.
5. Karbonat (CO32-)
Dipakai larutan N2CO3
a. Tambahkan larutan asam sulfat encer ke dalam larutan yang diselidiki, maka akan
timbul gas. Jika batang gelas yang telah dibasahi dengan larutan barium hidroksida
pada gas ini, maka akan terjadi endapan putih dari barium karbonat.
b. Tambahkan larutan barium klorida ke dalam larutan yang diselidiki, maka akan terjadi
endapan putih barium karbonat. Untuk mempercepat reaksi panaskan larutan diatas
api. Endapan ini dapat larut dalam asam yang encer.
7. Fosfat (PO43-)
Dipakai larutan Na3PO4
a. Tambahkan larutan barium nitrat ke dalam larutan yang diselidiki, maka akan terjadi
endapan dari barium fosfat.
b. Tambahkan larutan ferri klorida, maka akan terbentuk endapan putih kekuning-
kuningan dari ferri fosfat.
8. Sulfat (SO42-)
Dipakai larutan N2SO2
a. Tambahkan larutan barium klorida ke dalam larutan yang diselidiki, maka akan
timbul endapan putih dari barium sulfat.
b. Tambahkan larutan timbal asetat ke dalam larutan yang diselidiki maka akan terjadi
endapan putih dari timbal sulfat. Endapan ini larut dalam larutan sulfat yang pekat dan
dalam ammonium asetat.
Buat tabel untuk merangkum reaksi identifikasi kation/anion, persamaan reaksi (ion) dan
produk spesifik yang dihasilkan.
I. PENDAHULUAN
Titrasi argentometri atau presipitasi didasarkan pada reaksi yang menghasilkan senyawa
ionik dengan kelarutan yang terbatas. Metode ini merupakan metode analisis yang paling tua
dimulai pada pertengahan tahun 1800-an. Karena kebanyakan reaksi pengendapan
berlangsung secara lambat, maka tidak banyak pereaksi pengendap yang memenuhi syarat
untuk digunakan dalam titrimetri presipitasi. Sejauh ini, pereaksi pengendap yang paling
banyak digunakan adalah perak nitrat, sehingga metode ini sering disebut secara khusus
sebagai argentometri. Larutan perak nitrat bisa digunakan untuk penentuan anion halogen
atau mirip halogen (halogen-like) (SCN-CN-,CNO-) merupakan asam lemak dan beberapa
anion anorganik divalen.
Titik akhir titrasi argentometri dapat ditentukan menggunakan indicator kimia atau
secara potensiometri maupun amperometri. Indikator kimiawi biasanya berdasarkan
perubahan warna atau munculnya atau hilangnya kekeruhan pada larutan yang dititrasi.
Persyaratan indicator titrasi argentometri adalah (1) perubahan warna terjadi pada rentang
perubahan yang sempit pada konsentrasi reagen atau analit (2) perubahan warna harus terjadi
pada bagian yang berkemiringan tajam pada kurva titrasi dari analit. Indicator yang biasa
digunakan dalam argentometri antara lain :
1. Ion kromat (metode Mohr), Natrium kromat dapat digunkaan sebagai indicator
penentuan secara argentometri untuk ion klorida, bromida dan sianida karena dapat bereaksi
dengan ion perak membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah bata.
2. Indikator Adsorpsi (metode Fajans) adalah senyawa organik yang cenderung akan
terserap pada permukaan padatan pada titrasi pengendapan. Contohnya adalah fluoresen,
yang bisa digunakan untuk indicator titrasi ion klorida dengan perak nitrat. Anion
fluoreseinat akan bereaksi dengan Ag+ pada permukaan endapan dan menghasilkan warna
merah.
3. Ion Fe(III) / metode Volhard. Pada metode ini, larutan standar perak nitrat dititrasi
dengan larutan standar thiosianat dengan indicator ion Fe (III). Setelah ion tiosanat bereaksi
sempurna dengan Ag+ di dalam larutan, maka kelebihan ion Fe(III), membentuk kompleks
yang berwarna merah.
Indikator dalam titrasi EDTA umumnya adalah senyawa organikyang membentuk kelat
berwarna dengan ion logam pada pM(-log[M]) yang karakteristik untuk jenis kation dan zat
warnanya. Umumnya kompleks tersebut berwarna kuat pada konsentrasi 10-6 sampai 10-7 M.
Diantara ratusan zat warna, Eriokrom Black (EBT) merupakan indikator yang umum
digunakan untuk titrasi beberapa kation. EBT merupakan asam dibasic dengan persamaan
kesetimbangan sebagai berikut :
Indikator ini pada awal titrasi membentuk kompleks berwarna merah dengan ion logam.
Pada saat titik ekuivalen terlalu terlewati, kelebihan EDTA akan bereaksi dengan kompleks
logam-indicatordan membebaskan ion indikator yang berwarna biru.
Titrasi dengan EDTA dapat dilakukan dengan metode langsung, metode titrasi balik
maupun metode penggantian.
1. PENDAHULUAN
Di dalam analisis gravimetri, kita mengukur massa atau perubahan massa. Ada 2
kemungkinan kita menggunakan massa sebagai signal analitik. Kita dapat menimbang
langsung analit ke atas neraca dan mencatat massanya. Misal pada penentuan TSS (total
suspenden solid), yaitu dengan penyaringan pengeringan dan kemudian ditimbang untuk
mengetahui massa dari suspended solid (padatan tersuspensi).
Bagaimana bila anlit adalah ion yang larut dalam air seperti Pb2+. Dalam hal ini kita tidak
bisa mengisolasi ion Pb2+ dengan filtrasi, Pb2+ terlarut didalam matriks larutan. Kita masih
bisa mengukur massa analit dengan terlebih dahulu mengubahnya secara kimia menjadi
bentuk padatan. Bila kita masukkan elektrode Pt dan mengenakan potensial positif yang
cukup antara kedua elektroda dalam waktu yang cukup, kita dapat memaksakan reaksi
berikut untuk berlangsung sempurna :
Ion Pb2+ didalam larutan akan teroksidasi menjadi PbO2 dan mengendap di elektrode Pt
yang berfungsi sebagai anoda. Bila kita menimbang sebelum dan sesudah pengenaan
potensial, perbedaan massa keduanya merupakan massa PbO2 dan dari stoikiometri reaksi
bisa dihitung massa Pb2+. Ini juga masuk dalam analisis langsung, karena material yang
ditimbang mengandung analit.
Kadang-kadang lebih mudah menghilangkan analit dan menggunakan perubahan
massa sebagai signal analitik. Bayangkan bagaimana kita akan menentukan kandungan air di
dalam makanan secara analis langsung. Salah satu kemungkinannya adalah dengan
memanaskan sampel makanan sampai pada temperatur air itu menguap. Bila kita menangkap
uapnya dalam jebakan absorben yang telah diketahui beratnya, maka perubahan massa
absorben menunjukkan massa air dalam sampel. Cara yang lebih mudah, dengan
menggunakan perubahan massa pada sampel sebagai petunjuk kandungan air dalam sampel
itu. Ini termasuk metode analis tidak langsung karena penentuan analit berdasarkan signal
yang menyatakan hilangnya analit tersebut.
Penentuan kandungan air dalam makanan secara tidak langsung dilakukan
berdasarkan selisih massa. Massa sampel awal secara tidak langsung massa akhir diukur
setelah air dihilangkan. Kita juga dapat menentukan analit secara tidak langsung tanpa
menimbangnya. Misal seperti pada penentuan Pb2+ sebagai PbO2(s), kita mengambil
keuntungan dari sifat kimia dari analitnya. Misal, fosfit, PO33-, mereduksi Hg2+. Dengan
adanya Cl-, akan terbentuk endapan Hg2Cl2.
2. PROSEDUR KERJA
Penyiapan Larutan :
Prosedur
a. Ambil 50 ml sampel masukkan ke dalam gelas beaker 250 ml, tambahkan air sampai
200 ml dan panaskan hingga mendidih.
b. Tambahkan kurang lebih 30 ml asam tartrat 15% dan amonia pekat secukupnya sampai
ada bau uap ammonia. Kemudian tambah lagi 1-2 ml ammonia.
c. Asamkan dengan HCl sampai tidak ada bau ammonia dan panaskan pada 60-80
d. Tambahkan kira-kira 20 ml larutan dimetilglioksin 1%
e. Sambil diaduk, tambahkan ammonia 6 M sampai sedikit berlebih (ada bau ammonia)
dan tambahkan lagi 1-2 ml
f. Panaskan endapan selama 30-60 menit, dinginkan dan saring
g. Cuci endapan sampai bebas Cl-
h. Keringkan krus dan endapan pada 110
i. Timbang endapan sebagai Ni(C4H7O2N2)2 (Mr = 288,92 g/mol)
Pertanyaan/Bahan Diskusi
1. Apa syarat pereaksi yang baik untuk analisis gravimetri?
2. Apakah Fe mengganggu dalam analisis Ni secara gravimetri?
Prosedur :
Masukkan sampel yang mengandung Mg2+ tidal lebih dari 60 mg ke dalam beker 600
ml. Tambahkan 2-3 tetes indicator metil merah dan bila perlu dibuat volumenya menjadi 150
ml. Asamkan larutan dengan HCl 6 M dan ditambahkan 10 ml (NH4)2HPO4 30% w/v. Setelah
pengadukan selama 5 menit, tambahkan 5 ml NH3 pekat dan teruskan pengadukan sampai 10
menit. Biarkan larutan dan endapan selama semalam. Pisahkan endapan dengan NH3 5% v/v.
Larutkan endapan dalam 50 ml HCl 10% dan endapan sekali lagi dengan prosedur yang
sama. Setelah penyaringan, panaskan endapan 500 sampai residu menjadi putih dan
dilanjutkan pada 1100 sampai berat endapan tetap.
Pertanyaan :
a. Mengapa prosedur menentukan kandungan Mg2+ dalam sampel tidak lebih dari 60 mg?
b. Mengapa larutan disamakan dengan HCl sebelum ditambahkan reagen pengendap?
c. Mengapa ditambahkan indicator asam basa metil merah ke dalam larutan?
d. Jelaskan mengapa pembentukan Mg(PO3)2 meningkatkan massa endapan dibanding
pembentukan Mg2P2O7?
Tiga persyaratan utama untuk analisis gravimetri yang baik yaitu (a) reagen hanya
bereaksi dengan analit dan membentuk endapan (b) hanya membentuk satu macam produk
dengan analit dan (c) analit mengendap secara kuantitaif yaitu lebih dari 99,99%.
Dalam larutan air, ion perak mengalami reaksi dengan ion klorida sebagai berikut :
Perak klorida adalah senyawa yang relatif tidak larut dengan hasil kali kelarutan, Ksp =
[Ag ] [Cl-] = 1,8 x 10-10. Ion perak ditambahkan secara berlebih ke dalam larutan. Sehingga
+
konsentrasi ion klorida dalam kesetimbangan bisa diabaikan. Bila larutan perak nitrat yang
digunakan tidak mencukupi, maka pengendapan menjadi tidak sempurna dengan akibat
terjadi kesalahan yang cukup berarti dan nilai % Cl yang didapatkan terlalu rendah dari yang
sebenarnya.
Prosedur
1. Timbanglah 0,4 g sampel di atas kertas timbang, kemudian masukkan ke dalam gelas
beaker 250 ml. Labeli beker ini sebagai #1
2. Tambahkan 150 ml air dan 1 ml HNO3 6 M ke dalam beker
3. Langkah 1 dan 2 diulangi 2 kali dengan beker dilabeli #2 dan #3
4. Dengan menggunakan batang pengaduk yang berbeda untuk masing-masing larutan, isi
beker diaduk sampai larutan sempurna. Batang pengaduk dibiarkan tinggal di dalam
beker.
5. Sambil diaduk, pada masing-masing larutan tambahkan 20 ml AgNO3 0,5 M. Letakkan
gelas arloji di atas masing-masing beker dan dipanaskan perlahan dan biarkan tetap
hangat selama 10 menit. Pemanasan tidak boleh sampai mendidih.
6. Timbanglah 3 kertas dan catat massanya. Lipat kertas saring dan tempatkan pada
corong. Basahi kertas saring supaya menempel pada corong.
7. Endapan dan air hangat dari masing-masing beker dituang ke dalam corong. Jaga agar
larutan yang dipindahkan tidak sampai meluber diatas kertas saring pada corong.
8. Setelah semua endapan dipindahkan ke dalam corong. Tuangkan 5 ml akuades
sebanyak 3 kali ke atas filter. Kemudian tuangkan 5 ml aseton ke dalam saringan.
9. Ambil kertas saring dan letakkan pada gelas arloji yang sudah di labeli. Simpan
ditempat gelas selama semalam.
10. Setelah endapan dan kertas saring kering, massa dari kertas saring dan endapan
ditimbang dan di catat.
Sampel
Kertas saring
DAFTAR PUSTAKA
Skoog, D. A,. West, D. M ... Holler. F. J., 1994, Analytical Chemistry : an Intruduction,
Edisi 6, Saunders Collage Publishing, Philadelphia.
1.1 PENDAHULUAN
Suatu analisis kimia umumnya terdiri dari 5 tahap utama yaitu : sampling, pengubahan
bentuk analit ke dalam bentuk yang sesuai dengan car analisis, pengukuran, perhitungan dan
interpretasi data. Tahap kedua merupakan tahap yang menentukan dalam suatu analisis.
Dalam tahap ini sampel diperlakukan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan cara atau
teknis analisis yang dipergunakan. Perlakuan yang dimaksud disini salah satunya adalah
memisahkan analit dari zat-zat yang dapat mengganggu kegiatan analisis.
Pemisahan dengan cara pengendapan merupakan teknis yang secara luas digunakan
khususnya jika anlit akan dianalisis dengan metode gravimetric. Pengendapan suatu kation
dan anion dalam suatu larutan sampel yang terdiri dari berbagai jenis kation atau anion dapat
dilakukan berbagai cara. Satu diantaranya adalah dengan penambahan suatu ion sehingga
terjadi reaksi yang menghasilkan senyawa berbentuk kristal, gelatin atau gumpalan amorf.
Cara ini pada dasarnya berkaitan erat dengan hasil kali kelarutan suatu senyawa. Jadi
yang penting untuk dilakukan adalah penambahan suatu ion dengan konsentrasi tertentu
sehingga hasil kali kelarutan senyawa kan terbentuk terlampaui. Pada kondisi yang demikian
akan terbentuk suatu endapan. Untuk memisahkan sejumlah ion perlu pula diatur kondisi
sampel sehingga dua atau lebih kation tidak ikut terendap secara bersama-sama ataupun tidak
terjadi kopresifitasi, dsb.
Endapan yang diperoleh dapat dipisahkan dengan cara filtrasi atau lainnya dan secara
kuantitatif berat endapan dapat ditentukan. Pada praktikum kali ini, ion-ion perak, besi dan
crom dipisahkan dengan cara pengendapan ion-ion tersebut secara bertingkat melalui
pengaturan kondisi larutan dan penambahan ion tertentu sehingga diperoleh suatu endapan.
Endapan yang diperoleh ditindaklanjuti dengan penentuan beratnya secara gravimetric.
1.2.1 Alat
a. Alat-alat gelas i. krus
b. Pipet tetes j. Neraca
c. Hot Plate k. Oven
d. Termometer l. Kertas saring whatman
e. Buret m. Corong
f. Kaca arloji n. Standar dan klem
g. Desikator o. Lampu Spirtus
h. Spatula p. Batang Pengaduk
Untuk ion besi hanya dipisahkan saja, penentuan lanjutan dapat dilaksanakan
sebagaimana ion perak. Hasil akhir
1.4 PERTANYAAN
A. PENDAHULUAN
Fakta pembagian solut antara dua solvent yang tak saling campur telah memberikan
banyak kemungkian bagi metode pemisahan, baik untuk tujuan preratip maupun analitik.
Ekstraksi solvent (pelarut) merupakan metode pemisahan yang didasarkan atas fakta diatas.
Cara ini cukup banyak digunakan karena dapat menggunakan alat yang sederhana seperti
corong pisah.
Ekstraksi ini dapat digunakan untuk memisahkan suatu solut dalam pelarut A dengan
menggunakan pelarut B. Pada saat penambahan pelarut B, solur akan membagi diri diantara 2
pelarut yang tak saling campur tersebut. Pada saat kesetimbangan terdapat hubungan antara
konsentrasi solut dalam 2 pelarut tersebut.
Hal ini sesuai dengan Hukum Distribusi yang dinyatakan oleh Nernst dan dirumuskan
sebagai :
KD =
Dimana KD adalah tetapan distribusi dan CA serta CB adalah konsentrasi solut, masing-
masing dalam solvent A dan B. Harga ketetapan kesetimbangan distribusi sangat khas untuk
masing-masing zat. Dan satu hal yang penting untuk diingat bahwa Hukum Distribusi
tersebut hanya dapat diterapkan pada zat-zat yang tak mengalami disosiasi dan asosiasi serta
tidak bereaksi dengan solvent.
Proses ekstraksi dilakukan secara berulang kali akan memberikan tingkat efisiensi yang
lebih tinggi dari pada ekstraksi satu kali, meskipun volum yang digunakan dalam pelarut
sama. Hal ini secara teoritis dapat ditentukan dengan rumus yang sesuai. Pada praktikum kali
ini akan dilakukan pemisahan ion dari dalam larutan air dan KI dengan cara ekstaksi
menggunakan pelarut kloroform serta ditindaklanjuti dengan penentuan konstanta distribusi
iod pada sistem air dan kloroform. Selain itu dengan teknik yang sama akan dipisahkan asam
lemak yang terdapat dalam sabun dan ditentukan kuantitasnya dengan cara titrasi asam basa.
C. PROSEDUR KERJA
I. Pemisahan Larutan Iod dalam air dan menentukan konstanta distribusi
a. Sediakan larutan Iod 0,1 N
b. Standarisasi larutan tersebut dengan titrasi menggunakan Na_Tjiosulfat 0,1 N
c. Ambil 25 ml larutan Iod tersebut dan masukkan dalam corong pisah dan tambahkan 25
ml kloroform
d. Gajlog atau kocok dengan kuat selama 15 menit dan biarkan terbentuk dua lapisan
e. Pisahkan larutan iod dalam kloroform yaitu lapisan yang berada dalam bagian bawah
dan berwarna kemerahan
f. Lekukan titrasi terhadap larutan iod tadi dengan menggunakan Na-Thiosulfat 0,1 N
sebagai standar, tak perlu menggunakan indikator amilum
g. Laruatn iod dalam air juga dititrasi dengan zat yang sama tetapi menggunakan indikator
amilum
h. Catatlah volum Na-Thiosulfat yang digunakan
2. Pasca Praktikum
a. Pada titrasi iod dalam kloroform dengan Na-tiosulfat tidak digunakan indikator
amilum, sedangkan pada titrasi iod dalam air digunakan indikator amilum. Mengapa
demikian, apakah tujuannya, jelaskan?
b. Hitunglah konstanta distribusi dalam distribusi iod dalam system pelarut kloroform
dan air berdasarkan data hasil percobaan, bandingkan dengan data dari literatur serta
hitung presentase kesalahan saudara?
c. Hitunglah kadar asam lemah dalam sabun, anggap saja bahwa asam lemah yang ada
dalam sabun hanya asam stearat.
A. PENDAHULUAN
Destilasi merupakan metode pemisahan untuk zat cair yang memiliki penandaan titik
didih dari zat lain yang tercampur di dalamnya dan titik didih zat-zat tersebut relative tidak
tinggi serta memiliki tekanan uap yang tinggi (relative volatile). Pada prinsipnya zat cair
dengan titik rendah memiliki tekanan uap jenuh yang relative tinggi dari zat lain dengan titik
didih tinggi, dengan demikian akan cepat berubah menjadi fasa uap jika diberi kalor atau
panas.
Proses destilasi dilakukan dengan menggunakan seperangkat alat destilasi yang terdiri
dari labu dasar bulat, konsendor dan labu destilat. Larutan atau campuran zat ditempatkan
dalam labu tasar bulat dan biasanya ditambahkan batu didih untuk mencegah golakan
gelembung udara. Ketika larutan tersebut dipanaskan secara perlahan tekanan uap masing-
masing zat akan naik hingga mencapai 1 atm dan selanjutnya panas yang diberikan
digunakan zat untuk mengubah fasa cair menjadi fasa gas/uap.
Uap yang terbentuk akan naik melalui kondensor sehingga uap mengalami kondensasi
dan zat cair kembali terbentuk kembali tersebut dinamakan destilat dan ditampung dalam satu
labuh destilat. Setelah tahap pemisahan ini analit yang diperoleh dapat ditentukan
kuantitasnya.
Ada beberapa teknik atau cara destilasi yang umum digunakan yaitu destilasi biasa
(penyulingan), uap, vakum, dan destilasi fraksional. Masing-masing destilasi memiliki
spesifikasi tersendiri sesuai dengan kebutuhan suatu kegiatan pemisahan serta dengan
mempertimbangkan sifat-sifat zat yang akan dipisahkan.
Pda praktikum kali ini akan dilakukan pemisahan suatu zat cair dari pengotornya,
dengan caramendestilasi larutan zat tersebut yang telah terkontaminasi oleh kotoran. Selain
itu, akan dicoba lagi memisahkan zat cair dari zat cair lainnta dengan menggunakan rotary
evaporator sebagai alat destilasi vacum. Pada percobaan ini destilasi dilakukan dibawah titik
didih normal.
2. Bahan
a. Anilin yang kotor
b. Benzena
c. Akuades
D. PERTANYAAN
1. Pra praktek
a. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi tinggi rendahnya titik didih dan tekanan
uap suatu zat, serta bagaimana keterkaitan antara keduanya?
b. Buatlah tabel yang memperlihatkan perbedaan antara ke-4 teknik destilasi yaitu
destilasi biasa, vacum, uap dan destilasi fraksional?
Tabel 1 koaparasi beberapa teknik destilasi :
No Aspek Destilasi Biasa Destilasi Vaccum Destilasi Fraksinal
Jenis zat yang di
1.
destilasi
dsb
c. Beberapa titih didih dari senyawa anilin dan benzene ini pada tekanan 1 atm?
d. Jelaskan penggunaan Hukum Roult dalam kaitannya dengan proses destilasi?
A. PENDAHULUAN
Untuk menganalisis suatu logam dari sampel larutan, maka ion logam tersebur harus
terlebih dahulu dipisahkan dari larutannya. Hal ini pada percobaan I dilakukan dengan cara
pembentukan endapan garam dari ion logam tersebut. Cara lain yang dapat digunakan adalah
dengan cara mereduksi ion logam tersebut dengan energi listrik sehingga ion-ion diubah
menjadi bentuk logamnya. Pemisahan dengan cara demikian dikenal dengan nama
elektrogravimetri atau elektrodeposisi.
Pada cara ini, ion-ion logam juga diendapkan sebagai logamnya dengan menggunakan
elektroda yang sesuai dan pada kondisi larutan tertentu sesuai dengan jenis logamnya.
Pengendapan suatu logam pada suatu elektroda dapat terjadi pada harga potensial yang sama
atau lebih besar dari harga potensial peruraiannya. Sedangkan pemisahan dua logam baru
dapat dilakukan bila beda potensialnya minimal 0,4 volt.
Pengendapan yang sempurna dari suatu logam dapat diketahui dengan cara tertentu,
misalkan: hilangnya warna ion logam tersebut, mengidentifikasi larutan dengan pelarut
tertentu dan dengan cara menimbang endapan dan elektroda yang digunakan. Jika data
penimbangan telah konstan artinya semua logam telah mengendap. Dalam praktikum kali ini
akan dipisahkan ion kupri dan ion zink yang terkandung dalam suatu larutan dengan cara
elektrogravimetri. Hasil yang diperoleh kemudian dihitung kuantitasnya.
2. Pasca praktek
a. Hitunglah berat logam yang terdapat pada larutan sampel sesuai dengan hasil
praktikum saudara? Selanjutnya, hitung hasil yang diperoleh secara teoritis
menurut hukum faraday? Bandingkan keduanya dan hitung persentase rendeman
hasil kerja saudara?
b. Apakah fungsi zat-zat berikut dalam kegiatan praktikum ini?
c. Elektroda apalagi yang dapat saudara gunakan untuk proses pemisahan ion logam
dari larutannya? Sebutkan syarat elektroda tersebut, baik yang digunakan untuk
anoda maupun katoda?
A. PENDAHULUAN
Kromatografi adalah teknik pemisahan dimana suatu zat dalam campuran diuraikan
berdasarkan kemampuannya untuk diserap oleh komponen lain yang ada di dalam
kromatografi yang dikenal sebagai fasa diam. Dalam, Kromatografi, komponen-komponen
terdistribusi dalam dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam dapat berupa zat cair
atau padat. Sedangkan, fasa bergerak dapat berupa cairan atau gas. Dengan demikian,
kromatografi dapat dibedakan atas dasar kombinasi antara fasa diam dan fasa bergerak.
Kombinasi tersebut dapat berupa cair-gas, padat-cair, cair-cair dan gas-padat.
Transfer masa antara fasa gerak dan fasa diam terjadi bila molekul-molekul terserap pada
permukaan fasa diam yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Kemampuan fasa diam untuk
mengadopsi fasa bergerak sangat bergantung pada sifat-sifat fasa diam dan fasa bergerak.
Untuk setiap zat, hal ini sangat spesifik sehingga teknik kromatografi disamping bertujuan
untuk pemisahan dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi suatu zat. Pada saat ini telah
dikenal cukup banyak teknik kromatografi, diantaranya : kromatografi kertas, lapis tipis
(TLC), gas (GC), kolom dan eksklusi. Dengan berbagai car tersebut, kegiatan prevatif dan
analitik semakin valid dan reliable hasil yang diperoleh. Pada praktikum kali ini, akan
dipraktekkan beberapa teknik kromatografi, yaitu kromatografi kertas, TLC, kolom, dan gas
untuk tujuan pemisahan dan analisis.
C. PROSEDUR KERJA
1. Pemisahan dan Penentuan Karbohidrat dengan Kromatografi Kertas
a. Siapkan fasa gerak dengan mencampur butanol, asam asetat, dan air dengan
perbandingan butanol : asam asetat : air = 4 : 1 : 5.
b. Siapkan potongan kertas whatman no. 1 yang telah dijenuhkan dengan uap air.
Pada saat menjenuhkan kertas tidak boleh tersentuh dengan air panas.
c. Siapkan larutan sampel yang terdiri dari beberapa macam karbohidrat.
d. Siapkan pula larutan penyemprot berupa anilin ptalat untuk menandai berkas gula
reduksi dan uap iodin untuk gula non reduksi.
e. Siapkan larutan standar yang terdiri dari zat murni untuk glukosa, fruktosa,
maltose dan amilum.
f. Siapkan perangkat kromatografi kertas.
g. Beri garis pada kertas 0,5 cm dari pinggirnya dan totolkan 3-4 larutan standar
pada garis tersebut.
h. Masukkan kertas tersebut dalam posisi tegak pada chamber yang telah berisi
larutan standar (PERHATIKAN AGAR TOTOLAN TIDAK TERENDAM
DALAM LARUTAN FASA BERGERAK).
i. Biarkan beberapa lama hingga pelarut naik mendekati batas tepi atas kertas! Lalu
angkat kertas dan keringkan!
j. Semprot zat penanda noda yang sesuai dengan larutan standar yang digunakan dan
catat nilai Rf-nya! (nilai Rf merupakan perbandingan dari jarak tempuh noda dan
jarak tempuh fasa gerak).
k. Ulangi kegiatan ini untuk semua larutan standar dan juga sampel.
l. Dengan membandingkan Rf yang diperoleh dari sampel dengan Rf untuk larutan
standar dapat ditentukan jenis karbohidrat yang terdapat dalam sampel.
D. PERTANYAAN
1. Pra praktikum
a. Buatlah tabel yang memperlihatkan perbandingan empat jenis kromatografi yang
dicobakan pada praktikum ini!
b. Apakah yang dimaksud dengan Rf? Jelaskan fungsi harga Rf ini bagi suatu
kegiatan analisis!
c. Sebutkan syarat-syarat jenis eluen yang dapat digunakan untuk kromatografi lapis
tipis (TLC?KLT)!