Anda di halaman 1dari 65

HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL

( HAK CIPTA, MEREK & INDIKASI GEOGRAFIS,


RAHASIA DAGANG)
KONSEP HAKI
 Haki dikenal istilah Intellectual Property Rights.

 Dalam terjemahan Bahasa Indonesia menjadi 2


macam istilah hukum :
1. Hak Milik Intelektual ;
2. Hak Kekayaan Intelektual ;
KONSEP HAKI
Meliputi :
 Hak milik hasil pemikiran (intelektual), melekat

pada pemiliknya, bersifat tetap, dan khusus


(eksklusif) ;
 Hak yang diperoleh pihak lain atas ijin pemilik dan

bersifat sementara ;
KONSEP HAKI
 HAKI merupakan benda tak berujut hasil kegiatan
intelektual/daya cipta manusia yg diungkapkan kedalam suatu
bentuk ciptaan atau penemuan tertentu . Kegiatan
intelektual/daya cipta terdapat dalam bidang Ilmu
Pengetahuan, Seni dan Teknologi. Contohnya Hak Cipta,
Merek dan Paten.

 Hak yg diperoleh pihak lain atas ijin pemilik , misalnya hak


untuk mengumumkan, hak utk menggunakan pada produk
tertentu, atau hak utk menghasilkan produk tertentu. Contoh :
Lisensi
KONSEP HAKI
HAKI bersifat abstrak terpisah dengan benda material bentuk jelmaannya :
contohnya :

 Hak Cipta merupakan Ide dibidang ilmu pengetahuan disebut HAKI, benda
material bentuk jelmaannya adalah BUKU ;

 Hak Cipta dibidang seni disebut HAKI , bentuk jelmaannya adalah LAGU,
LUKISAN, TARIAN ;

 Hak Merek merupakan Ide di bidang Ilmu pengetahuan yg disebut HAKI benda
material bentuk jelmaannya adalah Merek dagang atau Jasa ;

 Paten adalah Ide dibidang teknologi yg disebut HAKI benda material bentuk
jelmaannya antara lain TV, Proses pembuatan obat, proses pembuatan minuman
coca cola dan lain-lain
LINGKUP HAKI
 Jadi Haki menjadi objek hak karena itu bisa
“beralih” dan “dialihkan” ;

 “Beralih” berarti bisa menjadi objek waris;

 “Dialihkan” berarti bisa dilisensikan , dijual,


dihibahkan, diwasiatkan, diwakafkan dll
LINGKUP HAKI
 DI INDONESIA
1. Hak Cipta (UU Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta)
2. Hak Paten (Undang-Undang Nomor 13 tahun 2016 tentang Paten)
3. Hak Merek (UU No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis)
4. Rahasia Dagang (Undang-undang (UU) No. 30 Tahun 2000. Rahasia
Dagang)
5. Desain Industri (UU No. 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri)
6. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Undang-Undang Nomor 32 tahun
2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
7. Perlindungan Varietas Baru Tanaman (Undang-undang (UU) No. 29
Tahun 2000. Perlindungan Varietas Tanaman)
HAK CIPTA
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2018 Tentang Hak Cipta
Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara
otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-


sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat
khas dan pribadi.

Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan,


seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang
diekspresikan dalam bentuk nyata.
Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai
pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak
tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain
yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang
menerima hak tersebut secara sah.
 
Hak Terkait adalah hak yang berkaitan dengan
Hak Cipta yang merupakan hak eksklusif bagi
pelaku pertunjukan, producer fonogram, atau
lembaga Penyiaran.
Undang-Undang Hak Cipta berlaku terhadap:

 semua Ciptaan dan produk Hak Terkait warga


negara, penduduk, dan badan hukum Indonesia;
 
 semua Ciptaan dan produk Hak Terkait bukan
warga negara Indonesia, bukan penduduk
Indonesia, dan bukan badan hukum Indonesia yang
untuk pertama kali dilakukan Pengumuman di
Indonesia;
 
 semua Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dan pengguna Ciptaan
dan/atau produk Hak Terkait bukan warga negara Indonesia, bukan
penduduk Indonesia, dan bukan badan hukum Indonesia dengan
ketentuan:
 
 negaranya mempunyai perjanjian bilateral dengan negara
Republik Indonesia mengenai pelindungan Hak Cipta dan Hak
Terkait; atau
 
 negaranya dan negara Republik Indonesia merupakan pihak atau
peserta dalam perjanjian multilateral yang sama mengenai
pelindungan Hak Cipta dan Hak Terkait.
Hak Cipta merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan
hak ekonomi.
 
Hak moral merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri
Pencipta untuk: 
 tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan
sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;
 menggunakan nama aliasnya atau samarannya;
 mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;
 mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan
 mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi
Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan
diri atau reputasinya.
Hak moral tidak dapat dialihkan selama Pencipta masih
hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat dialihkan
dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan setelah Pencipta
meninggal dunia.

Dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral,


penerima dapat melepaskan atau menolak pelaksanaan
haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan
pelaksanaan hak tersebut dinyatakan secara tertulis.
Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak
Cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan.

Pencipta atau Pemegang Hak Cipta memiliki hak ekonomi untuk


melakukan:
 penerbitan Ciptaan;
 Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;
 penerjemahan Ciptaan; 
 pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan; 
 Pendistribusian Ciptaan atau salinannya; 
 pertunjukan Ciptaan; 
 Pengumuman Ciptaan; 
 Komunikasi Ciptaan; dan 
 penyewaan Ciptaan.
Setiap Orang yang melaksanakan hak ekonomi wajib mendapatkan izin Pencipta atau Pemegang
Hak Cipta.

Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang melakukan
Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara Komersial Ciptaan.

Pengelola tempat perdagangan dilarang membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang


basil pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya.

Hak ekonomi untuk melakukan Pendistribusian Ciptaan atau salinannya tidak berlaku terhadap
Ciptaan atau salinannya yang telah dijual atau yang telah dialihkan kepemilikan Ciptaan kepada
siapapun.

Hak ekonomi untuk menyewakan Ciptaan atau salinannya tidak berlaku terhadap Program
Komputer dalam hal Program Komputer tersebut bukan merupakan objek esensial dari
penyewaan.
Hak Cipta merupakan Benda bergerak tidak berwujud.
 
Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruh maupun sebagian karena:

 Pewarisan; 
 Hibah; 
 Wakaf; 
 Wasiat; 
 perjanjian tertulis; atau 
 sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Hak Cipta dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia.


Hak ekonomi atas suatu Ciptaan tetap berada di tangan
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta selama Pencipta
atau Pemegang Hak Cipta tidak mengalihkan seluruh
hak ekonomi dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
tersebut kepada penerima pengalihan hak atas Ciptaan.

Hak ekonomi yang dialihkan Pencipta atau Pemegang


Hak Cipta untuk seluruh atau sebagian tidak dapat
dialihkan untuk kedua kalinya oleh Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta yang sama.
Ciptaan buku, dan/atau semua hasil karya tulis lainnya, lagu
dan/atau musik dengan atau tanpa teks yang dialihkan dalam
perjanjian jual putus dan/atau pengalihan tanpa batas waktu,
Hak Ciptanya beralih kembali kepada Pencipta pada saat
perjanjian tersebut mencapai jangka waktu 25 (dua puluh lima)
tahun.

Hak Cipta yang dimiliki Pencipta yang belum, telah, atau tidak
dilakukan Pengumuman, Pendistribusian, atau Komunikasi
setelah Penciptanya meninggal dunia menjadi milik ahli waris
atau milik penerima wasiat.
PENYELESAIAN SENGKETA
 
Penyelesaian sengketa Hak Cipta dapat dilakukan melalui
alternatif penyelesaian sengketa, arbitrase , atau pengadilan.

Pengadilan yang berwenang adalah Pengadilan Niaga.

Selain pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait dalam


bentuk Pembajakan, sepanjang para pihak yang bersengketa
diketahui keberadaannya dan/atau berada di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia harus menempuh terlebih dahulu
penyelesaian sengketa melalui mediasi sebelum melakukan
tuntutan pidana.
Pencipta, pemegang Hak Cipta dan/atau pemegang Hak Terkait
atau ahli warisnya yang mengalami kerugian hak ekonomi berhak
memperoleh Ganti Rugi.
 
Ganti Rugi diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam amar
putusan pengadilan tentang perkara tindak pidana Hak Cipta
dan/atau Hak Terkait.

Pembayaran Ganti Rugi kepada Pencipta, Pemegang Hak Cipta


dan/atau pemilik Hak Terkait dibayarkan paling lama 6 (enam)
bulan setelah putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Atas permintaan pihak yang merasa dirugikan karena pelaksanaan
Hak Cipta atau Hak Terkait, Pengadilan Niaga dapat mengeluarkan
penetapan sementara untuk:
 mencegah masuknya barang yang diduga basil pelanggaran Hak
Cipta atau Hak Terkait ke jalur perdagangan;
 menarik dari peredaran dan menyita serta menyimpan sebagai alat
bukti yang berkaitan dengan pelanggaran Hak Cipta atau Hak
Terkait tersebut;
 mengamankan barang bukti dan mencegah penghilangannya oleh
pelanggar; dan/atau
 menghentikan pelanggaran guna mencegah kerugian yang lebih
besar.
Ancaman Sanksi Pidana Hak Cipta

Pasal 112
Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) dan/atau pasal 52 untuk Penggunaan Secara Komersial, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan / atau pidana denda paling banyak Rp.
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

- Pasal 113
Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah).
Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Ancaman Sanksi Pidana Hak Cipta

- Pasal 113
 Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau

pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (l) huruf a, huruf b, huruf
e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau pidana
denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

 Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat


(3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
HAK PATEN
(Undang-Undang Nomor 13 tahun 2016 tentang
Paten)
Paten
MEREK
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia
Nomor  20 tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis
Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar,
logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua)
dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2
(dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa
yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan
barang dan/atau jasa.

Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang


diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama
atau badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis lainnya.

Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan
hukum untuk membedakan dengan jasa sejenis lainnya.
Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah
asal suatu barang dan/atau produk yang karena faktor lingkungan
geografis termasuk faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari
kedua faktor tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan
karakteristik tertentu pada barang dan/atau produk yang dihasilkan.

Hak atas Indikasi Geografis adalah hak eksklusif yang diberikan


oleh negara kepada pemegang hak Indikasi Geografis yang
terdaftar, selama reputasi, kualitas, dan karakteristik yang menjadi
dasar diberikannya pelindungan atas Indikasi Geografis tersebut
masih ada.
Merek yang dilindungi terdiri atas tanda berupa gambar,
logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam
bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara,
hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur
tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang
diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam
kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.

Hak atas Merek diperoleh setelah Merek tersebut


terdaftar.
Merek tidak dapat didaftar jika:

 bertentangan dengan ideologi negara,peraturan perundang-undangan, moralitas,


agama, kesusilaan, atau ketertiban umum; 
 sama dengan, berkaitan dengan, atau hanya menyebut barang dan/atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya;
 memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang asal, kualitas, jenis,
ukuran, macam, tujuan penggunaan barang dan/atau jasa yang dimohonkan
pendaftarannya atau merupakan nama varietas tanaman yang dilindungi untuk
barang dan/atau jasa yang sejenis;
 memuat keterangan yang tidak sesuai dengan kualitas, manfaat, atau khasiat dari
barang dan/atau jasa yang diproduksi;
 tidak memiliki daya pembeda; dan/atau
 merupakan nama umum dan/atau lambang milik umum.
Permohonan ditolak jika Merek tersebut mempunyai
persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan:
 Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih
dahulu oleh pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;
 Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa
sejenis;
 Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa
tidak sejenis yang memenuhi persyaratan tertentu; atau 
 Indikasi Geografis terdaftar.
Permohonan ditolak jika Merek tersebut: 
 merupakan atau menyerupai nama atau singkatan nama orang terkenal, foto,
atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan
tertulis dari yang berhak; 
 merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera,
lambang atau simbol atau emblem suatu negara, atau lembaga nasional maupun
internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang; atau
 merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang
digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas persetujuan
tertulis dari pihak yang berwenang.

Permohonan ditolak jika diajukan oleh Pemohon yang beriktikad tidak


baik.
Terhadap Merek terdaftar yang kemudian menjadi
nama generik, setiap Orang dapat mengajukan
Permohonan Merek dengan menggunakan nama
generik dimaksud dengan tambahan kata lain
sepanjang ada unsur pembeda.
Ancaman Sanksi Pidana Merek
Pasal 100
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan Merek yang sarna pada
keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/ atau jasa
sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak rnenggunakan Merek yang mempunyai
persamaan pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang
dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp
2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
(3) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), yang jenis barangnya mengakibatkan gangguan kesehatan, gangguan
lingkungan hidup, dan/atau kematian manusia, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah).
Ancaman Sanksi Pidana Merek

Pasal 101
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan tanda yang
mempunyai persamaan pada keseluruhan dengan Indikasi Geografis
milik pihak lain untuk barang dan/ atau produk yang sama atau
sejenis dengan barang dan/atau produk yang terdaftar, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan tanda yang
mempunyai persamaan pada pokoknya dengan Indikasi Geografis
milik pihak lain untuk barang dan/ atau produk yang sama atau
sejenis dengan barang dan/atau produk yang terdaftar, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
Ancaman Sanksi Pidana Merek

Pasal 102
Setiap Orang yang memperdagangkan barang dan/ atau jasa dan/atau
produk yang diketahui atau patut diduga mengetahui bahwa barang
dan/atau jasa dan/atau produk tersebut merupakan hasil tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 dan Pasal 101
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau
denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Pasal 103
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 sampai
dengan Pasal 102 merupakan delik aduan.
RAHASIA DAGANG
Menurut
Undang – Undang Nomor 30 tahun 2000 tentang
Rahasia Dagang
Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh
umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai
ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga
kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.

Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang Hak


Rahasia Dagang kepada pihak lain melalui suatu perjanjian
berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak)
untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu Rahasia Dagang
yang diberi perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan
syarat tertentu.
Lingkup perlindungan Rahasia Dagang meliputi metode produksi,
metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di
bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan
tidak diketahui oleh masyarakat umum.

Rahasia Dagang mendapat perlindungan apabila informasi tersebut


bersifat rahasia, mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga
kerahasiaannya melalui upaya sebagaimana mestinya.

Informasi dianggap bersifat rahasia apabila informasi tersebut


hanya diketahui oleh pihak tertentu atau tidak diketahui secara
umum oleh masyarakat.
Informasi dianggap memiliki nilai ekonomi apabila
sifat kerahasiaan informasi tersebut dapat
digunakan untuk menjalankan kegiatan atau usaha
yang bersifat komersial atau dapat meningkatkan
keuntungan secara ekonomi.

Informasi dianggap dijaga kerahasiaannya apabila


pemilik atau para pihak yang menguasainya telah
melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.
Pemilik Rahasia Dagang memiliki hak untuk:
 menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang

dimilikinya;
 memberikan Lisensi kepada atau melarang pihak

lain untuk menggunakan Rahasia Dagang atau


mengungkapkan Rahasia Dagang itu kepada pihak
ketiga untuk kepentingan yang bersifat komersial.
Pemegang Hak Rahasia Dagang atau penerima Lisensi dapat
menggugat siapa pun yang dengan sengaja dan tanpa hak
melakukan perbuatan , berupa:
 gugatan ganti rugi; dan/atau
 penghentian semua perbuatan

Gugatan diajukan ke Pengadilan Negeri.

Selain penyelesaian gugatan, para pihak dapat menyelesaikan


perselisihan tersebut melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian
sengketa.
Pelanggaran Rahasia Dagang juga terjadi apabila
seseorang dengan sengaja mengungkapkan Rahasia
Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari
kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga
Rahasia Dagang yang bersangkutan.

Seseorang dianggap melanggar Rahasia Dagang pihak


lain apabila ia memperoleh atau menguasai Rahasia
Dagang tersebut dengan cara yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ancaman Sanksi Pidana Rahasia Dagang

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan


Rahasia Dagang pihak lain dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Tindak pidana dalam Rahasia Dagang merupakan delik aduan.

Atas permintaan para pihak dalam perkara pidana ataupun


perkara perdata, hakim dapat memerintahkan agar sidang
dilakukan secara tertutup
Desain Industri
menurut UU No. 31 Tahun 2000 Tentang Desain
Industri
Desain Industri menurut UU No. 31 Tahun 2000

 Desain Industri didefinisikan sebagai suatu kreasi


tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis
atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan
dari padanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua
dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat
diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua
dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan
suatu produk, barang, komoditas industri, atau
kerajinan tangan.
Desain Industri yang Mendapatkan Perlindungan

 Berdasarkan Pasal 2 (1) dinyatakan bahwa Hak Desain Industri diberikan untuk Desain
Industri yang baru.
 Lalu Berdasarkan Pasal 2 (2) dinyatakan bahwa Desain Industri dianggap baru apabila pada

Tanggal Penerimaan, Desain Industri tersebut tidak sama dengan pengungkapan yang telah
ada sebelumnya.
 Kemudian, berdasarkan Pasal 2 (3) pengertian mengenai pengungkapan sebelumnya adalah

pengungkapan Desain Industri yang sebelum :


tanggal penerimaan; atau
tanggal prioritas apabila Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas.
telah diumumkan atau digunakan di Indonesia atau di luar Indonesia.
 Berdasarkan penjelasan pasal 2 (1) dan (2) terkadang dalam prakteknya banyak pengusaha

yang melakukan promosi terlebih dahulu atas produknya kemudian menjual produknya ke
pasaran sebelum Produk Desain Industrinya tersebut di daftarkan. Sehingga, pemeriksa
Desain Industri dari Kantor HKI biasanya akan menemukan desainnya tersebut dan
menyatakan bahwa desainnya tersebut sudah tidak memiliki kebaharuan karena sudah di
jual terlebih dahulu sebelum di daftarkan. Oleh karena itu, para pengusaha yang akan
memasarkan produk Desain Industrinya hendaknya terlebih dahulu untuk mendaftarkan
Desain Industrinya tersebut sebelum mengkomersialkan produknya di pasaran.
 Pasal 3 UU Desain Industri dijelaskan sebagai berikut :
 Suatu Desain Industri tidak dianggap telah diumumkan
apabila dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sebelum Tanggal Penerimaannya, Desain Industri tersebut :
 telah dipertunjukkan dalam suatu pameran nasional
ataupun internasional di Indonesia atau di luar negeri yang
resmi atau diakui sebagai resmi.
 telah digunakan di Indonesia oleh Pendesain dalam rangka
percobaan dengan tujuan pendidikan, penelitian, atau
pengembangan.
Jangka Waktu Perlindungan Desain Industri :

 Berdasarkan Pasal 5 (1) UU No. 31 Tahun 2001 Tentang


Desain Industri disebutkan bahwa Perlindungan terhadap
Hak Desain Industri diberikan untuk jangka waktu 10
(sepuluh) tahun terhitung sejak Tanggal Penerimaan.
 Berdasarkan pasal diatas, sebuah Desain Industri yang
telah lebih dari 10 tahun, maka Desain Industrinya
tersebut sudah tidak memiliki perlindungannya lagi
(public domain) maka siapapun dapat menggunakan
Desain Industrinya tersebut tanpa memerlukan izin dari
pemilik Desainnya.
Jika Perusahaan Memesan Sebuah Desain Kemasan
Kepada Pihak Ke 3 Lalu Proses pendaftaran
Desainnya
  Berdasarkan Pasal 6 (1) dinyatakan bahwa yang berhak
memperoleh Hak Desain Industri adalah Pendesain atau
yang menerima hak tersebut dari Pendesain.
 Berdasarkan Pasal diatas, jika perusahaan ingin mendaftarkan
sebuah desain kemasan produk, maka harus ada surat pengalihan
Hak dari Pendesain kepada Perusahaan sebagai pihak yang akan
mendaftarkan Desain Industrinya tersebut. Jika Desain Industri
anda akan didaftarkan melalui Jasa Konsultan Kekayaan
Intelektual, maka Konsultan akan memberikan template surat
pengalihan hak (Assignment) untuk ditanda-tangani oleh
pemberi hak (pendesain) diatas materai 6.000 dan juga
ditandatangani oleh penerima hak (pemohon/perusahaan).
Latar Belakang
 Pertimbangan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2000 tentang Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah:
 bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing dalam lingkup
perdagangan nasional dan internasional perlu diciptakan iklim yang
mendorong kreasi dan inovasi masyarakat di bidang Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu sebagai bagian dari sistem Hak Kekayaan Intelektual;
 bahwa Indonesia telah meratifikasi Agreement Establishing the World Trade
Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia)
yang mencakup Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property
Rights (Persetujuan TRIPs) dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994
sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu;
 bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
b, perlu dibentuk Undang-Undang tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
 Salah satu bidang perlindungan Hak Kekayaan
Intelektual yang mungkin baru sedikit orang yang
tahu adalah Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
(DTLST). Indonesia sudah memiliki Undang-
Undang No. 32 tahun 2000 Tentang Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu (UU DTLST), namun
demikian pemahaman yang utuh mengenai DTLST
ini masih belum bisa menjangkau secara luas
kepada masyarakat.
Ada 2 unsur utama dalam DTLST

 yaitu
 Sirkuit Terpadu merupakan produk jadi
 Desain Tata Letak adalah kreasinya. 
DTLST
 DTLST dimaknai sebagai kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari
berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen
aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu sirkuit terpadu dan
peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan sirkuit
terpadu.
 Jika diinterpretasikan dalam Bahasa bebas adalah sebuah rangkaian dari berbagai
komponen yang memiliki fungsi berbeda yang menimbulkan fungsi baru.
 Sirkuit terpadu ini bisa kita temukan dalam peralatan elektronik seperti radio,
televisi, telepon genggam, computer, dan lein sebagainya.
 Sirkuit terpadu ini merupakan komponen paling vital yang menjadikan benda
elektronik tersebut berfungsi sebagaimana mestinya.
 DTLST ini merupakan tempat dan bentuk dimana “otak” dari peralatan
elektronik tersebut ditempatkan. Contohnya adalah oscilator dalam radio
atau motherboard dalam computer.
 Karena begitu vitalnya fungsi sebuah sirkuit terpadu ini, maka perlu ada upaya
perlindungan atas hasil kreasi DTLST.
Pendaftaran DTLST
 Agar pendesain DTLST mendapatkan hak eksklusif
atas desainnya, maka perlu dilakukan permohonan
pendaftaran, karena Hak Eksklusif ini menganut
prinsip first to filed.
Adapun langkah-langkah untuk mendaftarkan
DTLST adalah :
1.Permohonan diajukan secara tertulis yang ditandatangani oleh pemohon langsung atau kuasanya. Adapun
isi dari permohonan tersebut memuat tentang:
 Tanggal surat permohonan
 Salinan foto atau gambar desain
 Nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pendesain
 Nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pemohon
 Nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan kuasa (jika dikuasakan)
 Apabila DTLST pernah digunakan sebelum proses pendaftaran, maka perlu disebutkan tanggal pertama
kali DTLST tersebut digunakan secara komersialPermohonan tertulis tersebut dilampiri dengan:
2.Gambar atau foto serta uraian DTLST
 Jika menggunakan kuasa, maka harus melampirkan surat kuasa
 Surat pernyataan bahwa DTLST tersebut adalah miliknya
 Surat keterangan tentang penggunaan pertama kali DTLST
 Jika permohon lebih dari satu, maka yang menandatangani permohonan adalah salah satunya.
3. Pemohon atau kuasa menyerahkan dokumen persyaratan tersebut kepada Dirjen Kekayaan Intelektual
(DJKI) untuk dilakukan verifikasi administratif.
4. Pemohon membayar PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) yang besarannya diatur dalam PP no 28
tahun 2019 yaitu Rp. 400.000 untuk kategori UMKM (Usaha Kecil Menengah Mikro) atau Rp. 700.000
untuk non-UMKM.
5. Setelah melakukan pembayaran, semua kelengkapan dokumen dimasukkan ke loket pendaftaran dan
 Hak eksklusif yang diberikan kepada pemilik
DTLST adalah 10 tahun sejak dikeluarkannya
sertifikat Hak eksklusif atas DTLST. Kepemilikan
hak eksklusif DTLST ini bisa dilisensikan kepada
pihak lain atau bisa juga dialihkan kepada pihak
lain melalui sebuah perjanjian yang didaftarkan
pula kepada DJKI dan membayar PNBP sebesar
Rp. 250.000.
Hak Perlindungan
Varietas Tanaman
(PVT)
Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman
 Hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) adalah hak yang
diberikan kepada pemulia dan/atau pemegang hak PVT untuk
menggunakan sendiri varietas hasil pemuliaannya atau memberi
persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk
menggunakannya selama waktu tertentu (Pasal 1 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan
Varietas Tanaman).
 Dengan demikian perlindungan diberikan terhadap varietas
tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui
kegiatan pemuliaan tanaman. PVT ini merupakan jawaban dari
alternatif perlindungan terhadap tanaman yang diberikan oleh
TRIPs.
 Perlindungan Varietas Tanaman, yang
selanjutnya disingkat PVT, adalah perlindungan
khusus yang diberikan negara, yang dalam hal ini
diwakili oleh Pemerintah dan pelaksanaannya
dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas
Tanaman, terhadap varietas tanaman yang
dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan
pemuliaan tanaman.
Pemegang hak PVT
 Sesuai dengan Pasal 5 UU PVT, pemegang hak PVT
adalah pemulia atau orang atau badan hukum, atau pihak
lain yang menerima lebih lanjut hak PVT dari pemegang
hak PVT sebelumnya. Jika suatu varietas dihasilkan
berdasarkan perjanjian kerja, maka pihak yang memberi
pekerjaan itu adalah pemegang hak PVT, kecuali
diperjanjikan lain antara kedua pihak dengan tidak
mengurangi hak pemulia. Jika suatu varietas dihasilkan
berdasarkan pesanan, maka pihak yang memberi pesanan
itu menjadi pemegang hak PVT, kecuali diperjanjikan lain
antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pemulia.
 Hak dan Kewajiban Pemegang Hak PVT

 Hak yang diperoleh pemegang PVT adalah hak untuk menggunakan dan memberikan persetujuan
kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakan varietas berupa benih dan hasil panen yang
digunakan untuk propagasi. Ketentuan ini berlaku juga untuk varietas turunan esensial yang berasal dari
suatu varietas yang dilindungi atau varietas yang telah terdaftar dan diberi nama, varietas yang tidak
dapat dibedakan secara jelas dari varietas yang dilindungi, dan varietas yang diproduksi dengan selalu
menggunakan varietas yang dilindungi. Hak untuk menggunakan varietas tersebut meliputi kegiatan:
 memproduksi atau memperbanyak benih;
 menyiapkan untuk tujuan propagasi;
 mengiklankan;
 menawarkan;
 menjual atau memperdagangkan;
 mengekspor;
 mengimpor;
 mencadangkan untuk keperluan sebagaimana dimaksud dalam butir 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7.
 Selain memperoleh hak sebagaimana dijelaskan di atas, pemegang hak PVT juga mempunyai kewajiban
sebagai berikut:
 melaksanakan hak PVT-nya di Indonesia;
 membayar biaya tahunan PVT;
 menyediakan dan menunjukkan contoh benih varietas yang telah mendapatkan hak PVT di Indonesia.
  Hak Pemulia
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai