Wawancara Psikiatri
Wawancara Psikiatri
Disusun oleh :
Dewi Sukmawati
Tiara Syamsa Noor W
Pembimbing:
dr. Rini Rianti,. Sp.KJ
Dr. Hermansyah Sunarya,. Sp. KJ
Tujuan
• Mengenal faktor-faktor
- Genetik-biologik-fisik-medik
- Temperamen-psikologik-perkembangan-pendidikan
- Sosial-budaya yang mempengaruhi pasien dan penyakitnya
• Menentukan evaluasi (multiaksial) yang tepat
Agar bersama dengan pasien, dapat ditentukan diagnosis serta
terapi yang komprehensif dan efektif
ANAMNESIS
I. Data Pribadi
II. Keluhan Utama
III. Riwayat Gangguan Sekarang Gambaran kronologis dan menyeluruh
mengenai kejadian yang sedang terjadi pada pasien
a. Awitan
b. Faktor Presipitasi
IV. Penyakit atau Gangguan Sebelumnya
a. Psikiatrik
b. Medik
c. Penggunaan Zat
IV. PENYAKIT/ GANGGUAN SEBELUMNYA
Keterangan mengenai segala kejadian yang pernah dialami
pasien dari lingkungan luar maupun dirinya sendiri, dan reaksi-
reaksinya terhadapnya
Psikiatrik
Episode terdahulu gejala, derajat disfungsi, terapi, lama
gangguan, kepatuhan terapi
Medik
Penyakit medik, bedah, trauma, penyakit neurologis, tumor,
kejang, gangguan kesadaran, HIV
Penggunaan zat
Stimulant, alkohol, morfin, dll
V. RIWAYAT HIDUP
1. Pranatal dan Perinatal 2. Masa kanak awal (0-3 tahun).
- kehamilan direncanakan atau tidak - kualitas interaksi anak - ibu
- bagaimana proses kelahirannya - gangguan perkembangan (pola tidur)
- cedera lahir - sifat masa kanak - kanak
- kesehatan ibu selama kehamilan - pola permainan dengan anak lain
- emosi ibu sewaktu melahirkan - gejala gangguan tingkah laku
- penggunaan obat oleh ibu saat hamil - fantasi berulang
Seksualitas : sikap terhadap lawan jenis dan sesama jenis, orientasi seksual
5. Masa Dewasa
• Riwayat Pekerjaan : jenis pekerjaan, konflik, ambisi perasaan terhadap pekerjaan, sikap
terhadap teman sejawat, atasan, riwayat pekerjaan
• Riwayat Perkawinan : lamanya, sifat, konflik, percerian, harapan terhadap pasangan
• Agama : latar belakang agama, pendidikan, sikap terhadap agamanya dan agama lain, aktivitas
keagamaan
• Riwayat Militer (jika ada)
• Aktivitas Sosial
• Situasi kehidupan sekarang : rumah tangga, tetangga, siapa yang tinggal serumah,pengaturan
tempat tidur, sumber keuangan, siapa yang menjaga anak
• Riwayat hukum : pernah ditangkap, sikap terhadap hukum, riwayat tindak kekerasan
6. Riwayat Psikoseksual
7. Riwayat Keluarga
8. Impian, fantasi, nilai-nilai
1. DESKRIPSI UMUM
Penampilan Sikap terhadap
Perilaku & aktivitas
Gambaran tampilan pemeriksa
psikomotor
dan kesan keseluruhan
Kooperatif,
terhadap pasien yang Aspek kualitas dan
bersahabat, penuh
direfleksikan dari kuantitas psikomotor
perhatian, berminat,
postur, sikap, cara (manerisme, tics, gerak
jujur, merayu,
berpakaian dan gerik, kejang, perilaku
defensif,
berdandan stereotipik, ekopraksia,
merendahkan,
hiperaktivitas, agitasi,
bingung, berbelit-belit,
tampak sehat/ sakit, fleksibilitas, rigiditas,
apatis, hostil,
tampak tenang, cara berjalan, kegesitan,
bercanda,
tampak lebih kegelisahan, telapak
menyenangkan,
tua/muda, rapi/ tidak, tangan basah,
mengelak, atau
kekanak-kanakan, perlambatan)
berhati-hati
bizzare
2. MOOD DAN AFEK
Mood
Suasana perasaan yang bersifat pervasif dan bertahan lama,
yang mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya.
Mood hipotimia
Mood eutimia Mood hipertimia
Secara pervasif diwarnai dengan Mood disforia
Suasana perasaan dalam Secara pervasif menunjukkan
kesedihan dan kemurungan. Suasana perasaan yg tidak
rentang “normal”, individu semangat dan kegairahan yg
Individu mengeluh tentang menyenangkan. Sering
mempunyai penghayatan berlebihan thdp berbagai aktivitas
kesedihan dan kehilangan diungkapkan dengan perasaan
perasaan yg luas dan serasi kehidupan. Perilaku hiperaktif,
semangat, sikap murung, perilaku jenuh, jengkel, atau bosan
dengan irama hidupnya tampak enerjik secara berlebihan
lamban
Aleksitimia
Mood ekstasia Anhedonia
Individu tidak mampu
Mood eforia Suasana perasaan yg diwarnai Suasana perasaan yg diwarnai
menghayati suasana
Suasana perasaan gembira dan dgn kegairahan yg meluap-luap. dengan kehilangan minat dan
perasaannya. Orangnya lazim
sejahtera secara berlebihan Sering pada pengguna zat kesenangan terhadap berbagai
sulit mengungkapkan
psikostimulansia aktivitas kehidupan
perasaannya
Afek mendatar
Suatu hendaya afektif lebih parah dari afek
Afek labil
menumpul. Individu kehilangan kemampuan
Menggambarkan perubahan irama perasaan yg
ekspresi emosi. Ekspresi wajah datar,
cepat dan tiba-tiba, yg tidak berhubungan
pandangan mata kosong, sikap tubuh yg kaku,
dengan stimulus eksternal
gerakan sgt minimal, irama suara datar seperti
‘robot’
Keserasian afek
Mempertimbangkan respon pasien terhadap topik yang sedang didiskusikan dalam wawancara.
Halusinasi Ilusi
Persepsi/ tanggapan Depersonalisasi
palsu, tidak berhubungan Derealisasi
dengan stimulus eksternal Persepsi atau
yg nyata; menghayati tanggapan Kondisi patologis yg Perasaan
gejala-gejala yg palsu, tidak muncul sebagai akibat
dikhayalkan sebagai hal dari perasaan subyektif subyektif
berhubungan
yg nyata. dengan stimulus dgn gambaran bahwa
- Halusinasi hipnagogik
eksternal yg
seseorang mengalami lingkunganny
- Halusinasi hipnapompik atau merasakan diri a menjadi
- Halusinasi auditorik nyata sendiri (tubuhnya)
- Halusinasi visual sebagai tidak nyata atau asing, tidak
- Halusinasi olfaktorik khayali (asing, tidak nyata
- Halusinasi gustatorik dikenali)
- Halusinasi taktil
- Halusinasi liliput
5. Proses
PIKIRANpikir Gangguan isi pikir:
Isi pikir
- Kemiskinan isi pikir
- Waham/ delusi: suatu perasaan keyakinan atau
Cara saat seseorang
kepercayaan yg keliru, berdasarkan simpulan yg keliru
menyatukan ide-ide dan
tentang kenyataan eksternal, tidak konsisten dgn intelegensia
asosiasi-asosiasi yang
dan latar belakang budaya pasien, dan tidak bisa diubah lewat
membentuk pemikiran penalaran atau dengan jalan penyajian fakta.
seseorang. - Preokupasi : pemusatan isi pikir pada ide tertentu.
- Obsesi : ide yg menetap dan sering tdk rasional, yg biasanya
- Produktifitas : cukup, dibarengi suatu kompulsi untuk melakukan suatu perbuatan,
miskin, atau berlebihan tdk dapat dihilangkan dgn usaha yg logis, behubungan dgn
ide kecemasan.
- Kontinuitas : koheren, - Kompulsi: kebutuhan dan tindakan patologis untuk
inkoheren, tangensial, melaksanakan suatu impuls, jika ditahankan akan
sirkumstansial, flight of menimbukan kecemasan, perilaku berulang sebagai respons
idea, melantur, dari obsesi atau timbul untuk memenuhi suatu aturan
mengelak, dan tertentu.
perseveratif. - Fobia: ketakutan patologis yg persisten, irasional, berlebihan,
- Hendaya bahasa : word dan selalu terjadi berhubungan dgn stimulus atau situasi
salad, clang association, spesifik yg mengakibatkan keinginan yg memaksa untuk
punning, neologisma menghindari stimulus tersebut.
WAHAM
a. Waham bizarre: keyakinan yg keliru, mustahil, dan aneh (cth: makhluk angkasa luar
menanamkan elektroda di otak manusia)
b. Waham sistematik: keyakinan yg keliru atau tergabung dengan satu tema/kejadian (cth:
org yg dikejar-kejar polisi atau mafia)
c. Waham nihilistik: perasaan yg keliru bahwa diri dan lingkungannya atau dunia tidak ada
atau menuju kiamat.
d. Waham somatik: keyakinan yg keliru melibatkan fungsi tubuh (cth: yakin otaknya
meleleh)
e. Waham paranoid
- Waham kebesaran: dirinya adalah org yg sangat kuat, sangat berkuasa atau sangat
besar.
- Waham kejar (persekutorik): mengira bahwa dirinya adalah korban dari usaha untuk
melukainya, atau yg mendorong agar dia gagal dalam tindakannya. (sering dirupakan
dalam bentuk komplotan, dokter, keluarga yg berkomplot merugikan, merusak,
mencederai, atau menghancurkan dirinya)
- Waham rujukan: tingkah laku orang lain pasti akan memfitnah, membahayakan, atau
akan menjahati dirinya.
- Waham dikendalikan: keinginan, pikiran, atau perasaannya dikendalikan oleh
kekuatan dari luar. (thought withdrawl, thought insertion, thought broadcasting,
thought control)
f. Waham cemburu: berasal dari cemburu patologis tentang pasangan yang tidak setia.
g. Eurotomania : biasanya pada perempuan, merasa yakin bahwa seseorang sangat
mencintainya.
6. SENSORIUM DAN KOGNISI
Untuk penilaian fungsi otak organik, taraf intelektual, taraf
intelegensi, kapasitas berpikir abstrak, tingkatan tilikan dan
daya nilai.
Kesadaran / sensorium
Kognisi Perhatian/ konsentrasi
Orientasi
Memori/ daya ingat
Berpikir abstrak
Kesadaran atau Sensorium
Suatu kondisi kesigapan seorang individu dalam menanggapi rangsang dari
luar maupun dari dalam diri
Kesadaran berkabut
Sopor Koma
Perubahan kualitas kesadaran
Derajat penurunan Derajat kesadaran paling tidak mampu berpikir jernih
kesadaran berat berat & berespon secara memadai
terhadap situasi disekitarnya
Kesadaran seperti
Delirium mimpi Twilight state
Orientasi
Orientasi Orientasi
personal/
orang ruang/ waktu
spatial
Kemampuan mengenali Kemampuan mengenali
orang yang sudah Kemampuan mengenali secara tepat waktu
dikenalnya tempat dimana dia berada dimana individu berada
Memori/ daya ingat
Proses pengolahan informasi, meliputi: perekaman, penyimpanan,
dan pemanggilan kembali
Tilikan
Kemampuan seseorang untuk memahami sebab sesungguhnya dan arti dari suatu
situasi.
1. Derajat 1: penyangkalan total terhadap penyakitnya.
2. Derajat 2 : ambivalensi terhadap penyakitnya
3. Derajat 3 : menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya.
4. Derajat 4 : menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak memahami
penyebab sakitnya.
5. Derajat 5 : menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya.
6. Derajat 6 : menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya.
DIAGNOSIS PSIKIATRI
Menggunakan skema klasifikasi multiaksial, terdiri dari 5 aksis :
Aksis I : gangguan klinis misal gangguan mood, skizofrenia
kondisi lain yang menjadi perhatian khusus
Aksis II : gangg kepribadian, retardasi mental
Aksis III : kondisi medis umum
Aksis IV : masalah psikologis dan lingkungan
Aksis V : penilaian fungsi secara global
TERIMA KASIH