Anda di halaman 1dari 14

Teori ini diperkenalkan oleh Elisabeth Noelle-

Neumann, 1974
Inti Teori
- Teori ini diperkenalkan sebagai salah satu
upaya untuk menjelaskan di bagian mana opini
publik dibentuk.
- Pilihan seseorang yang cenderung untuk tetap
diam, ketika orang tersebut merasa bahwa
mereka berada dalam posisi minoritas.
Konsep dari teori ini :
1.A Quasi Statistical Organ Sensing the Climate of
Opinion
2.Fear of Isolation : The Engine that Drives The
Spiral of Silence
3.The Powerful Role of The Mass Media
adalah mereka, orang-orang yang memiliki
organ kuasi-statistik, yaitu orang-orang yang
dapat mengetahui pendapat umum yang
sedang berlaku, tanpa memerlukan akses ke
poling pendapat umum

Orang-orang yang berada dalam kuasi-statistik


ini memiliki indra lebih kuat/tajam akan
perubahan iklim yang terjadi di sekitar mereka.
Mereka memiliki informasi yang lebih
mengenai apa yang orang/masyarakat
umumnya pikirkan dan rasakan.
hntuk dapat mengetahui pendapat umum
tersebut dapat dilakukan 2 hal yaitu :
a. Present Climate
melihat sekeliling, apa yang kebanyakan
orang pikirkan, terlepas dari pikiran kita
(pendapat umum)
b. Future Forecast
melihat pandangan ke depannya apakah
akan semakin banyak orang yang berpikir
hal yang sama seperti ini atau justru
sebaliknya
adalah ketakutan seseorang akan isolasi
dan mereka juga mengetahui perilaku-
perilaku apa yang akan membuat
mereka terisolasi secara sosial.

Konsep ini membahas mengenai adanya


gaya sentrifugal yang dapat
mempercepat terjadinya spiral
keheningan. Konsep ini didukung oleh
psikolog bernama Solomon Asch.
Ia menjelaskan bahwa orang akan lebih
mengabaikan bukti yang nyata sesuai
perasaan mereka dan lebih menerima
tekanan dari kelompok.
Menurut Noelle-Neumann, ia
mempertimbangkan bahwa orang-
orang lebih mengutamakan keinginan
yang sama untuk identitas dengan
pemenang, sebagai upaya
menghindarkan diri dari isolasi.
adalah orang enggan untuk
mengekspresikan pandangan minoritas
mereka karena mereka takut untuk
dikucilkan

Noelle-Neumann percaya bahwa media


meningkatkan turunnya minoritas dalam
spiral keheningan. Padahal setiap manusia
dilengkapi dengan organ kuasi-statistik
yang dapat digunakan untuk menganalisis
iklim dari opini publik.
Pluralistic Ignorance
adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh
media dimana media tidak menyajikan
sudut pandang secara
umum/campuran/proporsional dengan
kekuatan yang mereka miliki dalam
masyarakat.
Media massa dapat membuat kelompok
mayoritas terlihat minoritas.
TV dapat mengirimkan opini publik, TV juga
dapat membuatnya.
Media massa tidak hanya memberitahu apa
yang sebaiknya kita pikirkan, tetapi juga
memberikan pandangan mengenai apa
pikiran orang lain.
Faktor-faktor yang menentukan kemungkinan
bahwa seseorang akan menyuarakan
pendapat mereka :
1. Mereka yang mendukung posisi mayoritas
akan lebih bersedia menyampaikan
pendapat mereka daripada mereka yang
berada dalam posisi minoritas.
2. Jika persepsi seseorang dalam suatu iklim
tidak sesuai dengan pandangannya di
masa yang akan datang, maka orang
tersebut akan lebih banyak berbicara.
3. Orang akan lebih senang untuk berbicara
dengan orang lain yang memiliki pikiran
yang sama dengan mereka,
dibandingkan dengan orang yang tidak
setuju.
4. Harga diri seseorang yang rendah, akan
membuatnya tetap diam.
5. Laki-laki, orang dewasa, dan orang-orang
kelas menengah atas lebih senang
berbicara.
6. Hukum yang ada mendorong seseorang
untuk mengungkapkan pendapat mereka
ketika mereka merasa kalah.
Noelle-Neumann menyebutkan bahwa ada
orang yang tidak akan pernah diam.
1. Hard Core non-Conformist
adalah orang-orang yang telah
mengalahkan dan diturunkan pada posisi
yang defensif dalam publik, orang-orang ini
tidak punya pilihan lain kecuali berbicara.
2. Avant-Garde
adalah orang-orang yang intelektual,
seniman dan reformis/pembuat perubahan
yang selalu berada di garis depan dan
membawa ide-ide baru.
Positif
1. Mihaly Csikszentmihalyi, ahli sosiologi dari
hniversitas Chicago mengatakan bahwa
teori ini paling asli, paling komprehensif
dan paling digunakan dalam teori opini
publik
2. Teori ini tetap ada sampai abad ke-21
Negatif
1. Asumsi bahwa ketakutan akan isolasi membuat
masyarakat diam, padahal seseorang tersebut diam
bisa saja karena malu, tidak tertarik dengan topik
atau tidak ingin membuat malu lawan bicaranya.
2. Bergantung pada ujian hipotetis untuk mengukur
kesediaannya untuk berbicara, padahal menurut
para ahli, seharusnya keinginan seeorang untuk
berbicara harus lebih mementingkan pada
kesediannya mau berbicara atau tidak, bukan pada
ujian/pertanyaan hipotetis.
3. Teori ini memfokuskan diri pada iklim publik/nasional
daripada pendapat kelompok, padahal seseorang
akan lebih bersedia berbicara dalam iklim yang
sempit (keluarga dan teman)
4. Dietram Sheufele, Profesor Komunikasi di hniversitas
Cornell membahas tiga kelemahan utama dalam
teori ini.

Anda mungkin juga menyukai