Janin
KELOMPOK 1
Definisi HIV-AIDS
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi sel-sel system
kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama infeksi berlangsung,
system kekebalan tubuh menjadi lemah, dan orang menjadi lebih rentan terhadap infeksi.
Tahap yang lebih lanjut dari infeksi HIV adalah acquired immunodeficiency syndrome
(AIDS). Hal ini dapat memakan waktu 10-15tahun untuk orang yang terinfeksi HIV
hingga berkembang menjadi AIDS.
Etiologi
Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia
masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus
HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain,
dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap
HIV selalu dianggap infeksius yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita
tersebut.
Pemeriksaan Penunjang
Tes-tes saat ini tidak membedakan antara antibody ibu/bayi, dan bayi dapat menunjukkan
tes negatif pada usia 9 sampai 15 bulan. Penelitian mencoba mengembangkan prosedur
siap pakai yang tidak mahal untuk membedakan respons antibody bayi dan ibu.
1. Pemeriksaan histologis, sitologis urin , hitung darah lengkap, feces, cairan spina, luka,
sputum,dan sekresi.
2. Tes neurologis: EEG, MRI, CT Scan otak, EMG.
Penatalaksanaan Medis
Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga cara, dan bias
dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah persalinan. Cara
tersebut yaitu:
. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan dan untuk bayi yang
baru dilahirkan. Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah
sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk
menularkan HIV
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup
yang beresiko.
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pengeluaran
yang berlebihan ( muntah dan diare berat ).
3. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi, kejang abdomen dan infeksi.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan HIV dan AIDS (perjalanan, penyebaran
penyakit, efek jangka panjang pada wanita dan janin.
C. Perencanaan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi Kriteria hasil : Mengidentifikasi/ikut serta dalam perilaku yang
mengurangi resiko infeksi, tidak demam dan bebas dari pengeluaran/sekresi purulen dan tanda-tanda
lain dari kondisi infeksi.
Intervensi :
-pasien dan orang terdekat sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan.
-Berikan lingkungan bersih dan berventilasi.
-Pantau TTV, terutama suhu.
Periksa adanya luka/lokasi alat invasif, perhatikan tanda-tanda inflamasi/infeksi local.
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan ( muntah dan diare berat ). Tujuan : mempertahankan bb dari berat sebelum sakit.
Kriteria hasil : Mempertahankan berat badan atau memperlihatkan peningkatan berat badan dan
mendemonstrasikan keseimbangan nitrogen positif, bebas dari malnutrisi dan menunjukkan
perbaikan tingkat energy.
Intervensi :
-Kaji kemampuan mengunyah, merasakan, dan menelan.
-Aukultasi bising usus.
-Timbanng berat badan sesuai kebutuhan
-Dorong pasien duduk pada saat makan.
3. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi, kejang abdomen dan infeksi. Tujuan :
Nyeri dapat diatasi dan hilang. Kriteria hasil : Hilangnya/terkontrolnya rasa sakit,
menunjukkan posisi/ekspresi wajah rileks.
Intervensi:
-Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas nyeri (skala 0-10), frekuensi dan waktu.
-Berikan aktivitas hiburan, misalnya membaca, menonton TV dan berkunjung.
-Instruksikan melakukan relaksasi progresif dan teknik napas dalam.