Anda di halaman 1dari 102

EFUSI PLEURA

Syokumawena
Syokumawena

Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Palembang
Efusi Pleura
• Defenisi :
Pengumpulan cairan dalam rongga
pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal lebih
dari normal
• Cairan pleura
• Normal cairan pleura 5-15 ML
• Fungsi cairan untuk pelumas yang
memungkinkan permukaan pleura
bergerak tanpa adanya friksi
Patogenesis efusi pleura
1.Pembentukan meningkat
– Peningkatan tek intravaskuler pleura ( hidrostatik
meningkat )
• Gagal jantung
– Peningkatan cairan di intersisial paru
• Udem paru
– Peningkatan cairan di peritoneum
• Acites
– Peningkatan permeabilitas vaskuler
• Proses peradangan, keganasan
– Peningkatan protein intra pleura
Patogenesis efusi pleura
1.Pembentukan meningkat
– Penurunan tekanan intra pleura
• Atelektasis
– Penurunan tekanan koloid osmotik vaskuler
• Hipoalbuminemia
– Ruptur ductus torasikus
• Chylothorax
– Ruptur pembuluh darah
• Hemothorax
Patogenesis efusi pleura

2. Penurunan kemampuan absorbsi


– Obstruksi sist limp pleura parietal
• Penekanan oleh masa tumor
– Peningkatan tekanan intravaskuler
• Gagal jantung
• ETIOLOGI EFUSI PLEURA
• INFEKSI
– TUBERKULOSIS
– NON TUBERKULOSIS
 Pneumonia ( para pneumonia efusi )
 Jamur
 Parasit
 Virus
• NON INFEKSI
– Hipoproteinemia
– Neoplasma
– Kelainan sirkulasi/ gagal jantung
– Emboli paru
– Atelektasis
• TRAUMATIK ( HEMOTORAX )
Patofisiologi

• Dalam keadaan normal hanya


terdapat 10-20 ml cairan di dalam
rongga pleura.
• Jumlah cairan di rongga pleura tetap,
karena adanya tekanan hidrostatis
pleura parietalis sebesar 9 cm H2O.

10
Patofisiologi
• Akumulasi cairan pleura dapat terjadi
apabila tekanan osmotik koloid menurun
misalnya pada penderita hipoalbuminemia
dan bertambahnya permeabilitas kapiler
akibat ada proses keradangan atau
neoplasma, bertambahnya tekanan
hidrostatis akibat kegagalan jantung dan
tekanan negatif intra pleura apabila terjadi
atelektasis paru (Alsagaf, & Mukti, 1995).
11
Macam-macam bentuk cairan pleura;
A. Exudat
B. Transudat
C. Darah ( hematotorak )
D. Pus ( empiema )
E. Xilotorak
Macam-macam sifat cairan pleura

A. EKSUDAT:
– Peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga
akan terjadi perem besan cairan dan protein
ke pleura
• Infeksi TB
• Infeksi NON TB ( pneumonia, jamur,
virus )
• Keganasan ( Primer , Metastase)
Macam-macam sifat cairan pleura

B. TRANSUDAT :
– Perembesan cairan yg tidak/sedikit disertai
perembesan protein
– Mekanisme ada 3
• Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler
• Penurunan tekanan koloid osmotik kapiler
• Penurunan tekanan intra pleura
Terbentuknya cairan bisa ok satu atau lebih mekanisme ini
– etiologi
• Gagal jantung
• Sirosis hepatis  Asites
• Atelektasis
• Sindrome nefrotik
• Meigs syndrome
• Keganasan efek secara tidaklangsung oleh proses
keganasan seperti hipoalbumin
Perbedaan eksudat dg transudat

Eksudat Transudat
Rivalta (+) (-)
Protein > 3 gr/ dl < 3 gr/ dl
Kriteria light (+) (-)

Kriteria light
LDH cairan pleura/ LDH serum > 0,6
LDH cairan pleura / LDH serum > 2/3
protein pleura / serum > 0,5
Diagnosis
1. Anamnesis
2. PF
3. RO
4. Lab / Analisa cairan pleura
5. Proof punksi ( pembuktian dengan melakukan
injeksi pada lokasi yg di curigai )
6. Sitologi cairan pleura
7. Biopsi pleura
1. GAMBARAN KLINIK/ ANAMNESIS
• Demam +/-
• Rasa penuh/tak enak didada / nyeri +/-
• Batuk-batuk
• Sesak nafas
• Posisi tidur lebih enak miring ke arah yg
sakit
– Gej klinis efusi pleura tergantung jumlah
cairan
• Gejala klinis tergantung penyakit dasarnya
2. PEMERIKSAAN FISIS :
– Kelainan (+) bila cairan > 500 cc,
– Inspeksi,
 Statis tampak lebih cembung
 Dinamis gerakan tertinggal
– Palpasi,
 Fremitus, menurun
– Perkusi,
 Redup - pekak
– Auskultasi
 Suara nafas hilang
Pemeriksaan Fisik
• Status Kesehatan Umum
• Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji,
bagaimana penampilan pasien secara
umum, ekspresi wajah pasien selama
dilakukan anamnesa, sikap dan
perilaku pasien terhadap petugas,
bagaimana mood pasien untuk
mengetahui tingkat kecemasan dan
ketegangan pasien.
19
Inspeksi
• Pada pasien effusi pleura bentuk
hemithorax yang sakit mencembung,
iga mendatar, ruang antar iga melebar,
pergerakan pernafasan menurun.
Pendorongan mediastinum ke arah
hemithorax kontra lateral yang
diketahui dari posisi trakhea dan ictus
kordis. RR cenderung meningkat dan
dyspneu.
20
Palpasi
• Fremitus vokal menurun terutama untuk
effusi pleura yang jumlah cairannya > 250
cc.
• Disamping itu pada palpasi juga
ditemukan pergerakan dinding dada yang
tertinggal pada dada yang sakit.

21
Perkusi
• Suara perkusi redup sampai pekak tegantung
jumlah cairannya. Bila cairannya tidak mengisi
penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas
atas cairan berupa garis lengkung dengan
ujung lateral atas ke medical penderita dalam
posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-
Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian
depan dada, kurang jelas di punggung.

22
Auskultasi
• Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang.
Pada posisi
duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya
ada kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin
saja akan ditemukan tandatanda auskultasi dari
atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan.
• Ditambah lagi dengan tanda i – e artinya bila penderita
diminta
mengucapkan kata-kata i maka akan terdengar suara e
sengau, yang disebut egofoni

(Alsagaf, Bagus, Adjis, & Abdol, 1994)


23
3. RADIOLOGIS
Ro PA

RADIOLOGIS PA
• Terlihat bila cairan > 300 cc
• Sudut kosto preniku tumpul ± 100 cc
• Tampak garis Ellis D‘amoiseau
• Pendorongan kearah yg sehat
• perselubungan homogen dmn lateral
lebih tinggi dari medial
• Sela iga melebar
Radiologis

Apabila hasil RO PA meragukan terhadap


cairan
o CT-Scan
• untuk cairan sedikit 50 cc
o lateral dekubitus kanan/ kiri
• Prinsipnya cairan akan berpindah ke
tempat yg lebih rendah
4. ANALISA CAIRAN PLEURA
• RIVALTA : +/-
• PROTEIN : GR / 100 ML
• LEUKOSIT : / mm 3
• GLUKOSA : MG / 100
• ADA : U/L
• DIFF. COUNT :
– PMN : %
– MN : %
• BTA :+/-
• Amilase
• Rivalta ; Exudat ( + )
Transudat (-)

• PROTEIN
– Exudat Protein > 3 gr/ dl
– Transudat protein < 3 gr / dl

• LEUKOSIT
– Transudat < 1000/mm3
– Exudat > 1000/mm3
• GLUKOSA
– < 30 MG / 100 CC :
– PLEURITIS RHEUMATOID
– < 60 MG / 100 CC :
– TB
– KEGANASAN
– PENURUNAN KADAR GLUKOSA KARENA
– GLIKOSIS EKSTRA SELULER
– GANGGUAN DIFUSI KARENA KERUSAKAN
PLEURA
• ADA
– Enzim katalase adenosin inosine
– > 70 u/l spesifik TB

• Diffcount
– pmn > akut
– mn > kronis
• AMILASE
– Exudat ( pankreatitis, keganasan, ruptur esofagus )
Tanda & Gejala
• Manifestasi klinik efusi pleura akan
tergantung dari jumlah cairan yang ada
serta tingkat kompresi paru.
• Jika jumlah efusinya sedikit (misalnya <
250 ml), mungkin belum menimbulkan
manifestasi klinik dan hanya dapat
dideteksi dengan X-ray foto thorakks.

30
Tanda & Gejala
Dengan membesarnya efusi akan terjadi restriksi
ekspansi paru  :
• Dispneu bervariasi
• Nyeri pleuritik biasanya mendahului
efusi sekunder akibat penyakit pleura
• Trakea bergeser menjauhi sisi yang
mengalami efusi
• Ruang interkostal menonjol (efusi
yang berat)
31
Tanda & Gejala
• Pergerakan dada berkurang dan
terhambat pada bagian yang terkena
• Perkusi meredup di atas efusi pleura
• Egofoni di atas paru-paru yang
tertekan dekat efusi
• Suara nafas berkurang di atas efusi
pleura
• Fremitus vokal dan raba berkurang
32
PENATALAKSANAAN:
1. Obati penyakit dasar
2.Punksi pleura:
–INDIKASI
Diagnostik
Paliatif ( mengurangi gejala; sesak
nafas )
Cairan produktif

3.Punksi pleura dapat di lakukan;


 WSD atau mini WSD
POINT OF ENTRY
(First)

Standard:
Mid Axillar Line
ICS 5, 6, 7 for
Pleural Effusion

04/18/2021 34
04/18/2021 36
04/18/2021 37
04/18/2021 38
Penatalaksanaan pleurodesis

– Obat-obatan
• Antibiotik ( tetrasiklin 1500mg, doxycycline
500mg )
• Talk slurry 400 mg/kg, talk 10 gr/ 250 ml
• Anti kanker ( bleomycin 60 mg )
• Betadin, darah
– Efek samping
• Nyeri
• Efusi pleura lokulated

• Shunt - pleuroperitonium
Penatalaksanaan
• Drainase cairan jika efusi
menimbulkan gejala subyektif seperti
nyeri, dyspnea
• Antibiotik jika terjadi empiema
• Pleurodesis
• Operatif

40
Pengkajian keperawatan
• Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu
mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau
kepercayaan, suku bangsa, bahasa
yang dipakai, status pendidikan dan
pekerjaan pasien.

41
Keluhan Utama
• Keluhan utama merupakan faktor
utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke
rumah sakit.
• Biasanya pada pasien dengan effusi
pleura didapatkan keluhan berupa :
sesak nafas, rasa berat pada dada,
nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang
bersifat tajam dan terlokasilir terutama
pada saat batuk dan bernafas serta
batuk non produktif.

42
Anamnesis
• Nyeri dada dan sesak napas adalah dua
kondisi yang terbanyak disampaikan oleh
pasien.
• Nyeri membuat pasien membatasi gerakan
rongga dada dengan bernapas
• Tidur miring ke arah sisi yang sakit
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum: sesak nafas dengan
napas dangkalInspeksi:hemitoraks yang
sakit ruang sela iga yang melebar,
mendatar dan tertinggal pada saat
pernapasan. Medistinum terdorong ke
arah kontra lateralPalpasi:Fremitus
suara lemah/ menghilang
• Perkusiterdengar suara redup di daerah
tempat efusi
• Auskultasisuara pernafasan menjadi lemah
sampai menghilang pada daerah efusi
pleura
Pemeriksaan penunjang
• RO Toraks PA dan Lateral
• USG Toraks
• CT Scan Toraks
Tindakan diagnostik dan therapi
• Pungsi pleura diagnostik
• ˜ Pungsi pleura Evakuasi
• ˜ Pemasangan WSD
• Persiapan alat dan bahan:
• spuit 3/5/10 ml,hand scoon steril, alkohol
dan kapas.
•  
• Pasien:
• persetujuan tindakan, RO toraks atau CT
Scan toraks terbaru atau marker USG.
• Prosedur:
• ˜ Pasien posisi duduk nyaman
• ˜ Periksa vital sign, tentukan lokasi
berdasar pemeriksaan fisik, radiologi.
Suplementasi oksigen bila perlu.
• ˜ Operator dan asisten siap.
• ˜ Lakukan tindakan disinfeksi.
• Masukkan perlahan jarum spuit di lokasi.
(rasakan saat jarum menembus pleura).
• ˜ Aspirasi perlahan tarik jarum spuit.
• ˜ Tekan lokasi menggunakan kapas yang
diberi alkohol dan plester.
• ˜ Tindakan selesai.
• ˜ Edukasi pasien
Fungsi evakuasi
• Indikasi:
• evakuasi cairan/ udara dalam rongga
pleura untuk terapi dan diagnostik.
• Persiapan alat dan bahan:
• spuit 5 ml, hand scoon steril, alkohol,
povidone iodin dan kapas, tranfusi/ infus
set, lidocain, abbocath 14G, three
way,spuit 50 ml lobang pinggir, urine bag/
flabot, kassa steril, plester.
• Pasien:
• persetujuan tindakan, RO toraks atau CT
Scan toraks terbaru atau marker USG
• Prosedur:
• ˜ Periksa vital sign, tentukan lokasi
berdasar pemeriksaan fisik, radiologi.
• ˜ Lakukan tindakan disinfeksi .
• ˜ Masukan perlahan jarum spuit di lokasi.
Aspirasi perlahan.
• ˜ Tarik jarum spuit.
• ˜ Anastesi lokal dengan lidocain
• Masukan abbocath 14G, hubungkan
dengan tranfusi/ infus set dan urine bag.
• ˜ Evakuasi cairan
• ˜ Tarik abbocath
• ˜ Tekan lokasi menggunakan kapas yang
diberi alkohol dan plester.
• ˜ Tindakan selesai.
• ˜ Edukasi pasien.
Pemasangan WSD
• Indikasi: Pneumotoraks
ventile/>20%/<20% dengan sesak napas,
efusi pleura masif, hidropneumotoraks,
empyema, efusi pleura ganas,
hematotoraks, chylotoraks.
• ˜ Persiapan Alat & bahan: thorac
catheter+ trocard/ NGT, trocard, urine
bag/ flabot, spuit 5 ml, lidocain, surgical
blade, jarum kulit, benang, hand scoon,
masker, inj.
• Analgetik, kassa steril, alkohol 70%,
povidone iodin, plester, flabot
kosong/botol kosong, cairan savlon.
• ˜ Persiapan pasien: persetujuan
tindakan, bawa RO toraks terbaru.
• Prosedur:
• ˜ Pasien posisi duduk nyaman
• ˜ Periksa vital sign, beri suplementasi
oksigen.
• ˜ Tentukan lokasi dengan terlebih dahulu
dilakukan proof diagnostik (tindakan
aseptik) à”triangle of safety”, jangan sub
costaà hati-hati a/v/n
• ˜ Operator dan asisten siap
• Tindakan aseptik (povidone
iodine+alkohol) di daerah operasi, pasang
duk steril.
• ˜ Lakukan anastesi lokal ditempat yang
akan dilakukan pemasangan chest tube
(infiltrasi dulu) masuk lapis demi lapis
sampai pleura
• ˜ Ukur kedalaman tube dan beri marker
(NGT)
• ˜ Incisi kulit sesuai besar trocar/ chest
tube
• ˜ Perdalam lapis demi lapis secara tumpul
menggunakan klem/ gunting tumpul.
• ˜ Masukan trocard/chest tubeàHubungkan
ke botol/flabot dengan sistem WSD dan
alirkan.
• ˜ Buat jahitan model “tabac sac” dan
penggantung.
• Tutup luka dengan kassa steril dan
povidone iodine, plester
• ˜ Buat fiksasi tube dengan lester di
pinggang dan di botol/flabot.
• ˜ Tindakan selesai

• ˜ Evaluasi wsd: harian volume cairan,


tinggi undulasi, emfisema sub cutis dan
infeksi luka.
Pelepasan WSD
• Syarat pelepasan chest tube terpenuhi.
• ˜ Dilakukan anastesi lokal, jahitan tabac
sac diikat kuat (hati-hati benang putus).
Benang penggantung di lepas.beri salep
AB tutup dengan kassa dan plester.
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien dengan effusi pleura biasanya
akan diawali dengan adanya tandatanda
seperti batuk, sesak nafas, nyeri
pleuritik, rasa berat pada dada, berat
badan menurun dan sebagainya.
• Perlu juga ditanyakan mulai kapan
keluhan itu muncul. Apa tindakan yang
telah dilakukan untuk menurunkan
atau menghilangkan keluhankeluhannya
tersebut.

68
Riwayat Penyakit Dahulu
• Perlu ditanyakan apakah pasien
pernah menderita penyakit seperti
TBC paru, pneumoni, gagal jantung,
trauma, asites dan sebagainya. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor
predisposisi.

69
Riwayat Penyakit Keluarga
• Perlu ditanyakan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakitpenyakit
yang disinyalir sebagai
penyebab effusi pleura seperti Ca paru,
asma, TB paru dan lain sebagainya

70
Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap


penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana
perilaku pasien terhadap tindakan
yang dilakukan terhadap dirinya.

71
Pengkajian Pola Fungsi
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
• Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah
sakit
mempengaruhi perubahan persepsi tentang
kesehatan, tapi kadang juga memunculkan
persepsi yang salah
terhadap pemeliharaan kesehatan.
• Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan
merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-
obatan bisa
menjadi faktor predisposisi
Lukman timbulnya penyakit. 72
Critical Care Nursing
Pola nutrisi dan metabolisme
• Dalam pengkajian pola nutrisi dan
metabolisme, kita perlu melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan
untuk mengetahui status nutrisi pasien
• Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan
minum sebelum dan selama MRS pasien
dengan effusi pleura akan mengalami
penurunan nafsu makan akibat dari sesak
nafas dan penekanan pada struktur
abdomen.
• Peningkatan metabolisme akan terjadi
akibat proses penyakit. pasien dengan
73
Pola eliminasi
• Dalam pengkajian pola eliminasi perlu
ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi
sebelum dan sesudah MRS.
• Karena keadaan umum pasien yang lemah,
pasien akan lebih banyak bed rest sehingga
akan menimbulkan konstipasi, selain akibat
pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot
tractus degestivus.

74
Pola aktivitas dan latihan
• Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan
kurang terpenuhi
• Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada
aktivitas minimal.
• Disamping itu pasien juga akan mengurangi
aktivitasnya akibat adanya nyeri dada.
• Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya
sebagian kebutuhan pasien dibantu
oleh perawat dan keluarganya.
75
Pola tidur dan istirahat
• Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan
suhu tubuh akan berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat,
• Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan
dari lingkungan rumah yang tenang ke
lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang
yang mondar-mandir, berisik dan lain
sebagainya.

76
Pola hubungan dan peran
• Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien
akan mengalami perubahan peran, misalkan
pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak
dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang
ibu yang harus mengasuh
anaknya, mengurus suaminya.
• Disamping itu, peran pasien di masyarakatpun
juga mengalami perubahan dan semua itu
mempengaruhi hubungan interpersonal pasien.

77
Pola persepsi dan konsep diri
• Persepsi pasien terhadap dirinya akan
berubah.
• Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba
mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada.
Pasien mungkin akan beranggapan bahwa
penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan
mematikan.
• Dalam hal ini pasien mungkin akan
kehilangan gambaran positif terhadap dirinya

78
Pola sensori dan kognitif

Fungsi panca indera pasien


tidak mengalami
perubahan, demikian juga
dengan proses berpikirnya.

79
Pola reproduksi seksual

Kebutuhan seksual pasien dalam


hal
ini hubungan seks intercourse
akan
terganggu untuk sementara waktu
karena pasien berada di rumah
sakit
dan kondisi fisiknya masih lemah.
80
Pola penanggulangan stress
• Bagi pasien yang belum mengetahui
proses penyakitnya akan mengalami
stress dan mungkin pasien akan
banyak bertanya pada perawat dan
dokter yang merawatnya atau orang
yang mungkin dianggap lebih tahu
mengenai penyakitnya.

81
Pola tata nilai dan kepercayaan

Sebagai seorang beragama pasien


akan lebih mendekatkan dirinya
kepada Tuhan dan menganggap
bahwa penyakitnya ini adalah suatu
cobaan dari Tuhan.

82
Diagnosa Keperawatan
• Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan
menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap
penumpukkan cairan dalam rongga pleura (Susan Martin
Tucleer, dkk, 1998).
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan metabolisme
tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas
sekunder terhadap penekanan struktur abdomen
(Barbara Engram, 1993).

83
Diagnosa Keperawatan
•  Cemas berhubungan dengan adanya ancaman kematian
yang dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas).
• Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk yang
menetap dan
sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan
• Defisit perawatan diri berhubungan dengan keletihan
(keadaan fisik yang lemah)
• Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan
pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan informasi

84
SEKIAN TERIMA KASIH
EMPIEMA

Defenisi ;
Adanya pus dalam rongga pleura
kultur bakteri (+)
WBC > 15000/mm3
protein > 3 gr/dl
Gejala klinis
• Demam tinggi, nyeri dada karena gesekan pleura
parietal dg viseral pada keadaan pus masih sedikit

• Batuk-batuk dengan sputum banyak dan jika telah


terjadi vistel bronkopleura sputum akan bercapur dg
pus. Gambaran radiologis akan tampak “air fluid level
“dan di kenal dengan piopneumotorak

• Gejala sama dengan efusi pleura


• Etiologinya sering di sebabkan aspirasi dari bakteri
penderita gigi berlobang ( abses ) atau abses paru
Piopneumotorak
Patofisiologi
Cairan steril
Stad exudtiva WSD (-)
( para pneumonia efusi)

Fibrin (+)
WSD (+)
Std fibropurulen Ph & glukosa ( )
LDH ( )

Std organissi Empiema nesesitasis


Fistulo bronkopleura
• Fase eksudatif
– Permulaan dimana cairan steril dan encer
– Sel leukosit pmn masih sedikit dan ph normal
• Fase fibropurulen
– Cairan sudah pus, bakteri (+)
– Ph dan glukosa rendah LDH meningkat
• Fase organisasi
– Pus tambah kental “ peel “
– Komplikasi jika tidak di pasang WSD ;
• Pus akan keluar sendiri melalui dinding dada di sebut dg
Empiema nesesitasis
• Fistulo bronkopleura
ETIOLOGI
Etiologinya sering di sebabkan aspirasi dari bakteri penderita
gigi berlobang ( abses ) atau abses paru

• Infeksi paru
– Pneumonia, Tuberkulosis, abses
• Bedah torax
• Trauma
• Esofagus perforasi
• Spontan pneumotorak
• Torakosentesis
• Subdiapragma infeksi
• Septisemia
• Gigi berlobang dan abses paru sering sebagai sumber
penyebab bakteri anaerob
PENATALAKSANAAN

• Anti biotik sesuai dengan etiologi / kultur


• Anaerob drug of choice adalah metronidazole 3-
4x 500mg
• Prinsip tidak boleh ada pus di rongga pleura
• Pemasangan WSD/ torax tube
– Bilasan betadine
• Kapan wsd di lepaskan
• Operasi
– Dekortikasi
– Fistulorapi
D. CHYLOTHORAK
• Defenisi; terdapatnya cairan limfe ( chyle) di
pleura ok robeknya duc torasikus
• Sifat;
– Bakteriostatik
– Tidak mengiritasi
– Opalesen “ milky “
– Tidak berbau busuk
– Komposisi
• Kolesterol
• Kilomikron
• Trigliserida
• limfosit
Gejala klinis
• Tergantung penyakit dasar
• Gejala dari efusi pleura ( sesak nafas terutama
waktu aktivitas dan perubahan posisi tidur, dada
bagian yang sakit terasa penuh )
• Cahexia kerena kehilangan banyak lemak,
kolesterol dll
• Produksi cairan meningkat setelah makan yang
berlemak
CHYLE
Duk Torasikus

LEMAK
(KILOMIKRON)
2 – 10 x

1500 – 2500 ml / hari

CYSTERNA CHYLI
• (RETRO PERIT
• Lumbal 2
Etiologi
• Invasi tumor ganas
– limpoma
• Trauma
• Idiopatik
– Kongenital
Pseudochylothorax/ chyliform
• Pseudo/chyliform adalah efusi pleura
menyerupai susu dan mengandung tinggi lipid
tapi bukan di sebabkan oleh kerusakan duct
torasikus.
• Patogenesisnya tidak di ketahui tapi sering
ditemukan pada efusi pleura lama rata2 5
tahun
• Gejala klinis asimtomatik
• Radiologis tampak penebalan dan kalsifikasi
pleura
EMPIEMA CHYLOUS CHYLOFORM

PUTAR mengendap (-) (-)

ETIL ETER KERUH JERNIH JERNIH

CHOLESTEROL < 20 MG / DL 20 – 250 MG/ 20 – 300 MG/DL


KRISTAL (-) DL (+)
KOLESTEROL (-)
TRIGLISERIDA < 50 MG / DL > 110 MG / DL < 50 MG / DL

KILOMIKRON (-) (+) (-)


Penatalaksanaan
• WSD
– Untuk tujuan pleurodesis
– Kerugian banyak kehilangan lemak,protein,
elektrolit dan limposit sehingga akan terjadi
malnutrisi
• Diet rendah lemak
• Shunt pleuro peritonium
• Torakotomi
– Terapeutik ; reseksi masa tumor
– Simtomatik ; ligasi duct torasikus
– Diagnostik ; PA
• Sitostatika/ radiasi
E. HEMATOTORAK
• Darah dalam rongga pleura
• Gejala klinis
– Sama dengan efusi pleura + penyakit dasar
– Lab; anemia
• Etiologi
– Traumatik, iatrogenik, neoplasma
• Diagnosis
– Etiologi (+)
– Ro torak; efusi pleura
– cairan pleura; darah, Ht > ½ Ht perifer
• Pengobatan
– Penyakit dasar
– WSD
– Torakotomi
• Perdarahan > 200 ml/ jam
• Perdarahan tak berhenti 4-6 jam
SEKIAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai