Anda di halaman 1dari 19

PERKEMBANGAN ISU-ISU UTAMA

DALAM KONTEKS GLOBAL DAN


EQUITY (PEMANASAN GLOBAL DAN COVID-19)
Kelompok 1
1. Raisa Putri Ramadhani 202520102036
2. Ika sri wahyuni 202520102037
3. Nurul Maghfirah 202520102038
4. Erna Hartatik 202520102039
5. Yuni Riska Hadi 202520102040
LATAR BELAKANG
• Pemanasan global (global warming) diduga mulai terjadi semenjak awal revolusi industri
yaitu sekitar akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Setelah James Watt menemukan mesin
uap pada 1769, terjadi peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca (greenhouse gases) di
atmosfer yang mengakibatkan peningkatan suhu udara di permukaan bumi.
• Data dari Greenpeace, Indonesia adalah negara penyumbang emisi gas karbon ketiga setelah
negara Amerika Serikat dan negara Tiongkok sekitar 80 % yang disebabkan oleh
pembakaran hutan.
• Sebagai salah satu efek pemanasan global selama dua dekade terakhir adalah timbulnya
berbagai penyakit yang menyebar dengan cepat.
LATAR BELAKANG
• Globalisasi mengakibatkan peningkatan mobilitas manusia dan hewan lintas negara, serta
mempengaruhi perubahan gaya hidup manusia yang berkontribusi dalam mempercepat
proses penyebaran wabah menjadi ancaman keamanan kesehatan global.

• Sejak outbreak wabah Severe Acute Respiratory Sindrome (SARS) di kawasan Asia pada
tahun 2003, ancaman keamanan kesehatan global terus menunjukkan kecenderungan
peningkatan antara lain terjadinya outbreak flu burung/avian influenza (H5N1) tahun 2004,
flu babi/swine influenza (H1N1) tahun 2009 (dideklarasikan WHO sebagai pandemi pertama
kalinya di abad ke-21), Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus (MERS-CoV)
tahun 2012-2013, Ebola tahun 2014, Zika tahun 2015 (Rokom, 2018).
TINJAUAN PUSTAKA
• Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di
bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi.
Selama kurang lebih seratus tahun terakhir, suhu rata-rata di permukaan bumi telah
meningkat 0.74 ± 0.18°C. Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi yang terjadi adalah
akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca seperti karbondioksida, metana, dinitro oksida,
hidrofluorokarbon, perfluorokarbon, dan sulfur heksafluorida di atmosfer.
• Penyebab pemanasan global diantaranya adalah Efek rumah kaca, efek balik, variasi
matahari
TINJAUAN PUSTAKA
• Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Coronavirus jenis baru. Coronavirus jenis baru yang kemudian diberi nama SARS-CoV-2
(Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2). Virus ini berasal dari famili yang sama
dengan virus penyebab SARS dan MERS
• Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan bahwa COVID-19
utamanya ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke orang lain yang berada
jarak dekat melalui droplet. Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter >5-10
μm.
• Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal pandemi, 40% kasus akan
mengalami penyakit ringan, 40% akan mengalami penyakit sedang termasuk pneumonia,
15% kasus akan mengalami penyakit parah, dan 5% kasus akan mengalami kondisi kritis.
• Pasien dengan gejala ringan dilaporkan sembuh setelah 1 minggu. Pada kasus berat akan
mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik, gagal
multiorgan, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut hingga berakibat kematian. Orang
lanjut usia (lansia) dan orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti
tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru, diabetes dan kanker berisiko lebih besar
mengalami keparahan.
• Untuk diagnosis standar yang dianjurkan yakni pemeriksaan RTPCR (rekomendasi WHO)
EQUITY PEMANASAN GLOBAL
• Bila kenaikan temperatur dalam batas rentang kenormalan, tidak menjadi masalah. Lain
halnya bila GRK di atmosfer terus bertambah jumlahnya tanpa kendali, panas dari sang
surya akan makin banyak menambah panasnya Bumi.
• Proses pertambahan temperatur ini akan mempercepat pencairan es di kutub-kutub Bumi,
mengakibatkan tergenangnya daerah pantai dan kota-kota dataran rendah. Tidak hanya itu,
dengan makin tebalnya lapisan GRK, daya pantul radiasi panas makin hebat, akibatnya tidak
mustahil kondisinya seperti GRK di Venus yang bertambah panas. Gas CO2 memberi
kontribusi terbesar dalam pemanasan global, yaitu 50%
EQUITY PEMANASAN GLOBAL
• Kandungan gas karbondioksida yang mempunyai kala hidup 50 - 200 tahun di atmosfer pada
saat ini telah mencapai 360-an ppm, bandingkan dengan tahun 1957 sebesar 315 ppm, dan
sebelum revolusi industri pada lahun 1880-an konsentrasinya 280 ppm.
• Kandungan gas karbondioksida yang mempunyai kala hidup 50 - 200 tahun di atmosfer pada
saat ini telah mencapai 360-an ppm, bandingkan dengan tahun 1957 sebesar 315 ppm, dan
sebelum revolusi industri pada lahun 1880-an konsentrasinya 280 ppm.
• Pengendalian pemasanasan global akibat kendaraan bermotor, pada dasarnya merupakan
salah satu bagian dari pencemaran udara akibat sistem dan sarana transportasi.
• Dua pendekatan strategis yang mungkin diterapkan adalah :
• Penurunan laju emisi pencemar dari setiap kendaraan untuk setiap kilometer jalan yang di tempuh;
• Penurunan jumlah dan kerapatan total kendaraan di dalam suatu daerah tertentu.
EQUITY PEMANASAN GLOBAL
meminimalisasi pemanasan global dapat dilakukan dengan cara:
• Konservasi lingkungan dengan melakukan penanaman pohon dan penghijauan di lahan-
lahan kritis
• Menggunakan energi yang bersumber dari energi alternatif guna mengurangi penggunaan
energi bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara).
• Daur ulang dan efisiensi energi.
• Upaya pendidikan kepada masyarakat luas dengan memberikan pemahaman dan penerapan
atas prinsip-prinsip Dimensi manusia, Penegakan hukum dan keteladanan, Keterpaduan,
Mengubah pola pikir dan sikap, Etika lingkungan.
EQUITY CORONA VIRUS DISEASE
(COVID 19)
• Mengingat bahwa wabah Covid-19 sebagai suatu pandemi yang mengancam kesehatan
masyarakat dunia, maka diperlukan upaya penanganan yang optimal dan responsif untuk
menghentikan penyebarannya.
• negara melakukan penanganan melalui karantina, meliputi pula tindakan karantina individu
merupakan tindakan penanganan dan perlindungan kesehatan masyarakat dunia yang
direkomendasikan oleh WHO.
• Apabila berkaca di beberapa negara dengan melihat fenomena pandemi ini, dalam tataran
praktiknya berbagai negara mengambil kebijakan masing-masing untuk melindungi
rakyatnya.
EQUITY CORONA VIRUS DISEASE
(COVID 19)
• negara China tepatnya di Kota Wuhan yang pertama terjangkit virus ini melakukan
kebijakan berupa lockdown di Kota Wuhan dan pasca virus ini mereda di Wuhan, lockdown
juga diterapkan di Kota Jia untuk memutus mata rantai penyebarannya
• Negara Italia, dimana negara tersebut menetapkan kebijakan lockdown secara total.
• Negara Singapura melakukan peta deteksi penyebaran dengan mewawancarai pasien yang
dikarantina di rumah sakit secara detail tentang peta lengkap kegiatannya agar mengetahui
pergerakan dan orang-orang yang dapat terindikasi terinfeksi dapat segera disembuhkan.
• Vietnam, pemerintah melakukan respon cepat dan membuat kebijakan untuk mengunci
warga selama 20 hari layaknya lockdown dengan melakukan prinsip dasar penanganan
pasien. Dengan metode ini terbukti efektif bahwa tercatat hingga tanggal 17 April 2020 dari
jumlah 267 orang yang terinfeksi belum ada yang meninggal karena virus ini (WHO, 2020).
EQUITY CORONA VIRUS DISEASE
(COVID 19)
• Di sisi lain saat dunia bergumul dengan pandemi penyakit coronavirus yang berkembang pesat
(COVID-19), bukti dan pengalaman menunjukkan bahwa masyarakat berpenghasilan rendah dan
terpinggirkan dalam masyarakat global akan menjadi dampak terbesar. Contoh di negara Boston,
Haiti, Uganda, dan Sierra Leone, terlihat dampak yang menghancurkan dari wabah ini pada mereka
yang sudah terpinggirkan. Seiring dengan meningkatnya insiden COVID-19 di negara-negara
berpenghasilan rendah, ada lima masalah khusus sebagai fakultas kesehatan global di rumah sakit
pendidikan AS yang besar , antara lain (Louise C. Ivers, 2020):.
1. Terdokumentasi dengan baik bahwa rasisme struktural dan institusional, dan marginalisasi
komunitas migran, melanggengkan hasil yang berbeda dalam bidang kesehatan.
EQUITY CORONA VIRUS DISEASE
(COVID 19)
2. Meskipun hampir semua kapasitas sistem kesehatan akan dilampaui oleh lonjakan kasus
COVID-19 yang tak terkira, sistem kesehatan yang rapuh di lingkungan berpenghasilan rendah
berjuang keras setiap hari untuk mendiagnosis dan merawat bahkan orang yang tidak sehat karena
kekurangan staf terlatih yang kronis, terapi yang efektif, diagnostik, dan infrastruktur yang
dibangun.
3. Dalam banyak keadaan, tidak mungkin untuk mengkarantina rumah atau mengisolasi diri, para
tunawisma, populasi pengungsian, dan narapidana tidak dapat memilih untuk berada jauh secara fisik
dari orang lain. Haiti, adalah salah satu negara terpadat di kawasan Karibia Amerika Latin, dengan
seluruh keluarga sering tinggal di tempat tinggal sederhana dengan satu atau dua kamar
EQUITY CORONA VIRUS DISEASE
(COVID 19)
4. Rawan air dan kurangnya akses ke sanitasi dan kebersihan yang aman akan merusak pilar
dasar pencegahan COVID-19 di banyak bagian dunia.
5. Meskipun dampak langsung COVID-19 terbukti dengan sendirinya, dampak tidak langsung
pandemi pada indikator kesehatan lain mungkin kurang terlihat
Elit kesehatan masyarakat global harus memiliki kerendahan hati untuk memasukkan bagian dari aksi
kolektif ini. Sebagai komunitas global, harus dipastikan bahwa ketika intervensi farmasi terbukti,
mereka akan dapat diakses oleh semua, tidak hanya mereka yang mampu membayar
EQUITY CORONA VIRUS DISEASE
(COVID 19)
• Jika melihat negara Indonesia, Presiden sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara
menyerukan social distancing dan mengajak untuk kerja, belajar dan ibadah di rumah atau
akrab di sebut work from home.
• Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease2019 (Covid- 19) sebagai bentuk
responsif negara menyikapi keadaan pandemi ini
• Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-I9)
EQUITY CORONA VIRUS DISEASE
(COVID 19)
• Kementerian Kesehatan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), secara tegas mengatur
tentang aturan teknis penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar. Jakarta sebagai
kota pertama yang menerapkan pengaturan PSBB melalui Peraturan Gubernur Nomor 33
Tahun 2020 tantang pelaksanaan "Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
Kebijakan tersebut mulai diberlakukan pada tanggal 10 April 2020 sampai 23 April 2010
EQUITY CORONA VIRUS DISEASE
(COVID 19)
• dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan Perekonomian Nasional
dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan, melalui Kementerian Keuangan mengeluarkan
kebijakan Surat Utang Negara yang hal ini dirujuk dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2002 tentang Surat Utang Negara
• Kementerian Keuangan menerbitkan 3 seri Surat Utang Negara yaitu seri RI1030, RI1050
dan RI0470. Surat Utang Negara tersebut memiliki total nominal sebesar USD4,3 miliar
yang terdiri dari masing-masing USD1,65 miliar untuk tenor 10,5 tahun, USD1,65 miliar
untuk tenor 30,5 tahun dan USD1 miliar untuk tenor 50 tahun.
EQUITY CORONA VIRUS DISEASE
(COVID 19)
• Selain kebijakan secara makro, pemerintah turut mengeluarkan kebijakan berupa alokasi
subsidi pengadaan listrik. Dimana Pemerintah membuat kebijakan berupa pembebasan biaya
listrik bagi pelanggan listrik 450 VA dan memberikan diskon atau potongan sebesar 50
persen bagi pengguna listrik 900 VA bersubsidi. Namun dalam praktik, kebijakan ini menuai
konflik karena tidak meratakan bantuan bagi para terdampak yang menimbulkan
ketidakadilan.
TERIMAKASIH……

Anda mungkin juga menyukai