Aufa Shafira
Erika Wulandari
Falya Azkia Putri
Tisa Gaby Yudhesa
Bab 9
Dasar Hukum Ketenagakerjaan
6
Fungsi dan Tujuan Perbankan
Pasal 3 UU Perbankan yang menyatakan bahwa “Fungsi utama perbankan
Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat”
7
Sumber Hukum Perbankan
Tertulis Tidak tertulis
⋄ Undang-undang No.7 Tahun 1992 Jo undang- ⋄ Yurisprudensi
undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
⋄ Undang-undang No.23 tahun 1999 JoUndang-
⋄ Konvensi (Kebiasaan)
undang No.3 Tahun 2004 Tentang Bank indonesia ⋄ Doktrin (ilmu Pengetahuan)
⋄ Undang-undang No.24 Tahun 1999 Tentang
Lalulintas Devisa dan sistem Nili Tukar
⋄ Perjanjian-perjanjian yang dibuat
⋄ KUHPerdata (B.W) Buku II dan Buku Ke III
oleh para pihak dalam kegiatan
perbankan.
8
Teori Hukum Perbankan Prinsip Hukum
⋄ Teori Perlindungan Perbankan
Konsumen ⋄Prinsip kehati-hatian
⋄Teori Perlindungan Industri ⋄Prinsip kepercayaan
⋄Teori Kepentingan Umum
⋄Prinsip Mengenal
⋄Teori Birokrasi atau Nasabah
Pemerintah
⋄Prinsip kerahasiaan
⋄Prinsip Pengayoman
9
Persamaan dan Perbedaan
Bank Umum dan BPR
10
Contoh Kasus
“OJK Ungkap Kejahatan Perbankan BPR Multi
Artha Mas Sejahtera”
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap kasus
Kemudian menyita barang bukti berupa dokumen
tindak pidana perbankan yang dilakukan
kredit dan kelengkapannya dengan penetapan
Komisaris Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Multi
Artha Mas Sejahtera (MAMS) berinisial H. Dia
penyitaan dari Pengadilan Negeri Bekasi,
disangka menggunakan dana nasabah untuk menyerahkan Berkas Perkara kepada Jaksa Penuntut
kepentingan pribadi senilai Rp 6,28 miliar dan Umum, menyerahkan tersangka dan barang bukti
terancam hukuman penjara minimal 5 tahun kepada Jaksa Penuntut Umum. Untuk penanganan
dengan denda minimal Rp 10 miliar. Sejumlah kerugian nasabah, OJK telah menyerahkan kasus ini
tindakan penyidikan yang telah dilakukan OJK kepada Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri.
terkait kasus ini, antara lain memeriksa 6 orang Kepolisian akan menelusuri aset dari pembelian
saksi termasuk pegawai BPR MAMS Bekasi, 1 barang yang dilakukan oleh tersangka dengan uang
orang ahli dari Institut Keuangan Perbankan dan tersebut dengan kasus Tindak Pidana Pencucian
Informatika Asia (PERBANAS) di Jakarta, dan Uang.
memeriksa 1 orang tersangka.
11
Bab 11
Pengajuan kredit dalam Hukum jaminan dan akibat hukumnya.
JENIS KREDIT
Berdasarkan sifat Berdasarkan jangka Berdasarkan cara
kegunaan : waktu pengembalian: pemberian:
1. Kredit modal kerja 1. Kredit jangka pendek 1. Kredit aksep
2. Kredit Investasi 2. kredit jangka menengah 2. Kredit penjual
3. Kredit Konsumtif 3. kredit jangka panjang 3. Kredit pembeli
14
Bentuk Jaminan Lembaga Jaminan
⋄ Jaminan umum : jaminan yang terbentuk
karena sudah ditentukan oleh undang-undang. Kategori benda bergerak :
⋄ - Gadai
Jaminan khusus : jaminan yang timbul
karena perjanjian, secara yudiris baru timbul - Fidusia
karena adanya suatu perjanjian antara bank Kategori benda tidak bergerak :
dengan pemilik agunan, atau antar bank
• Hipotek
dengan pihak ketiga yang menanggung utang
debitur. Jaminan ini dapat dibedakan antar • Hak tanggungan
jaminan perorangan dan jaminan kebendaan.
15
Contoh Kasus
fidusia adalah pembelian mobil atau motor Pihak leasing memberikan hak kepercayaan kepada
secara kredit dengan menggunakan debitur yang bersangkutan akan membayar kembali
perusahaan pembiayaan atau leasing. Secara dana yang dikeluarkan untuk membeli kendaraan
tertulis, barang yang dibeli masih tersebut hingga lunas beserta bunganya sesuai ketentuan
lunas, barulah
yang disepakati. Setelah semua pinjaman lunas,
merupakan hak milik perusahaan
hak kepemilikan akan berpindah tangan ke debitur
pembiayaan tersebut yang telah membelinya
secara tuntas.
secara kontan dari dealer.
Karena hanya berdasarkan kepercayaan yang memiliki
Tetapi, sebagai debitor yang mencicil barang dasar hukum, maka proses pengalihan kepemilikan ini
tersebut ke leasing, Anda memiliki disebut dengan fidusia. Sedangkan kendaraan yang
kendaraan tersebut secara fidusia dan berhak dibeli tersebut menjadi jaminan fidusia, karena masih
memakai, meminjamkan, dan bisa diambil kembali oleh pemilik yang sebenarnya
selama debitur belum membayar pinjaman
(kreditor) selama
memodifikasinya selama tidak ada masalah
hingga lunas.
dalam proses pelunasan pinjaman.
16
Pada prakteknya, penjaminan fidusia diatur oleh UU No. 42 tahun 1999 yang
mengatur tentang hak dan kewajiban debitor maupun kreditor. Mengenai
jaminan fidusia itu sendiri sebenarnya bersifat accessoir karena dapat berubah
sesuai dengan kondisi perjanjiang utamanya, yaitu perjanjian hutang piutang.
Oleh karena itu, jika hutang yang diberikan telah dilunasi sesuai dengan
ketentuan yang telah disepakati kedua belah pihak, maka perjanjian mengenai
jaminan fidusia juga akan terhapuskan. Karena memiliki dasar hukum yang
mengaturnya, maka pelanggaran akan perjanjian fidusia dan jaminan fidusia
dapat mengakibatkan saksi hukum baik pidana maupun perdata. Hal ini
diberlakukan untuk menghindari kecurangan-kecurangan yang dapat dilakukan
salah satu pihak sehingga merugikan pihak lainnya.
17
Bab 12
Hukum Persaingan Usaha
Persaingan yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih yang berupaya untuk saling
mengungguli kehendak diantara mereka untuk mencapai tujuan yang sama.
Persaingan usaha dibagi menjadi 2, yaitu :
⋄ Persaingan usaha sehat : Persaingan ini berlandaskan pada filosofi the costomer is a king dan bukan
bertujuan untuk menghancurkan lawan, tetapi meningkatkan pesona komoditas di mata konsumen.
⋄ Persaingan usaha tidak sehat : Tindakan ketidakjujuran atau menghilangkan persaingan dalam setiap
bentuk transaksi / bentuk perdagangan komersial
18
Asas dan tujuan Bentuk-bentuk persaingan
Asas : demokrasi ekonomi dengan usaha
memperhatikan keseimbangan antara
• Persaingan antar perusahaan
kepentingan pelau usaha dan kepentingan
umum •Persaingan bentuk barang
Tujuan : untuk menjaga kepentingan •Persaingan generic
umum dan mewujudkan iklim usaha yang
kondusif serta mencegah praktek
monopoli atau persaingan usaha tidak
Dasar hukum persaingan
monopoli
sehat usaha
UU No. 5 Tahun 1999 tentang larangan
Perjanjian yang dilarang praktek monopili dan persaingan usaha
-Oligopoli (perjanjian penguasaan pasar) tidak sehat yang disahkan pada tanggal 5
-Penetapan harga (pada pasar yang sama) Maret 1999 baru efektif berlaku satu tahun
- Pembagian wilayah pemasaran kemudian
-Pemboikotan
19
Contoh Kasus
Asal Mula Aqua vs Le Minerale
Produsen Aqua PT Tirta Investama diduga melanggar tiga pasal
sekaligus, yaitu pasal 15 ayat 3, 3, pasal 19 dan pasal 25 UU
No.5/1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha Atas perbuatan itu, PT Tirta Fresindo
tidak sehat. “Aqua dituduh melarang
melarang outlet di Jabetabek untuk Jaya ini melayangkan somasi terbuka
menjual produk Le Minerale. Hal itu tertian dalam surat perjanjian terhadap PT Tirta Investama di surat
yang harus disepakati oleh pedagang outlet. Pedagang ini yang kabar pada 1 Oktober 2017. Somasi ini
ramai-ramai melapor ke KPPU,” ujar Direktur Penindakan KPPU selanjutnya ditanggapi oleh otoritas
Gopprera Panggabean. persaingan usaha. KPPU mengendus
Perkara ini bermula
bermula dari laporan para pedagang ritel maupun eceran praktik persaingan usaha tidak sehat
ke kantor KPPU pada pada September 2016. Pedagang mengakui dalam industri AMDK.
dihalangi oleh pihak PT Tirta Investama untuk menjual produk Le
yang diproduksi
Minerale yang diproduksi PT Tirta Fresindo Jaya (Mayora Group).
Group).
Salah satu klasul perjanjian ritel menyebutkan, apabila pedagang
menjual produk Le Minerale maka statusnya akan diturunkan dari
star outlet (SO) menjadi wholesaler (eceran).
20
Bab 13
Hukum Kepailitan
Hukum Kepailitan : Sitaan umum atas semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh curator di bawah pengawasan hakim pengawas ( UU No. 37
tahun 2004)
23
Contoh kasus
Kasus Kepailitan PT Asean Gold Concept
Bahwa adapun bentuk investasi berupa Emas batangan tersebut untuk 1 gramnya dihargai Rp.
675.000dan untuk itu Pemohon menginvestasi sebanyak 100 gram emas dan dari 100 gram
Pemohonmendapatan keuntungan Rp. 8.100.000 untuk jangka waktu 6 bulan sesuai perjanjian
perincian potongan penjualan;· Bahwa jangka waktu perjanjian selama 6 bulan mulai tanggal 1
Agustus 2012 dan berakhir tanggal 1 Pebruari 2013.sedangkan perjanjian yang Pemohon ajukan
sebagai bukti permohonan untuk mempailitkan Termohon telah jatuh tempo dan wajib dibayar, namun
tidak dibayar oleh Termohon;· Bahwa pada awalnya pembayaran yang dilakukan termohon setiap
bulan Pebruari 2013 (Pembayaran keuntungan terakhir) Termohon tidak
bulannya lancar namun pada bulan tidak
lagi melakukan kewajibannya membayar keuntungan kepada Pemohon, meskipun Pemohon telah
menegur Termohon untuk mengembalikan modal yang sudah jatuh waktu berikut keuntungan namun
sampai permohonan ini diajukan Termohon tidak memenuhi kewajibannya;· Bahwa dengan demikian
kedudukan Termohon secara hukum telah membuktikan adanya unsur" tidak dibayarnya utang oleh
kedudukan
jatuh tempo dan dapat ditagih
Termohon yang telah jatuh
24
Bab 14
Hukum Perlindungan Konsumen
Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang bertujuan untuk
memberikan kepastian hukum kepada konsumen. Dalam undang-undang ini juga di jelaskan
mengenai tanggungjawab pelaku usaha yang tentunya hal ini diatur untuk memberikan kepastian
hukum serta melindungi hak para konsumen tersebut. Hal demikian memang perlu diatur karena
untuk menghindari sikap negatif pelaku usaha terhadap konsumen.
Perlindungan konsumen ini adalah jaminan yang seharusnya didapatkan oleh para konsumen atas
setiap produk bahan makanan yang dibeli dari produsen atau pelaku usaha.Namun dalam
kenyataannya saat ini konsumen seakan-akan di anak tirikan oleh para produsen atau pelaku usaha
tersebut.
25
Dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan perlindungan adalah :
• Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 33.
• Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia
Indonesia
tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821.
• Undang-Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Usaha Tidak
Sehat.
• Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesian Sengketa.
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999, terdapat lima asas perlindungan konsumen
yaitu :
1. Asas manfaat
2. Asas keadilan
3. Asas keseimbangan
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen
5. Asas kepastian hukum
26
Tujuan Perlindungan Konsumen
27
Hak konsumen Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, Bab III, Bagian Pertama, Pasal 4
• Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
• Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai
tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
• Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;
• Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
• Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen
secara patut;
• Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
• Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
• Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang
diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
• Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
28
Kewajiban konsumen Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, Bab III, Bagian Pertama, Pasal 4
• Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau
jasa, demi keamanan dan keselamatan;
• Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
• Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
• Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.
29
Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah sebagai berikut :
• Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
• Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta
member penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
• Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
• Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan
standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
• Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta
member jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
• Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan
pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
• Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau
dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
30
Contoh kasus
Kasus Pelanggaran oleh produk HIT
Produk HIT dianggap merupakan anti nyamuk yang efektif dan murah untuk menjauhkan nyamuk dari
kita. Tetapi, ternyata murahnya harga tersebut juga membawa dampak negatif bagi konsumen HIT.
Telah ditemukan zat kimia berbahaya di dalam kandungan kimia HIT yang dapat membahayakan
kesehatan konsumennya, yaitu Propoxur dan Diklorvos, 2 zat ini berakibat buruk bagi manusia,
antara lain keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap
sel pada tubuh,
tubuh, kanker hati dan kanker lambung.
Obat anti-nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT 17 L
(cair isi ulang). Departemen Pertanian juga telah mengeluarkan larangan penggunaan Diklorvos untuk
pestisida dalam rumah tangga sejak awal 2004 (sumber: Republika Online). Hal itu membuat kita
dapat melihat dengan jelas bahwa pemerintah tidak sungguh-sungguh berusaha melindungi
masyarakat umum sebagai konsumen. Produsen masih dapat menciptakan produk baru yang
berbahaya bagi konsumen tanpa inspeksi pemerintah.