Presentan:
Disci Yelfi Putri
Jhean Vantika Kenti
Aisyah Anofi
Preseptor :
dr. Adji Mustiadji, Sp.An
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BIDANG ANESTESI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
RUMAH SAKIT DAERAH M. NATSIR
2019
Physiology of the normal heart
Normal conduction pathway:
3- serabut purkinye
menghantarkan
impuls ke ventrikel
ELEKTROFISIOLOGI
JANTUNG
POTENSIAL MEMBRAN ISTIRAHAT
Fase 0 depolarisasi
cepat (masuk Na+ )
Fase 1 repolarisasi parsial
(masuk Na+ arus deactivasi,
keluar K+ )
Fase 2 plateau (masuk
kalsium arus lambat)
Fase 3 repolarisasi (arus
kalsium inactivasi, keluar K+)
Fase 4 (masuk Na+ lambat,
keluar K+ lambat)
„autorhythmicity‟
Periode Refractory
(Fase 1-3)
FASE POTENSIAL AKSI JANTUNG
Fase 3 – repolarisasi
Kanal K+ tetap terbuka ,
Membolehkan K+ keluar, menyebabkan repolarisasi
Kanal K + akhirnya tertutup ketika potensial membran mencapai
level
tertentu
Coresponden dengan gelombang T pada ECG
Phase 4: pacemaker
potential
Na masuk, K keluar , dan
Ca masuk sampai sel
jantung berada diambang
batas dan kemudian
memasuki fase 0
Sistem Parasmpatetik
predominates (reseptor muscarinic
M2 )
Memfasilitasi konduksi AV
node
Ritme Sinus Normal
Heart block
Jika aritmia muncul dari
ventrikel → ventricular
arrhythmia Myocardial
ischemia
Mekanisme Aritmia
muncul impuls
abnormal
Automatic Triggered
rhythms rhythms
Enhanced
normal Ectopic focus Delayed Early
automaticity afterdepolarization afterdepolarization
Conduction
Reentry
block
Circus
1st degree 2nd degree 3rd degree Reflection
movement
1-This
pathway is
ketika impuls blocked
tidak dihantarkan
dari atrium ke
ventrikel
3-So the cells here will
be reexcited (first by the
original pathway and
the other from the 2-The impulse from this
retrograde) pathway travels in a
retrograde fashion
(backward)
FARMAKOLOGI DASAR OBAT
ANTIARITMIA
Mekanisme Utama:
after
phase4
OBAT ANTIARITMIA
•Most antiarrhythmic drugs are pro-arrhythmic (promote arrhythmia)
•They are classified according to Vaughan William into four classes according to their
effects on the cardiac action potential
class mechanism action notes
Can abolish
Na+ channel Mengubah dinding kurva tachyarrhythmia
I
blocker pada phase 0 caused by reentry
circuit
Phase
Can indirectly alter 1 IV
↓heart rate and
II β blocker K and Ca 0 mV Phase 2
kecepatan konduksi
conductance
Phase III
1. ↑action potential
I Phase 3
0
duration (APD) or
K+ channel Inhibit reentry
III effective refractory -
blocker tachycardia Phase 4
period (ERP). 80m
2. Delay repolarization. V II
channel blockade
I
IA IB IC
obat ini bekerja pada Na+ Obat ini menurunkan kecepatan konduksi di
channels yang terbuka atrium, ventrikel, dan serabut purkinye
atau Na+ yang tertutup
PROCAINAMIDE QUINIDINE
• Pemberian obat oral • Pemberian obat oral lebih baik
lebih baik • Dalam keadaan tertentu bisa diberikan
• Penggunaan IV/IM IV/IM
defibrillator
Quinidine Onset of action: 60-90 menit
Duration of action : 6-7 jam
Indikasi Dosis
Atrial Flutter/Fibrillation Dewasa : PO 200 mg setiap 2-3
jam. Dosis dinaikan sampai sinus
rhythm atau toksisitas muncul.
Maintenance dose : PO 200-400 mg
Paroxysmal supraventicular Dewasa : PO 400-600 mg tiap 2-3
tachicardia jam
Premature atrial contractions Dewasa :
Initial PO 200-400 mg setiap 2-4
jam atau IM 600 mg kemudian 400
mg setiap 2 jam jika perlu; atau IV
800 mg quinidin glukonat, 16
mg/menit
Quinidine
Efek pada jantung:
Menekan kecepatan pacemaker (terutama dari pacemaker
ektopik)
Menekan konduksi dan eksitabilitas (terutama pada jaringan
yang terdepolarisasi)
Memperpanjang periode refrakter
ESO cardiovascular :
• Pelebaran dan pemajangan kompleks EKG QRS dan Q-Tc
• Blockade nodus SA dan AV
• Aritmia ventrikel
• Asistol
• Memperlambat frekuensi denyut atrium pada fibrilasi atrium à
takikardi, paradoksal di ventrikel
• Takikardi ventrikel polimorfik
ESO lain : tinnitus, tuli, penglihatan kabur, gangguan saluran cerna
Procainamide
Onset of action: 45-70 menit
Duration of action : 3 jam
Dosis
Prokainamid hidroklorida (Pronestyl) tersedia dalam bentuk tablet
dan kapsul (250-500 mg), suntikan prokainamid hidroklorida berisi
100 atau 500 mg/ml. Pemberian intravena intermiten: 100 mg
disuntikan selama 2-4 menit, tiap 5 menit sampai aritmia
terkontrol, interval pemberian setiap 5 menit.
Toksisitas Procainamide
ESO :
a. EKG mirip kuinidin
b. Memperlambat frekuensi denyut atrium pada fibrilasi atrium
takikardi, paradoksal di ventrikel
c. Pemakaian IV akan menyebabkan hipotensi
d. Menurunkan kerja jantung
ESO lain : gejala saluran cerna (anoreksia, mual), SSP (pusing,
halusinasi), SLE
Disopyramide
Onset of action: 1-2 jam
Duration of action : 5-7 jam
Dosis
Disopyramid tersedia dalam bentuk tablet 100 atau 150 mg. Dosis
total harian adalah 400-800 mg yang pemberiannya terbagi atas 4
dosis.
ESO :
Mulut kering, konstipasi, penglihatan kabur, mual, muntah,
nyeri abdomen, diare dan hambatan miksi.
Class IB Drugs Class IB
Dosis
Lidokain hidroklorida (Xylocain) tersedia dalam dosis 0,7-1,4
mg/kgbb secara intravena.
Penggunaan terapi
Lidokain hanya digunakan untuk pengobatan aritmia ventrikel,
terutama di ruang perawatan intensif.
Efek Samping Lidocaine
• Konduksi lambat
• β – blocker lemah
• Blokade some Ca2+ channel blockade
Flecainide
stabilisasi membran
Slows SA node dan ectopic pacemaking
Dapat memblok aritmia yang diinduksi oleh exercise
Penggunaan:
✘ ventrikular aritmia, terutama ventrikel fibrilasi atau
ventrikel takikardia
✘ supra-ventrikel Takikardi
✘ Penggunaan Amiodarone terbatas karena berbagai efek
sampingnya
Sotalol (Sotacor)
Dampak buruk
Menyebabkan bradikardia, dan asistol terutama
ketika diberikan dalam kombinasi dengan β-
adrenergic blocker
Verapamil
Jantung:
Efek Inotropik Negatif
Penyakatan atrioventrikular pada dosis besar
Luar Jantung:
Konstipasi, kelelahan, kegelisahan dan edema perifer
Terimakasih
60