Anda di halaman 1dari 55

Periodik Paralisis

Presentan:
Aisyah Anofi (1410070100066)
Puja Midola (1410070100073)

Preseptor :

dr. H. Asrizal Asril, Sp. S, M. Biomed

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF RSUD SOLOK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
BAITURRAHMAH
PADANG
2018
Pendahuluan
•  Periodic paralysis merupakan suatu penyakit
yang bersifat herediter (dominan) dan familial.
• Gejala dari penyakit ini adalah suatu paralisis
flaksid sejenak dengan reflek–reflek yang
negatif (areflexia).
• Berhubungan dengan miopati, yaitu suatu
keluhan letih lemah pada anggota gerak tanpa
disertai defisit sensorik.
Definisi
 Periodik paralisis merupakan suatu kondisi yang
ditandai dengan kelemahan keempat anggota gerak
yang terjadi secara tiba–tiba, bersifat periodik
(berkala), dan disertai dengan arefleksia.
 Kelumpuhan keempat anggota gerak ini bersifat
Lower Motor Neuron (LMN).
Klasifikasi
 Dikenal 3 macam bentuk periodik paralisis,
berdasarkan variasi kadar kalium serum yaitu:
1. Periodik paralisis hipokalemik 
2. Periodik paralisis hiperkalemik 
3. Periodik paralisis normokalemik 
Etiologi

 Idiopatik, diduga penyebabnya adalah pergeseran


intraseluler dari kalium.
 Merupakan sekumpulan kelainan yang
dihubungkan dengan mutasi gen yang mengkode
ion channel pada membran otot.
Patofisiologi
I. Dasar fisiologis kelemahan otot flaksid adalah tidak
adanya eksitabilitas membran otot yakni,
sarkolema.
II. Ion channel yang sensitif tegangan secara tertutup
meregulasi pergantian potensial aksi (perubahan
singkat dan reversibel tegangan mebran sel).
Gejala Klinik

 1. Periodik paralisis hipokalemik


  Kadar kalium (K) dalam serum atau plasma
<3,5mEq/liter.
 Usia terjadinya serangan pertama bervariasi,
frekuensi serangan terbanyak di usia 15 – 35 tahun
dan kemudian menurun dengan peningkatan usia.
  Hipokalemia dapat terjadi karena adanya faktor
pencetus tertentu, misalnya makanan dengan
kadar karbohidrat tinggi, istirahat sesudah latihan
fisik, perjalanan jauh, pemberian obat, operasi,
menstruasi, konsumsi alkohol dan lain-lain.
 Serangan berat dimulai pada pagi hari. Pasien
bangun dengan kelemahan simetris berat.
 Dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kelemahan pada otot
2. Perasaan lelah
3. Nyeri otot
4. Tekanan darah dapat meningkat
5. Kelumpuhan atau rabdomiolisis (jika penurunan K
amat berat)
6. Gangguan toleransi glukosa
7. Gangguan metabolisme protein
8. Poliuria dan polidipsia
9. Alkalosis metabolik 
2. Periodik paralisis hiperkalemik
 Kadar kalium (K) dalam plasma > 5 mEq/liter.
 Kelemahan terjadi selama istirahat setelah suatu
latihan berat atau selama puasa. Hal ini juga bisa
dicetuskan oleh kalium, udara dingin, etanol,
karboidrat, atau stres.
 Kelemahan dimulai pada paha dan betis, yang
kemudian menyebar ke tangan dan leher.
Predominan kelemahan proksimal dan otot-otot
distal mungkin bisa terlibat setelah latihan-latihan
yang melelahkan
 Penderita bisa sesak napas pada kadar
kalium > 7 mEq/liter atau kenaikan yang
terjadi dalam waktu cepat.
 Tetapi dalam keadaan normal, jarang
terjadi hiperkalemia karena adanya
mekanisme adaptasi tubuh.
3. Periodik paralisis normokalemik .
 Manifestasi yang tidak berbeda dengan jenis
hipokalemik tetapi massa kelumpuhannya jauh
lebih lama.
 Paralisisnya sering bersifat fokal, dimana
penderita terbaring lemah tanpa bisa berkutik.
 Diagnosis Hipokalemik periodik paralisis 
 Penurunan kadar serum, tetapi tidak selalu dibawah normal,
selama serangan.
 Retensi urin dengan peningkatan kadar sodium, kalium dan klorida
urin.
 Penurunan kadar fosfor serum secara bertahap.
 Kadar Creatinin fosfokinase (CPK) meningkat selama serangan.
Diagnosis Hiperkalemik periodik paralisis 

 Kadar kalium serum bisa meningkat setinggi 5-6


mEq /L.
 Kadang kalium bisa diatas batas normal, dan
jarang mencapai kadar yang kardiotoksik.
 Kadar natrium serum bisa turun karena kenaikan
kadar kalium.
Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium
 Kadar kalium serum
 Fungsi ginjal
 Kadar glukosa dan insulin darah

2. EKG
3. Biopsi otot
Tatalaksana
Terapi pada periodik paralisis hipokalemik
1. Pemberian kalium lebih disenangi dalam bentuk oral karena
lebih mudah. Pemberian 40-60 mEq dapat menaikkan kadar 
kalium sebesar 1-1,5 mEq/L, sedangkan pemberian 135-160 mEq
dapat menaikkan kadar kalium sebesar 2,5-3,5 mEq/L.
2. Bila ada intoksikasi digitalis, aritmia, atau kadar K serum < 3
mEq/L, koreksi K secara intravena 20 mEq/jam dalam 50-100 cc
larutan dekstrosa 5%.
3. Bila kadar kalium dalam serum > 3 mEq/L, koreksi K cukup per
oral.
4. Monitor kadar kalium tiap 2-4 jam untuk menghindari
hiperkalemia terutama pada pemberian secara intravena.
 Terapi periodik paralisis Hiperkalemik
1. Bila K mencapai 7 mEq/liter, keadaan
darurat, segera ditanggulangi (keadaan akut):
 Langkah pertama: beri kalsium glukonat 10%,
10-20 ml diberikan intravena bolus dalam 3-5
menit.
 Langkah selanjutnya: Natrium bikarbonat 44
mEq (50 ml) intravena bolus dalam beberapa
menit, dapat ditambahkan sesuai hasil
analisis gas darah yang masuk. Dapat juga
dengan memberikan 50 gram glukosa
bersama insulin 15 unit intravena.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Ny. D
 Umur : 32 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Alamat : Sumani
 Agama : Islam
 Tanggal masuk : 6 Juli 2018
ANAMNESIS :
 Keluhan Utama: kedua tungkai terasa lemas
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
 Riwayat Penyakit Sekarang:
 Pasien mengeluhkan kedua tungkai terasa
lemas sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit. Kedua tungkai terasa lemas dan pegal
saat dibawa berjalan. Dan pasien juga
mengeluhkan ekstremitas atas terasa lemas.
Pasien juga merasakan berat pada punggung.
Mual disertai muntah sebanyak 10 kali sejak 1
hari sebelum masuk rumah sakit, mual berisi
makanan yang dimakan. Nyeri kepala
dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit. BAB dan BAK dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien pernah dirawat sebelumnya dengan
keluhan yang sama pada tahun 2017 di
RSUD Solok
 Riwayat penyakit maag disangkal
 Riwayat penyakit DM disangkal
 Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
 Ada keluarga yang menderita penyakit seperti
pasien (sepupu perempuan)
 Riwayat penyakit DM (pada ayah, ibu, anak
dan saudara) disangkal
 Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat Pribadi dan Sosial
 Pasien perempuan berusia 32 tahun dan
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Saat ini
tinggal bersama suami dan 2 orang anak.
Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol,
tidak ada kebiasaan minum kopi dan
minuman manis seperti teh.
STATUS GENERALIS
 Status Generalis Kepala dan leher

 Kepala: Normochepal
 Mata :Konjungtiva anemis -/-,sklera ikterik-/-
 Hidung: Normonasi, sekret -/-, epistaksis -/-
 Telinga: Normotia, serumen-/-, sekret-/-
darah -/-
 Mulut: bibir kering +, bibir simetris, sianosis-/-
 Leher: Pembesaran KGB (-), tiroid (-).
Pemeriksaan Thoraks
 Paru
 Inspeksi  : simetris, retraksi dinding dada (-/-)
 Palpasi  : taktil fremitus sama kiri dan kanan
 Perkusi  : sonor pada kedua lapang paru
 Auskultasi : vesikuler (-/-), rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Pemeriksaan Thoraks
 Paru
 Inspeksi  : simetris, retraksi dinding dada (-/-)
 Palpasi  : taktil fremitus sama kiri dan kanan
 Perkusi  : sonor pada kedua lapang paru
 Auskultasi : vesikuler (-/-), rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
 Abdomen
 Inspeksi  : perut tidak tampak membuncit
 Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas
pada semua regio abdomen hepar dan lien tidak
teraba.
 Perkusi  : timpani pada seluruh abdomen
 Auskultasi : BU meningkat > 8x / menit
Status Neurologis
 GCS : E4M6V5 = 15
 - Tanda Ransangan Meningeal
 Kaku kuduk : ( - ) Brudzinsky II : ( - )
 Brudzinsky I : ( - ) Kernig : ( - )
 - Tanda Peningkatan tekanan intrakranial
 Pupil : Isokor Ø 3mm/3mm, SI -/-, KA -/-
Pemeriksaan Nervus Cranialis
a. N.I (Olfaktorius)
Penciuman Kanan Kiri

Subjektif Normal Normal

Objektif dengan Normal Normal


bahan
Penglihatan Kanan Kiri

Tajam Penglihatan Normal Normal

Lapang Pandang Normal Normal

MelihatWarna Normal Normal

Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan


c. N.III (Occulomotorius)
  Kanan Kiri
Bola Mata Ditengah Ditengah
Ptosis Negatif Negatif
Gerakan Bulbus Normal Normal
Strabismus Negatif Negatif
Nistagmus Negatif Negatif
Ekso/Endoftalmu Negatif Negatif
s
Pupil    
 Bentuk Bulat Bulat
 Refleks Positif Positif
cahaya
d. N.IV (Troklearis)

  Kanan Kiri
Gerakan mata kebawah Normal Normal
Sikap bulbus Normal Normal
Diplopia Negatif Negatif
e. N.V (Trigeminus)
  Kanan Kiri

Motorik    

 Membuka mulut Normal Normal

 Menggerakkan rahang Normal Normal

 Menggigit Normal Normal

 Mengunyah Normal Normal

Sensorik    

o Divisi Opthalmika    

o Reflek kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan

o Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

o Divisimaksila    

o Reflek masseter Tidak dilakukan Tidak dilakukan

o Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

o Divisi mandibular    

o Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan


N.VI (Abdusen)
  Kanan Kiri

Gerakan mata Normal Normal


kelateral

Sikapbulbus Normal Normal

Diplopia Negatif Negatif


N.VII (Facialis)

  Kanan Kiri
Raut wajah Normal Normal
Sekresi air mata Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fisura palpebral Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Menggerakkan dahi Normal Normal
Menutup mata Normal Normal
Mencibir/bersiul Normal Normal
Memperlihatkan gigi Normal Normal
Sensasilidah 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Hiperakusis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N.VIII (Vestibularis)

  Kanan Kiri
Suara berbisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Detik arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rinne test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber Test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Scwabach test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
o Memanjang    
o Memendek    
Nistagmus    
o Pendular Negatif Negatif
o Vertikal Negatif Negatif
o Siklikal Negatif Negatif
Pengaruh posisi kepala Negatif Negatif
N.VI (Abdusen)

  Kanan Kiri
Gerakan Normal Normal
mata
kelateral
Sikapbulbus Normal Normal
Diplopia Negatif Negatif
N.IX (Glossopharingeus)

  Kanan Kiri

Sensasilidah 1/3 belakang Tidakd ilakukan Tidak dilakukan

Reflek muntah/gag reflek Tidak dilakukan Tidak dilakukan


N.X (Vagus)

  Kanan Kiri
Arkus faring Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Uvula Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Menelan Normal Normal
Artikulasi Normal Normal
Suara Normal Normal
Nadi Normal Normal
N.XI (Asesorius)

  Kanan Kiri
Menoleh kekanan Normal Normal
Menoleh kekiri Normal Normal
Mengangkat bahu Normal Normal
kekanan
Mengangkat bahu kekiri Normal Normal
N.XII (Hipoglosus)

  Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Normal Normal
Kedudukan lidah Ditengah Ditengah
dijulurkan
Tremor Negatif Negatif
Fasikulasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Atrofi Negtif Negatif
Pemeriksaan Koordinasi

Cara berjalan Tidak dilakukan


Romberg test Tidak dilakukan
Ataksia Tidak dilakukan
Rebound phenomen Tidak dilakukan
Test tumit lutut Tidak dilakukan
Pemeriksaan Fungsi Motorik

A. Badan     Respirasi Tidak dilakukan


      Duduk Tidak dilakukan
B. Berdiri dan berjalan   Gerakanspontan Tidakdilakukan
    Tremor Tidakdilakukan
    Atetosis Tidakdilakukan
      Mioklonik Tidak dilakukan
      Khorea Tidak dilakukan
C. Ekstremitas Superior Inferior
  Kanan Kiri Kana Kiri
n

Gerakan Pasif Pasif Pasif Pasif

Kekuatan 3333 3333 2222 2222


D. Pemeriksaan Sensibilitas

Sensibilitas taktil Tidak dilakukan


Sensibilitas nyeri Tidak dilakukan
Sensibilitas termis Tidak dilakukan
Sensibilitas Tidak dilakukan
Sensibilitas kortikal Tidak dilakukan
Stereognosis Tidak dilakukan
Pengenalan 2 titik Tidak dilakukan
Pengenalan rabaan Tidak dilakukan
E. Sistem Refleks

1. Fisiologis Kanan Kiri


Biseps + +
Triseps + +
APR + +
KPR + +
2. Patologis    
Babinski Negatif Negatif
Chaddoks Negatif Negatif
Oppenheim Negatif Negatif
Gordon Negatif Negatif
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium
 Hb = 14,1 g/dl
 Ht = 38,2 %
 Leukosit = 14.660 mm3
 Trombosit = 369.000 mm3
 Calsium darah = 9,01 mg /dl
 Natrium = 134 mEq/L
 Kalium = 1,7 mEq/L
 Chlorida = 106 mEq/L
 GDR = 103 mg/dl
RENCANA PEMERIKSAAN TAMBAHAN
1. Cek Ulang kadar Kalium

DIAGNOSIS
# Diagnosis Klinis : Tetraparesis tipe LMN
# Diagnosis Topik : Miogenik
# Diagnosis etiologis : Hipokalemi
# Diagnosis sekunder : -
PROGNOSA
 Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
 Quo ad Functionam : Dubia ad Bonam
 Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam
 
TERAPI
 Umum/Suportif
 Breath : -
 Blood : IVFD Ringer Laktat 8 Jam/Kolf
 Brain : -
 Bowel : Diet MB TKTP
 Bladder : -
 Fisioterapi

 
Khusus
 Antibiotik : cifotaxim 2x1 gr
 Antipiretik : paracetamol 3x500 mg
 Vitamin : B complex 3x1 tab
 Antiemetik : domperidon 3x1 tab
Tabel Follow-Up
Sabtu, 7 Juli 2018 Senin, 9 Juli 2018 Selasa, 10 Juli 2018
06:00 WIB 05:50 WIB 05:50 WIB
S/-Kedua tungkai terasa S/-Tungkai tidak terasa S/-Tungkai tidak terasa
lemas lemas lemas
-Tremor di tangan -Tremor di tangan -Nyeri punggung tidak
sebelah kanan sebelah kanan terasa
-Nyeri punggung -Nyeri punggung -Mual dan muntah tidak
menjalar ke bahu menjalar ke bahu ada
-Mual dan muntah tidak -Mual dan muntah tidak
ada ada
-Sakit kepala berkurang
O/ Keadaan : sakit sedang O/ O/
Kesadaran : CMC Keadaan : sakit sedang Keadaan : sakit sedang
TD : 100/80 mmHg Kesadaran : CMC Kesadaran : CMC
ND: 84/ menit (reguler), TD : 110/80 mmHg TD : 110/80 mmHg
NF : 22/ menit,S : 36,4℃ GCS : ND: 88/ menit (reguler) ND : 86/ menit (reguler)
E4M6V5
NF : 22/ menit NF : 20/ menit
Pupil : Isokor
S : 36℃ S : 36,3℃
Tonus Otot : Superior : 333 / 333
GCS : E4M6V5 GCS : E4M6V5
Inferior :222 / 222
Pupil : Isokor Pupil : Isokor
Hasil Laboratorium:
Tonus Otot : Tonus Otot :
Ureum: 20 mg/dl
Superior : 444 / 444 Superior : 555 / 555
Creatinin: 1,13 mg/dl
Inferior : 333 / 333 Inferior : 555 / 555
Asam urat : 4,7 mg/dl
Hasil Laboratorium:  
Total Cholesterol :230mg/dl
Natrium: 135 mEq/L
Trigliserida:122 mg/dl
Kalium: 2,8 mEq/L
HDL:51 mg/dl
Chlorida: 101 mEq/L
LDL:155 mg/dl
GDP:89 mg/dl
GDPP:116 mg/dl
 
A/ A/ A/
DK : Tetraparese LMN DK : Tetraparese LMN DK : Tetraparese LMN
DT : Miogenik DT : Miogenik DT : Miogenik
DE : Hipokalemia DE : Hipokalemia DE : Hipokalemia
DS : Hiperkolesterolemia DS : Hiperkolesterolemia DS : Hiperkolesterolemia
     
P/ Umum : P/ Umum : P/ Umum :
Breath : - Breath : - Breath : -
Blood : Drip KCl 1 flakon Blood : IVFD RL aff Blood : -
dalam IVFD RL 8 j/kolf
Brain : - Brain : -
Brain : -
Bowel : Diet MK TKTP Bowel :MB TKTP
Bowel : Diet MB TKTP
Bladder : - Bladder : -
Bladder : -
Khusus : Khusus : Khusus :
KSR : 2x600 mg KSR : 2x600 mg KSR : 2x600 mg
Antipiretik : Parasetamol 3x500 Antipiretik : Parasetamol 3x500 Antipiretik : Parasetamol 3x500
mg mg mg
Antibiotik : Cifotaxime 2x1 g Antibiotik : Cifotaxime 2x1 g Antibiotik : Cifotaxime 2x1 g
Vitamin : B complex 3x1 tab Vitamin : B complex 3x1 tab Vitamin : B complex 3x1 tab
Antiemetik : Domperidone Antiemetik : Domperidone Antiemetik : Domperidone
3x10mg 3x10mg 3x10mg

Fisioterapi Calsium lactat : 2x500 mg Calsium lactat : 2x500 mg


Anjuran : Edukasi Edukasi
Cek ulang Elektrolit Buah-buahan tinggi kalium, Buah-buahan tinggi kalium,
Edukasi seperti: pisang, kelapa muda seperti: pisang, air kelapa muda

Buah-buahan tinggi kalium, Minuman : isotonic, pocarisweat Minuman : isotonic, pocarisweat


seperti: pisang, air kelapa muda
Minuman : isotonic, pocarisweat
 Kesimpulan
Periodik paralisis merupakan sindroma klinis yang dapat
menyebabkan kelemahan yang akut pada anak-anak
maupun dewasa muda. Pasien akan mengalami kelemahan
progresif dari anggota gerak baik tungkai maupun lengan
tanpa adanya gangguan sensoris yang diikuti oleh suatu
keadaan hipokalemia pada periodik paralisis. Keadaan
hipokalemia yang berat dapat mengganggu fungsi organ
lain seperti jantung hingga terjadi gangguan irama jantung
yang bila tidak ditangani akan memperburuk keadaan
pasien hingga mengancam nyawa.
Terimakasi
h

Anda mungkin juga menyukai