LAPORAN KASUS
I. DATA DASAR
IDENTIFIKASI
Seorang anak laki-laki, etnis Sumatera Selatan (Palembang), usia 15 tahun berat badan
terutama pada daerah wajah dan kaki. Bengkak pada alat kelamin tidak ada. Sesak
tidak ada. BAK ada warna seperti teh. Nyeri pinggang disangkal, nyeri saat BAK
disangkal, demam tidak ada. Pasien dibawa berobat ke bidan dan disarankan rujuk
ke rumah sakit. Namun pasien belum langsung pergi ke RS dan hanya minum
Tujuh hari SMRS pasien mengeluh bengkak bertambah, sesak tidak ada,
pasien mengeluh nyeri kepala dan pandangan kabur. BAK ada warna seperti teh,
1
nyeri saat BAK disangkal, demam disangkal. Pasien dibawa ke RS AK Gani,
dikatakan sakit ginjal bocor dan darah tinggi, disarankan rawat inap. Saat
kejang 5 menit, kejang seluruh tubuh, mata mendelik ke atas, setelah kejang
pasien sadar, tidak ada demam. Tensi darah saat perawatan di RS AK Gani selalu
tinggi, menurut ibu pasien tensi darah pernah mencapai 180 mmHg. Keluhan
bengkak mulai berkurang. BAK masih seperti teh. Pasien dirujuk ke IGD RSMH
Palembang.
bernanah, gatal dan hilang timbul. Pasien hanya diberikan zalf kulit
yang dibeli sendiri di apotik (tidak tahu nama obat), koreng berkurang
Riwayat nutrisi:
2
Saat ini anak makan besar/utama sebanyak tiga kali sehari, makan lauk
rumahan.
Riwayat Imunisasi:
Keadaan Umum:
Kesadaran : Kompos mentis, Tekanan darah : 180/100 mmHg, Frekuensi nadi 102
kali/menit (reguler, isi dan tegangan cukup), frekuensi pernafasan 22 kali/menit, suhu
36,8oC.
BB/U: P10
TB/U: P5
BB/TB: 45/46X100% = 97 %
Sys Dia
P5 91 43
P50 109 62
P90 122 77
P95 126 81
3
P99 134 89
P99+5 139 94
Keadaan Spesifik:
Kepala : pupil bulat isokor Ø 3mm/3mm, edema palpebra -/-, refleks cahaya
cuping hidung (-), faring hiperemis (-), tidak ada sekret dari hidung, tidak
Paru : Vesikuler kanan dan kiri normal, rhonki (-), wheezing (-)
Abdomen : datar lemas, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tak teraba,
Status Neurologi:
Lengan Tungkai
Motorik
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Luas Luas Luas Luas
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - -
Refleks fisiologis N N N N
4
Refleks patologis - - - -
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
26/04/2022
Hb 10.4 Eri 4.81 Lek 9.79 Ht 34 Trom 367 MCV 70.9 MCH 22 MCHC 31 LED
23/04/2022
Hb 10.1 Eri 4.64 Lek 20.34 Ht 33 Trom 302 MCV 70.3 MCH 22 MCHC DC
0/0/84/11/5 SGOT 46 SGPT 28 Albumin 3.0 kolestrol total 175 ureum 39 kreatinin
0.67 Ca 8.1/8.9 Na 144 K 4.1 CI 111 hsCRP 4.3 ASTO Reaktif LFG 161,94
Urin: Kuning agak keruh, BJ 1.005, pH 5.5, protein + ascorbic acid – glukosa –
lekosit 0-2 eritrosit sedimen 100-110 silinder -kristal – bakteri -, Mukus – jamur -
21/04/2022 RS AK Gani
Hb 8.9 Eri 3.32 Lek 9.70 Ht 26 Trom 476 MCV 79.5 MCH 27 MCHC 34 LED 48
Edema
Hipertensi
5
Hematuria
Kejang
V. DIAGNOSIS KERJA
V. RENCANA AWAL
Tata Laksana
1. Farmakologis
- Nifedipin 3x10 mg SL
- Captopril 2x25 mg po
- Fenitoin 2x150 mg po
VI. Prognosis
6
ANALISIS KASUS
Dari data dasar di dapatkan seorang anak laki-laki, usia 15 tahun dengan status
gizi baik perawakan normal datang dengan keluhan kejang. Selain itu pasien juga
mengeluh nyeri kepala dan pandangan kabur. Sebelumnya pasien mengeluh bengkak
hampir di seluruh tubuh dan BAK berwarna seperti teh. Terdapat riwayat mengalami
sakit kulit berupa koreng di kaki kanan dan kiri. Dari anamnesis ditemukan kecurigaan
Pada pemeriksaan fisik dapat disimpulkan bahwa tensi darah pada pasien
diastolik yang telah atau dalam proses mengalami kerusakan organ target seperti otak,
jantung, ginjal atau mata. Pada pemeriksaan urinalisa didapatkan hematuria yang
merupakan suatu keadaan didapatkan nya sel darah merah dalam urin yang melebihi nilai
normal nya. Sementara itu dikatakan proteinuria jika ditemukan protein dalam urin >100
mg/m2 / hari. Pemeriksaan ASTO reaktif merupakan suatu penanda bahwa terdapat
antibodi anti streptolysin O, atau disebut juga ASTO. Produksi antibodi ini akan mulai
meningkat pada 1-3 minggu awal setelah infeksi, mencapai puncaknya 3-5 minggu
7
Pada pasien terdapat gejala kejang, nyeri kepala, pandangan kabur, bengkak serta
merupakan bagian dari krisis hipertensi yang harus segera ditatalaksana. Di negera maju
kejadian krisis hipertensi berkisar 2-7% dari populasi hipertensi. Di Indonesia, khususnya
pada anak belum ada laporan tentang angka kejadian krisis hipertensi. Pada kasus ini
pasien merupakan seorang anak laki-laki remaja yang secara epidemiologi penyebab
hipertensi nya adalah hipertensi sekunder dari kelainan parenkim ginjal. Pada anamnesis
dan pemeriksaan fisik serta penunjang didapatkan penyebab hipertensi pada pasien ini
adalah adanya glomerulonephritis akut pasca streptococcus yang memang sering terjadi
pada anak – anak kelompok umur 5-15 tahun dan sering terjadi pada laki-laki yaitu 2 kali
pertama. Pasien dipantau TTV nya terutama TD setiap 15 menit. Pada pasien diberikan
mg. untuk penyakit ynag mendasarinya yaitu GNAPS diberikan antibiotik berupa
ceftriaxone 2gr drip dalam D5 100 cc per 24 jam iv untuk eradikasi kuman . Untuk diet
8
diberikan makanan rendah garam. Indikasi pulang pada pasien adalah keadaan umum
pasien sudah membaik, tidak ada keluhan lagi seperti kejang, nyeri kepala dan pandnagan
kabur. Pada pemeriksaan fisik tensi darah sudah <p90, edema tidak ada, BAK sudah
Peran orang tua dan keluarga sangat diperlukan. Dilakukan edukasi kepada pasien
dan keluarga untuk pengamatan lebih lanjut agar tetap kontrol ke Poli Nefrologi anak
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Kunjungan minimal 1 kali yakni 1 minggu