Anda di halaman 1dari 34

Observasi Convulsi Anak

dengan Cerebral Palsy

Oleh
dr Erwin Tanady
Data Pasien
An. A
Usia 9 tahun
BB : 12kg, nadi : 120x/mnt , RR: 40x/mnt ,
Suhu: 37,1 C
Gambaran Kasus
 Pasien datang diantar oleh orang tua setelah mengalami kejang ± 1 jam SMRS, kejang tonik

berlangsung setiap ± 5 detik, pasien sering mengalami hal ini sebelumnya mulai dari pasien

sejak usia 1 tahun, setiap hari ibu pasien mendapati pasien kejang akan tetapi hanya beberapa

saat dan pasien kembali ke keadaan semula, akan tetapi hari ini kejang semakin sering. Pasien

lahir dgn riwayat persalinan normal akan tetapi sewaktu lahir pasien sempat tidak

menangis,kemudian pasien merintih, tampak lemah, beranjak usia sekitar 5 bulan pasien

mulai sering kejang , kejang tonik tanpa hilangnya kesadaran, dan kekakuan mulai terlihat di

tangan kanan dan kaki, mulai saat itu ibu pasien mengatakan pasien mulai mengalami kejang

setiap hari , kejang tonik hanya beberapa kali dengan durasi pendek sampai hari ini jadi hal ini

sudah dianggap hal yang biasa bagi orang tua pasien. Saat ditanyakan ibu pasien mengatakan

jarang sekali mengontrol sakit yang dialami oleh pasien hanya saat batuk dibawa ke mantri

terdekat. Ibu pasien dulu pernah mendapat rujukan ke rumah sakit untuk pemeriksaan kejang

akan tetapi ibu pasien tidak membawa pasien ke rumah sakit.

 Pasien terlihat kurus tampak gizi kurang , pasien sulit untuk makan dan minum
Rangkuman Pembelajaran
S: Kejang
Harus diwaspadai adanya kelainan yang
menyebabkan keluhan tersebut termasuk
kejang demam, infeksi di otak (meningitis,
ensefalitis, abses otak), gangguan
elektrolit, hipoglikemia, trauma kepala
dan epilepsi.
Objektif
Pemeriksaan Fisik
 Kesadaran : Compos mentis,
tampak lemas,
 Keadaan gizi : BB : 12 kg, gizi
kesan buruk
 Tanda-tanda vital:
◦ Nadi : 120 x/menit
◦ Respirasi : 40 x/menit
◦ Suhu : 37,1ºC per axilla
Objektif
 Kepala :
kesan mikrosefal, simetris
 Rambut :
hitam, distribusi merata, mudah dicabut
 Mata :
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(3 mm/3mm), refleks cahaya (+/+)
 Hidung :
lapang, sekret -/-, darah (-/-)
 Bibir :
Mukosa bibir lembab, sariawan (-)
Objektif
 Lidah :
kotor (-), lidah tremor (-), papil lidah
atrofi (-)
 Telinga :
darah (-/-), sekret (-/-)
 Leher :
JVP tidak meningkat, KGB tidak
membesar
 Thorax :
jejas (-), retraksi (-), simetris
Objektif
Paru-paru
 Inspeksi :
pengembangan dinding dada simetris,
dada tampak cekung
 Palpasi :
fremitus raba simetris kanan dan kiri
 Perkusi :
sonor pada kedua lapang paru
 Auskultasi :
suara dasar vesikuler (-/-), ronkhi (-/-),
wheezing (- /-) Slem (+/+)
Objektif
Jantung
 Inpeksi :
iktus kordis terlihat
 Palpasi :
iktus kordis teraba
 Perkusi :
batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi :
bunyi jantung I-II intensitas
meningkat, regular, bising (-)
Objektif
Abdomen
 Inspeksi :
distensi (-), dinding perut sejajar
dinding dada
 Auskultasi :
bising usus (+) normal
 Perkusi :
timpani, ascites (-)
 Palpasi :
supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba
Objektif
Ekstrimitas :
Akral hangat, sianosis (-), oedem tungkai (-)
Pemeriksaan Laboratorium Darah
 Hemaglobin :11,2
 Leukosit : 17,330
 Hematokrit : 35 %
 Treombosit :583.000
 GDS : 94 mg/dl
Assesment
CEREBRAL PALSY
 suatu keadaan kerusakan jaringan otak
yang kekal dan tidak progresif.
 Terjadi pada waktu masih muda (sejak di
lahirkan)
 Cerebral palsy pada dasarnya adalah
gangguan terhadap pergerakan dan postur
tubuh
- Prenatal
Infeksi
Hipoxia
-Post natal
Trauma
Klasifikasi C.Palsy
 Spastic (70%)  UMN GABA
ditandai Kekakuan otot
Hipertonus Fleksi( scissor gait, toe
walk)
 Diskinetik Basal Ganglia
 Ataxic  Cerebellum
Klasifikasi International League Against
Epilepsy (ILAE) :
 Bangkitan Parsial
1hemisfer/ I bagian lobus
simple parsial
kompleks parsial

 Bangkitan Umum (seluruh otak)


Tonik, atonik, tonik-klonik, klonik,
myoklonik

 Tidak Tergolongkan
Fitur Kejang parsial sederhana Kejang parsial kompleks

Gangguan Kesadaran Tidak terganggu Terganggu


Terpengaruh

Jangka waktu detik hingga menit Menit

Gejala dan tanda Terganting tempat asal: tidak ada Tergantung pada tempat asal; terdapat
postiktal kebingungan postictal kebingungan

Usia Semua usia Semua usia

Iktal EEG Setiap epileptiform pembuangan Unilateral atau bilateral epileptiform


kontralateral; dalam banyak kasus, pembuangan, difus atau fokal
tidak ada kelainan interiktal
terdeteksi
Klasifikasi ILAE 1989 untuk epilepsi dan
sindroma epilepsi
Berkaitan dengan lokasi kelainan (localized
related)
1. Idiopatik (primer)
2. Simtomatik (sekunder)
3. Kriptogenik
Etiology
 Idiopatik
Tidak terdapat lesi struktural di otak atau
defisit neurologik. Diperkirakan mempunyai
predisposisi genetik dan umumnya
berhubungan dengan usia
 Kriptogenik
Dianggap simptomatik tetapi penyebabnya
belum diketahui. Termasuk disini adalah
sindrom West, sindrom Lennox-Gastaut dan
epilepsi mioklonik. Gambaran klinik sesuai
dengan ensefalopati difus
Simtomatik
Bangkitan epilepsi disebabkan oleh kelainan/
lesi struktural pada otak misalnya cedera
kepala, infeksi SSP, kelainan kongenital, lesi
desak ruang, gangguan peredaran darah otak,
toksik, metabolik, kelainan neurodegeneratif.
Patofisiologi
 Patofisiologi berdasarkan mekanisme
eksitasi
 Patofisiologi berdasarkan mekanisme
inhibisi
 Patofisiologi berdasarkan mekanisme
sinkronisasi
 Patofisiologi berdasarkan mekanisme
iktogenesis
 Patofisiologi berdasarkan mekanisme
epileptogenesis
 Patofisiologi berdasarkan mekanisme
peralihan interiktal-iktal.
 Patofisiologi berdasarkan mekanisme
neurokimiawi
 Patofisiologi berdasarkan mekanisme imun
Manifestasi klinik
Grand mal (kejang tonik-klonik)
 Grand mal (meliputi 75% kasus epilepsi)
meliputi tipe primer dan sekunder
 hilang kesadaran
Diagnosis
 Anamnesis
 Pemeriksaan Fisik dan Neurologis
 Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis
Pola / bentuk serangan
 Lama, durasi, frekuensi, interval terpanjang antar
bangkitan
 Keadaan saat bangkitan : duduk/ berdiri/ berbaring/
tidur/ berkemih
Gejala sebelum, selama dan paska serangan
 Faktor pencetus
Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
 Usia saat serangan terjadinya pertama
 Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan
 Riwayat penyakit, penyebab dan terapi sebelumnya
 Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
Riwayat bangkitan neonatal/ kejang demam
Riwayat trauma kepala, infeksi, dll.
Pemeriksaan Fisik
Melihat adanya tanda-tanda dari gangguan
yang berhubungan dengan epilepsi, seperti
trauma kepala, infeksi telinga atau sinus,
gangguan kongenital, gangguan neurologik
fokal atau difus.
Pemeriksaan Penunjang
 EEG
 CT Scan
 MRI
Diagnosis Banding
 Sinkop
 Hipoglikemia
 Elektrolit imbalans
 Viral ensefalitis
Penatalaksanaan
Neonatal Epilepsy
Maintain ABC and temperature.

Withdraw blood for biochemistry

Immediate glucose by dextrostix

Correct glucose and calcium

Administer IV- phenobarbitone 20 mg/kg.

Repeat in 5mg/kg boluses till a maximum of 40 mg / kg every 15 minutes if seizure
continues.

IV Phenytoin 15-20 mg /kg diluted in equal volume of normal saline at a maximum rate of
1mg/kg/min over 35-40 minutes

IV Lorazepam (0.05 to 0.1 mg/kg) or Diazepam (0.25mg/kg bolus or 0.5 mg/kg rectal)

Or IV Midazolam as a continuous infusion (an initial IV bolus of 0.15 mg/kg, followed by
continuous infusion (1 µg/kg/min) increasing by 0.5 to 1µg /kg/min every 2 minutes until a
favorable response or a maximum of 18 µg/kg/min

100 mg pyridoxine IV or oral (if IV not available) should be given
PLAN
Terapi :
 Oksigenasi 3 lpm
 Stesolid supp 10 mg
 Inf.Tridex 27A 12 tpm makro
 Inf futrolit 12 tpm mikro
 Inj, Ceftriaxone 3 x 400mg IV
 Inj. Gentamycin 2 x 25 mg IV
 Nebulizer ventolin pulmicort 1:1 3x sehari
 Sanmol syrup 3 x cth I jika demam
 Antacid syr 3x1 cth
 Ranitidine 2x 1/3 amp
 Miloz 0,5mg iv
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai