Anda di halaman 1dari 43

Kasus

Epilepsi e.c. SOL


(Space-Occupying
Lesion) Intracranial
Presentan :
Muhammad Ilman
Herning Adinda

Identitas Pasien
Nama

Ny. II

Jenis kelamin

Perempuan

Usia

55 tahun

Alamat

Bogor

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga

Status

Menikah

Tgl masuk

6 November 2016

Jam masuk RS :

05.50 WIB

Tgl periksa

6 November 2016

Anamnesis
Keluhan

Utama

Kejang-kejang
Riwayat

Penyakit Sekarang

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tiba-tiba


kejang seluruh tubuh 2 jam SMRS, kejang selama 10
menit dirumah. Pasien terlihat kaku dan saat kejang
pasien tidak sadar. Lidah tergigit (+). Setelah kejang
pasien sadar. Keluhan Muntah (-), demam (-), riwayat
jatuh sebelumnya (-), penggunaan obat-obatan
sebelumnya (-), keluhan kejang sebelumnya (-).

Riwayat

Penyakit Dahulu

Riwayat DM tidak terkontrol, riwayat HT (-), riwayat


stroke (-)
Riwayat

penyakit dalam keluarga :

Riwayat kejang dikeluarga (-)

Pemeriksaan Fisik 6/11/2016

Keadaan Umum

: Tampak Sakit Sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda-tanda vital
Tekanan darah

: 120/70 mmHg

Denyut Nadi

: 104 kali/menit

Suhu

: 36.80 C

Respirasi

: 22 kali/menit

GCS

: 15

Sp.O2

: 99%

Kepala

Mata

: Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Telinga : Discharge (-/-)

Hidung : Nafas cuping (-/-), discharge (-/-), deviasi septum (-)

Mulut

: Bibir pucat (-), bibir sianosis (-), bibir kering (-), mulut mencong
ke kanan

Leher

: Simetris, pembesaran kel. limfe (-), trakea di tengah

Thoraks

: Gerak dan bentuk simetris

Paru

: VBS Ka=Ki, Rh (-/-), Wh (-/-)

Jantung : Iktus kordis teraba pada ICS V LMCS, kuat angkat, thrill (-)
S1 S2 normal reguler, suara tambahan (-)

Abdomen

Inspeksi
: Perut cembung, kulit tampak normal, pelebaran pembuluh
darah (-), distensi (-), ascites (-), benjolan (-), Cullen sign (-).

Auskultasi

Palpasi
: terdapat nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan atas,
Murphy sign (+), hepar dan lien tidak teraba.

Perkusi

: Bising usus (+) normal.

: Timpani pada seluruh lapang abdomen

Status Neurologis

Pemeriksaan Umum

Kepala

: Normocephal

Collumna Vertebra

: tidak ada deformitas

Tingkat Kesadaran

: Composmentis

Tanda Rangsang Meningen dan Iritasi Radikal Spinal:


oKaku
oTest

Kuduk

:-

Brudzinski I

:-

Brudzinski II

:-

Brudzinski III : Brudzinski IV

:-

oTest

Laseque

: -/-

oTest

Kernig

: -/-

Saraf Otak

N I: Penciuman
N II

tidak dilakukan

: Ketajaman penglihatan dx/sin


: Fundus okuli

: tidak dilakukan

: tidak dilakukan

: Refleks cahaya (D/S): +/+ / +/+


: Pupil
N III/IV/VI : Ptosis
Posisi mata

: bulat isokor ODS 3mm


: -/: di tengah

Gerakan bola mata


Nistagmus

:-

: Normal

NV
Sensorik
Oftalmikus

: Normal

Maksilaris

: Normal

Motorik

: Normal

N VII
Angkat alis mata

: Normal

Memejamkan mata

: Normal

Sensoris rasa

: dbn

N VIII
Pendengaran

: Normal

N IX/X
Suara/bicara : Normal
Menelan

: Normal

Kontraksi palatum
Refleks farinks

: Normal

: Normal

Rasa pahit 1/3 belakang : tidak dilakukan


N XI
Angkat bahu : Normal
Menengok kanan kiri : Normal
NXII
Gerakan lidah
Atrofi

: simetris

: (-)

Tremor/fasikulasi : (-)

Sistem Motorik

Anggota badan atas

Kekuatan otot 5/5, atrofi -, fasikulasi

Anggota badan bawah

Kekuatan otot 5/5, atrofi -, fasikulasi

Gerakan involunter

: (-)

Sistem Sensorik

Anggota badan atas

: baik

Batang tubuh

: baik

Anggota badan bawah : baik

Refleks Fisiologis

Anggota badan atas


Biceps

: +/+

Triceps

: +/+

BrachioRadialis

: +/+

Dinding perut

Epigastrik

: Normal

Hipogastrik : Normal
Mesogastrik : Normal
Anggota badan bawah
Patella

: ++

Achilles : +/+

Refleks Patologis :
Hoffman Tromner : -/Babinski

: -/-

Chaddock

: -/-

Oppenheim

: -/-

Gordon

: -/-

Scheiffer

: -/-

Rossolimo

: -/-

Mendel Bechterew

: -/-

Refleks Primitive
Glabella

: -/-

Palmo Mental

: -/-

Snout

: -/-

Grasp

: -/-

Laporan Observasi selama di IGD


05.50 :

OS kejang 2menit, GDS: 96

06.10 :

OS kejang 10menit, diberikan injeksi


diazepam 1 amp I.V.,

06.45 :

Konsultasi dr.Herviana Sp.S via telepon (-),


terapi citicolin 2x500mg, rencana CT-Scan kepala

Diagnosis Banding

Observasi Kejang e.c Susp CVD

Epilepsi simtomatik e.c. Susp SOL

Pemerikasaan Penunjang
Laboratorium 6/11/2016
Darah Rutin

Hb : 12,6 gr/dl

Ht : 41 gr%

Leukosit: 10100 Ribu/UL

Trombosit

: 227.000

Kimia Darah

SGOT

: 25

SGPT

: 28

Ureum

: 16

Kreatinin

GDS : 111

: 0,8

Tatalaksana
Konsultasi dr. Herviana, Sp.S (+)
o

Rawat UPK

IVFD RL/8jam

Manitol 4x75 mg

Pirazetam 3x3gr IV

Pumpitor 1x40mg IV

Fenitoin 3x1 cap

Diazepam 1 amp bila kejang

GDS tiap 6 jam, jika <80 bolus D40 2 fl

Pasang kateter

Obs Aritmia

Jika penurunan kesadaran/ kejang >30menit/ kejang tidak berhenti dengan


diazepam: drip fenitoin 1000mg dalam NaCl 100cc 30menit

Konsultasi dr. Ninik, Sp.An (+)


CT Scan tidak dapat dilakukan di hari libur rawat ruang biasa
Acc oleh dr. Hervi SpS.

Th : Ceftriaxone 1x2 gram dalam NaCl 100 cc

Laporan Follow Up Harian


Tanggal

07-11-2016 Sakit kepala


Kejang (-)

TD : 110/70
PR :
112x/menit
RR : 20
x/menit
S : 36,8 C
GDS : 103

Obs kejang e.c.


Susp CVD dd/
Epilepsi
simtomatik e.c.
Susp SOL

Status
Neurologis

P
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

IVFD RL/8jam
Manitol 4x75 mg
Pirazetam 3x3gr
IV
Pumpitor 1x40mg
IV
Fenitoin 3x1 cap
Diazepam 1 amp
bila kejang
Ceftriaxone 1x2
gram dalam NaCl
100 cc
As. Folat 1x1
Opineuron 3x1
tab
Cek GDS/hari
CT-Scan

Pemeriksaan Penunjang (CT-SCAN)

Kesan

SOL pada lobus frontal kanan dengan gambaran perifokal


edema pada lobus fronto parietal kanan yang menekan
ventrikel kanan dan ventrikel 3 dan terlihat tanda
noncommunication hidrocephalus serta edema cerebri,
Impending subfalksin herniasi.

Tanggal

08-11-2016 Sakit kepala


Kejang (-)

TD : 110/70
PR :
85x/menit
RR : 20
x/menit
S : 36,8 C

Epilepsi e.c.
SOL Intracranial

Status
Neurologis

P
o
o
o
o
o
o

IVFD RL/8jam
Fenitoin 3x1 cap
Diazepam 1 amp
bila kejang
Ceftriaxone 1x2
gram dalam NaCl
100 cc
As. Folat 1x1
Opineuron 3x1
tab

Rujuk ke RSPAD

Tinjauan Pustaka

Definisi
Kejang adalah gangguan fungsi otak yang paroksismal, disebabkan oleh
pelepasan muatan neuron abnormal.
Bentuk kejang:

Fokal

Umum

: tidak disertai gangguan kesadaran


: disertai penurunan kesadaran

Etiologi Kejang
Vaskuler :
Stroke perdarahan, strok infark,
perdarahan subarachnoid,
malformasi arteri-vena, trombosis
sinus venosus
Infeksi :
Meningitis, meningoensefalitis,
abses
Gangguan metabolik :
Hiponatremia, hipernatremia,
hipo/hiperkalsemia,
hipo/hiperglikemia, hipertiroid,
uremia

Trauma kepala akut/kronis


dengan hematoma subdural

Tumor
Epilepsi
Obat-obatan:
Antidepresan, antipsikotik

Kongenital

Penatalaksanaan Pasien Kejang

Kejang pada umumnya akan berhenti kurang dari 3 menit. Bila lebih dari 3
menit, memungkinkan mengalami Status epileptikus.

Tindakan awal:

Bersikap tenang: jangan berteriak atau mengguncang pasien

Pastikan terlindung dari trauma dan aspirasi

Posisikan pasien lateral dekubitus

Longgarkan pakaian yang mengikat

Berikan oksigen yang baik

Jangan memasukkan apapun kedalam mulut pasien

Observasi sampai pulih

Prinsip Pengobatan

Di IGD

1. Nilai keadaan pasien, tanda vital, derajat kesadaran


dan saturasi oksigen
2. Perbaiki jalan nafas, hisap lendir, berikan oksigen,
pertahankan fungsi vital lain
3. Dampingi pasien, pastikan sekeliling aman (beri
bantalan sekeliling pasien), cegah trauma
4. Tentukan tipe dan durasi bangkitan
5. Apakah ada indikasi pemberian diazepam dan
kontraindikasi pemberian diazepam
6. Pasang infus NaCl 0,9%
7. Nilai kadar gula darah, bila hipoglikemia (<4mmol/L)
atasi hipoglikemia, bila normoglikemia dan masih
kejang, berikan diazepam IV
8. Nilai kembali keadaan pasien dan tanda vital, derajat
kesadaran dan saturasi oksigen, efek diazepam
9. Bila pasien masuk dalam keadaan status epileptikus
(bangkitan 30menit atau bangkitan berulang tanpa
disertai pemulihan kesadaran diantaranya), kirim ke
ICU

Penatalaksanaan

Pasien
diberikan RL

Cara pemberian diazepam

Pasien dewasa:
10 mg IV/per rectal sebagai dosis pertama, IV diberikan perlahan dalam 2 menit, dosis
ulangan diberikan setiap 3 menit sampai dicapai dosis maksimal 20mg

Pasien anak:
5 mg IV/per rectal sebagai dosis pertama, dosis ulangan setiap 3menit sampai dosis
maksimal 10mg

Pasien bayi:
0,2 mg/kg IV sebagai dosis pertama (max 2,5 mg), dosis ulangan setiap 3 menit sampai
dosis maksimal 5 mg.

Epilepsi

Suatu kelompok sindrom yang memiliki karakteristik sebagai gangguan


paroxysmal dan bersifat transient pada fungsi otak yang termanifestasi
sebagai episode yang terdiri dari gangguan kesadaran, motorik, sensorik dan
aktivitas elektrik pada otak

Etiologi

Klasifikasi ILAE 1981 untuk tipe bangkitan epilepsi


Bangkitan parsial/fokal

Klasifikasi ILAE 1989 untuk epilepsi dan sindrom epilepsi


Fokal/Parsial

Epilepsi

Kriteria Diagnosis Epilepsi

Minimal terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi atau 2 bangkitan


refleks dengan jarak waktu antar bangkitan pertama dan kedua lebih
dari 24 jam

Satu bangkitan tanpa provokasi atau 1 bangkitan refleks dengan


kemungkinan terjadinya bangkitan berulang dalam 10 tahun kedepan
sa,a dengan bila terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi/ bangkitan
refleks

Sudah ditegakkan diagnosis sindrom epilepsi

Bangkitan refleks adalah bangkitan yang muncul akibat induksi oleh


faktor pencetus spesifik, seperti stimulasi visual, auditorik,
somatosensitif dan somatomotor.

Diagnosis
3 langkah penentuan Diagnosis:
1.

Pastikan adanya bangkitan epilepsi

2.

Tentukan tipe bangkitan epilepsi berdasarkan ILAE 1981

3.

Tentukan sindrom epilepsi berdasarkan ILAE 1989

Anamnesis:
4.

Gejala dan tanda sebelum, selama dan pasca bangkitan


- sebelum: perubahan perilaku, berkeringat, hipotermi
- selama/iktal: aura, bentuk bangkitan(deviasi mata, gerakan kepala, gerakan tubuh,
vokalisasi, automatisasi, bangkitan tonik/klonik, gerakan pada salah satu atau kedua lengan
dan tungkai
- pasca bangkitan: bingung, sadar/tidak

2.

Faktor pencetus: stres psikologis, alkohol, kelelahan

3.

Durasi bangkitan, frekuensi, interval, kesadaran antar bangkitan

4.

Riwayat terapi epilepsi sebelumnya

5.

Riwayat penyakit yang diderita, riwayat epilepsi dalam keluarga, Riwayat


kejang demam, Riwayat trauma kepala

Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis( gangguan kesadaran pascaiktal,


afasia)
Pemeriksaan penunjang ( EEG, CT-Scan, Hematologis, pungsi lumbal, EKG)

Diagnosis Banding

Penatalaksanaan Epilepsi

Tujuan utama terapi epilepsi mengupayakan penyandang epilepsi dapat


hidup normal dan tercapai kualitas hidup optimal untuk penyandang mental
yang dimilikinya.

PRINSIP TERAPI FARMAKOLOGI


OAE diberikan bila :

o Diagnosis epilepsi sudah dipastikan


o Terdapat minimum dua bangkitan dalam setahun
o Penyandang dan atau keluarganya sudah menerima penjelasan tentang tujuan
pengobatan
o Penyandang dan/ atau keluarga telah diberitahu tentang kemungkinan efek
samping yang timbul dari OAE
o Bangkitan terjadi berulang walaupun factor pencetus sudah dihindari (misalnya:
alcohol, kurang tidur, stress, dll)

Reference:

Pedoman tatalaksana Epilepsi; PERDOSSI, Edisi kelima; 2014.

Kegawatdaruratan Neurologi; Bagian Neurologi FK Unpad-RSHS; Edisi 2; 2012.

Neurology In Daily Practice; Bagian Neurologi FK Unpad-RSHS; Edisi 1; 2012.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai