Anda di halaman 1dari 31

MELAPORKAN &

MEMERIKSA PAJAK
Kelompok 5
Desiana Wende / 19111501032
Venansia Eno Tangi / 20111501007
Fransiska Nangus / 20111501058
Gidion Mone / 20111501042
MELAPORKAN PAJAK

Pelaporan Pajak merupakan elemen dalam


setiap entitas di dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan terhadap pemerintah
Sarana untuk melaporkan pajak adalah Surat
Pemberitahuan. Sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) UU KUP
Wajib Pajak harus mengisi surat pemberitahuan dengan
benar, lengkap dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang
rupiah dan menandatanganai serta menyampaikan ke
kantor Direktor Jendral Pajak atau tempat lain yang
ditetapkan oleh Dirjen Pajak.
Fungsi Surat Pemberitahuan

1) Bagi Pemotong atau Pemungut Pajak


merupakan sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau
dipungut dan disetorkannya.
2) Bagi Wajib Pajak
merupakan sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak.
3) Bagi Pengusaha Kena Pajak
merupakan sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Brang Mewah.
KEWAJIBAN LAPORAN PAJAK

I
LAPORAN SPT TAHUNAN PPh
1. Pembuatan SPT Tahunan Dengan Fasilitas Template
Wajib Pajak sesuai Pasal 3 Ayat 2 Peraturan DJP No. PER- 114/PJ./2007
Dapat menginstal perangkat lunak (software) dan mengisi formulir SPT ,
selanjutnya mencetak SPT dan menghasilkan cetakan forulir SPT berbahasa
Indonesia.

Batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh sesuai


Pasal 3 Ayat 3 UU KUP adalah 3 bulan untuk WP
orang pribadi dan 4 bulan untuk Wajib Pajak Badan
setelah akhir tahun pajak.
Perpanjangan Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan
Wajib pajak sesuai pasal 2 ayat 2 peraturan DPJ No. 21/JP/2009
dalam meperpanjang jangka waktu penyampaikan SPT Tahunan
paling lama 2 bulan sejak batas waktu penyampaian SPT tahunan
dengan cara menyampaikan pemberitahuan perpanjangan SPT
Tahunan. pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan tersebut
secara tertulis sebelum batas waktu penyampaian SPT tahunan
akhir.

Sesuai pasal 8 ayat 1 peraturan DJP No. 21/PJ/20009


memyampaikan SPT dan pemberitahuan perpanjang SPT dan
pemberitahuan perpanjangan SPT tahuanna secara elektronik
dapat dilakukan selama 24 jam sehari dari 7 hari seminggu
dengan standar waktu indonesia bagian barat.
2. E-Filing
Sesuai pasal 1 angka 7 DJP No. 47/PJ/2008 adalah suatu cara
penyimpanan SPT dan penyampaian pemberitahuan perpanjangan
SPT tahunan secara elektronik yang dilakukan secara online dan
real time melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau ASP.

Sesuai pasal 5 peraturan DJP No. 47/PJ/2008 wajib pajak harus


memiliki Electronic Filing Identification Number (e-FIN).
E-FIN diterbitkan oleh kantor pelayanan pajak berdasarkan surat
permohonan pajak.

Kepala kantor pelayanan pajak memberi keputusan atas


permohonan yag diajukan oleh WP untuk memperoelh e-FIN
paling lama 2 hari kerja.
3. E-SPT dan E-SPTY
E-SPT adalah data SPT WP dalam bentuk
elektronik yang dibuat WP dengan menggunakan
aplikasi e-SPT ya g disediakan oleh DJP.
E-SPTY adalah data pemberitahuan
perpanjangan SPT tahuanan WP dalam bentuk
elekteronik yang dibuat WP dengan
menggunakan aplikasi e-SPT ya g disediakan oleh
DJP.
Wajib Pajak yang tidak perlu menyampaikan
SPT tahunan yaitu
 Wajib pajak luar negeri sesuai pasal 2 ayat 2 UU PPh tidak wajib
meberikan SPT karena kewajiban pajaknya dipenuhi
pemotongan pajak yang bersifat final.
 Pegawai, karyawan/I, yang menerima atau memerloleh
penghasilan sesuai pasal 29 keputusan dirjen pajak No. KEP
1927/PJ. 23/1983 tidak wajib melaporkan SPT kecuali apabila
WP Tersebut memperoleh penghasilan lain diluar penghasilan
sehubungan dengan pekerjaaan lebih dari satu pemberi kerja.
 WP Orang Pribadi yang dalam satu tahun pajak menerima
penghasilan Neto tidak melebihi penghasilan tidak kena pajak.
II
KEWAJIBAN LAPORAN SPT MASA
Menurut jenis pajaknya laporan SPT masa dapat dibedakan
menjadi
1. Laporan SPT masa PPh 21
Sesuai pasal 6 ayat 1 keputusan Menkeu No. 541/KMK.04/2000
bahwa WP Orang Pribadi ditujukan sebagai pemotong PPh Pasal 21 d
iwajibkan menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 paling lambat 20
hari setelah masa pajak berakhir.
2. Kewajiban Laporan SPT Masa PPh Pasal 22
dapat terjadi pada berbagai pemungut PPh Pasal 22 seperti
berikut ini
1. Laporan SPT Masa PPh pasal 22 impor oleh DJBC
2. Laporan SPT Masa PPh pasal 22 oleh bendahara Pemerintah
3. Laporan SPT Masa PPh pasal 22 oleh pertamina
4. Laporan SPT Masa PPh pasal 22 oleh industri
3. Kewajiban Laporan SPT Masa PPh Pasal 23/26
Secara khusus laporan pemotongan PPh pasal 23 yang
diatur antara lain adalah pelaporan PPh pasal 23 atas
bunga dan diskonto obligasi tidak di bursa efek.
Seuai pasal 3 ayat 1d Keputusan DJP No. KEP-241/
PJ./2002 Bahwa pemotongan PPh pasal 4 ayat 2 ata
bunga dan diskonto obligasi yang tidak diperdagangkan
di Bursa Efek wajib melaoprkan paling lambat tanggal 20
bulan berikutnya setelah pemotongan.
4. Kewajiban Laporan SPT Masa PPh Pasl 25
Sesuai pasal 2 peraturab Menkeu No.
183/PMK.03/2007 yang dikecualikan dari kewajiban
menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 adalah:
1) Wajib Pajak Tertentu, yaitu WP Orang Pribadi
yang penghasilan netonya tidak melebihi PTKP.
2)Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan
usaha atau melakukan perkejaan bebas.
5. Kewajiban Laporan SPT Masa PPh Pasal 4 (2)
Laporan yang harus dilakukan pemotonganatau
pemungutan PPh pasal 4 ayat 2, antara lain terjadi pada WP
dan Pemotongan berikut:
a. Bunga dan diskonto SPN
b. Bunga tabungan, deposito dan SBI
c. Hadiah undian
d. Penjualan saham di bursa efek
e. Bunga dan diskonto obligasi
f. Jasa konstruksi
g. Sewa tanah dan bangunan
h. Pengalihan hak tanah atau bangunan
6. Kewajiban Laporan SPT Masa PPN
Laporan ini dilakukan oleh Wajib Pajak atau
PKP dalam statusnya sebagai bukan pemungut
PPN dan sebagai pemungut PPN.
SANKSI BERKAITAN PELAPORAN PAJAK

Sanksi berkaitan dengan pelaporan pajak dapat dikenakan apa bila WP


melakukan seperti berikut:
a. Sanksi terlambat lapor
Sesuai pasal 7 ayat (1) UUKUP bahwa apabila surat
pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu atau batas
waktu perpanjangan penyampaian surat pemberitahuan sebagai mana
yang dimaksud dalam pasal 3 ayat 3 dan 4 UUKUP dikenakan sanksi
administrasi berupa denda sebesar Rp 500.000 untuk surat
pemberitahuan masa pajak pertambahan nilai,Rp 100.000 untuk surat
pemberitahuan masa lainnya,dan sebesar Rp 1.000,000 untuk surat
pemberitahuan tahunan wajib pajak badan,dan sebesar Rp 100,000
untuk sura pemberitahuan tahunan wajib pajak orang pribadi.
b. Tidak Dikenakan Sanksi Terlambat Lapor
Dilakukan terhadap :
1. Wajib pajak orang pribadi yang telah meninggal
dunia
2. wajib pajak orang pribadi yang sudah tidak
melakukan usaha atau pekerjaan bebas
3. wajib pajak orang pribadi yang berstatus sebagai WNA
yang tidak tinggal lagi dIindonesia bentuk usaha tetap tidak
melakukan kegiatan lagi di indonesia
4. wajib pajak badan yng tidak melakukan usaha lagi tetapi
belum dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi
5. wajib pajak yang terkena bencana yang ketentuannya
diatur dengan peraturan mentri keuangan
wajib pajak lain
MEMERIKSA PAJAK

Mengacu pada Pasal 1 angka 25 UU KUP, yang dimaksud


dengan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan
menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau
bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
TUJUAN MEMERIKSA PAJAK

Adapun pemeriksaan untuk menguji kepatuhan


pemenuhan kewajiban perpajakan diatur dalam
Pasal 4 ayat (1) PMK 18/2021. Pemeriksaan
dilakukan jika memenuhi kriteria sebagai
berikut:
• wajib pajak yang mengajukan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B UU KUP;
• terdapat data konkret yang menyebabkan pajak yang
terutang tidak atau kurang dibayar;
• wajib pajak menyampaikan SPT yang menyatakan
lebih bayar, selain yang mengajukan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud pada angka 1;
• wajib pajak yang telah diberikan pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak;
• wajib pajak menyampaikan SPT yang menyatakan
rugi;
• wajib pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran,
likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk
selama-lamanya;
• wajib pajak melakukan perubahan tahun buku atau metode
pembukuan atau karena dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap;
• wajib pajak tidak menyampaikan atau menyampaikan SPT tetapi
melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan dalam surat teguran
yang terpilih untuk dilakukan pemeriksaan berdasarkan analisis risiko;
• wajib pajak menyampaikan SPT yang terpilih untuk dilakukan
pemeriksaan berdasarkan analisis risiko; atau
• Pengusaha kena pajak tidak melakukan penyerahan barang kena
pajak (BKP) dan/atau jasa kena pajak (JKP) dan/atau ekspor BKP
dan/atau JKP dan telah dberikan pengembalian pajak masukan atau
telah mengkreditkan pajak masukan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (6e) UU PPN.
Pemeriksaan tujuan lain adalah untuk melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan diatur dalam Pasal
70 PMK 184/2015. Pemeriksaan dilakukan dengan kriteria
antara lain sebagai berikut.

 Pemberian nomor pokok wajib pajak (NPWP) secara


jabatan.
 Penghapusan NPWP.
 Pengukuhan PKP secara jabatan.
 Pencabutan pengukuhan PKP.
 Wajib pajak mengajukan keberatan.
 Pengumpulan bahan guna penyusunan norma
penghitungan penghasilan neto.
 Mencocokan data dan/atau alat keterangan.
 Penentuan wajib pajak berlokasi di daerah terpencil.
 Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN.
 Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.
 Penentuan saat produksi dimulai atau
memperpanjang jangka waktu kompensasi kerugian
sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan.
 Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B). (kaw)
Hak Dan Kewjiban Wajib Pajak

Hak Wajib Pajak


1. Meminta diperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan SP3
2. Meminta penjelasan tentang alasan & tujuan Pemeriksaan
3. Meminta diperlihatkan Surat Tugas
4. Menerima SPHP
5. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
6. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh
tim Pembahas
7. Memberikan pendapat/penilaian atas pelaksanaan
Pemeriksaan
8. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan
9. Pemberitahuan secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan
Pemeriksaan Lapangan
Kewajiban Wajib Pajak
(Dalam Pemeriksaan di Lapangan)
1. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan.
2. Memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau
mengunduh data yang dikelola secara elektronik.
3. Memberikan kesempatan untuk memasuki dan memeriksa
tempat atau ruang, diduga atau patut diduga digunakan untuk
menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan.
4. Memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan.
5. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas SPHP
6. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan
Kewajiban Wajib Pajak
(Dalam Pemeriksaan di kantor)

1. memenuhi panggilan untuk datang menghadiri


Pemeriksaan
2. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau
catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan
atau pencatatan
3. memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan
4. menyampaikan tanggapan secara tertulis atas SPHP
5. meminjamkan KKP yang dibuat oleh Akuntan Publik
6. memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis
yang diperlukan
Pihak Ke-III Dalam Pemeriksaan

Pihak Ke III dalam pemeriksaan ini antara lain:


Kantor Administrasi
Konsultan Pajak
Notaris
Akuntan Publik
Bank
Pihak ke-III Harus memberikan Keterangan/ bukti
paling lama 7 hari sejak diterimanya surat permintaan
keterangan atau bukti atau surat izin dari pihak yang
berwenang.
Standar dalam Proses Pemeriksaan Pajak

Sesuai dengan Pasal 8 PMK 17/2013 jo PMK


18/2021, pelaksanaan pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan juga harus dilakukan sesuai dengan
standar pelaksanaan pemeriksaan.
Pertama, pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang
baik sesuai dengan tujuan pemeriksaan. Persiapan paling sedikit meliputi
kegiatan mengumpulkan dan mempelajari data wajib pajak, menyusun
rencana pemeriksaan (audit plan), dan menyusun program pemeriksaan
(audit program), serta mendapat pengawasan yang saksama.

Kedua, pemeriksaan dilaksanakan dengan melakukan pengujian berdasarkan


metode dan teknik pemeriksaan sesuai dengan program pemeriksaan (audit
program) yang telah disusun.

Ketiga, temuan hasil pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten


yang cukup dan berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

Keempat, pemeriksaan dilakukan suatu tim pemeriksa pajak yang terdiri dari
seorang supervisor, seorang ketua tim, dan seorang atau lebih anggota tim.
Dalam keadaan tertentu, ketua tim dapat merangkap sebagai anggota tim.
Kelima, tim pemeriksa pajak dapat dibantu seorang atau lebih yang memiliki
keahlian tertentu, baik yang berasal dari Ditjen Pajak (DJP) maupun instansi di luar
DJP yang telah ditunjuk dirjen pajak, sebagai tenaga ahli seperti penerjemah
bahasa, ahli di bidang teknologi informasi, dan pengacara.

Keenam, apabila diperlukan, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan


kewajiban perpajakan dapat dilakukan secara bersama-sama dengan tim
pemeriksa dari instansi lain.

Ketujuh, pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor DJP, tempat tinggal atau


tempat kedudukan wajib pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas wajib
pajak, dan/atau atau tempat lain yang dianggap perlu pemeriksa pajak.

Kedelapan, pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat
dilanjutkan di luar jam kerja.

Kesembilan, pelaksanaan pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk kertas


kerja pemeriksaan (KKP)
Produk Hukum Pemeriksaan Pajak
Berupa ketetapan pajak ataupun juga dapat berupa
keputusan pajak seperti berikut:
1. Surat ketetapan pajak kurang bayar
2. Surat ketetapan pajak lebih bayar
3. Surat ketetapan pajak nihil
4. Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan
5. Surat tagihan pajak
6. Keputusan keberatan
7. Pemberian NPWP dan Pengukuhan PKP
Sanksi berkaitan dengan pemeriksaan
Berkaitan dengan dilakukan pemeriksaan pajak terhadap wajib
pajak dapapt dikenakan sanksi dalam hal berikut ini:

 hasil pemeriksaan kurang bayar


 Hasil pemeriksaan pajak tahun berjalan kurang bayar
 Hasil pemeriksaan penguasa kena pajak gagal
berproduksi
 Hasil pemeriksaan pajak menurut putusan pengadilan
merugikan negeri meski sudah lebih dari 5 tahun
 Hasil pemeriksaan WP yang tidak lapor walau sudah
ditegur
Hasil pemeriksaan WP tidak melaksanakan
pembukuan dengan benar
Hasil pemeriksaaan WP memotong atau memungut
pajak
Hasil pemeriksaan PPN tidak seharusnya tidak di
kompensasi atau direstitusi
Hasil pemeriksaan SPT tidak dimasukkan atau SPT
tidak benar karena alpa
Hasil pemeriksaan SPT tidak dimasukkan atau SPT
tidak benar karena sengaja
Hasil pemeriksaaan WP mengurangi SPT tidak
dimasukkan atau SPT tidak benar.

Anda mungkin juga menyukai