Anda di halaman 1dari 13

RANGKUMAN MATERI KULIAH

STATISTIKA

PELUANG

OLEH

NAMA : Venansia Eno Tangi

NIM : 20111501007

KELAS : AKUNTANSI B

I. Pengertian dan Konsep Peluang


Peluang suatu kejadian adalah suatu ukuran tentang kemungkinan terjadinya suatu
kejadian di masa yang akan datang.
Nilai peluang suatu kejadian berkisar antara nol (nol persen) sampai dengan 1 (100
persen. Misalnya untuk suatu kejadian A berlaku:

(0 ≤ P (A) ≤ 1)

II. Pendekatan Peluang Suatu Kejadian


Terdapat tiga metode atau pendekatan untuk menjelaskan peluang suatu kejadian,
yaitu pendekatan klasik, pendekatan empiric dan pendekatan subyektif, (Berenson
dan Levine; 1996).
Sementara itu ada dau metode pendekatan peluang suatu kejadian yaitu, pendekatan
obyektif dan pendekatan subyektif, pendekatan klasik dan empiric digolongkan
kedalam pendekatan obyektif (Lind, Marchal dan Wathen;2008).
1) Pendekatan Klasik atau Matematika
a. Koin
Memiliki dua sisi yaitu sisi gambar (G) dan sisi angka (A).
b. Dadu
Adalah suatu kubus yang homogeny yang permukaannya/sisinya
diberi bintik dimulai dari tanda satu yang disebut sis mata satu (●,
●●, …, ●●●●●●) sampai tanda enam bintik yang disebut sisi mata
enam.
c. Kartu Bridge
Satu set kartu bridge berisi 52 kartu. Kelimapuluh dua kartu tersebut
terbagi dalam empat (4) jenis kartu yaitu jenis skop (13 kartu), jenis
cengkeh (13 kartu), jenis intan (13 kartu), jenis jantung (13 kartu).
Warna dari jenis kartu tersebut adalah: jenis intan dan jantung
berwarna merah. Jenis skop dan cengkeh berwarna hitam.

Menurut pendekatan klasik peluang terjadinya suatu kejadian adalah


perbandingan dari kejadian yang menguntungkan/diharapkan
terhadap seluruh kejadian yang mungkin, apabila setiap kejadian
mempunyai kesempatan yang sama untuk terjadi.

Yang dapat dinyatakan sebagai berikut:

Banyaknya kejadian uang menguntungkan


P=
Banyaknya seluruhkejadian yang mungkin
Contoh: bila sebuah koin dilantunkan sekali, maka salahsatu dari dua
kejadian dapat terjadi. Kejadian pertama muncul sisi gambar,.
Kejadian kedua muncul sisi bukan angka atau bukan gambar. Ini
berarti banyaaknya/seluruh kejadian yang mungkin terjadi=2
kejadian. Selanjutnya bila A= kejadian yang menguntungkan = 1
kejadian sehingga, peluang terjadi kejadian A,
Banyaknya kejadian yang menguntungkan
P=
banyaknya seluruh kejadian yang mungkin
1
=
2
Bisa disimpulkan bahwa perhitungan peluang suatu kejadian yang
didasarkan atas pendekatan klasik, dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu mengetahiu keseluruhan kejadian mungkin terjadi. Pendekatan
ini juga disebut pendekatan apiori.
2) Pendekatan empiris
Juga disebut pendekatan frekuensi, karena perhitungannya didasarkan pada
pengalaman empiris dan didasarkan pada atas frekuensi relative. Peluang
suatu kejadian dalam jangka panjang (percobaan dilakukan berulang-ulang)
ditentukan dengancara mengamati beberapa bagian total pengamatan.
Peluaang suatu kejadian juga merupakan limit dari frekuensi relatifnya.
Dapat dinyatakan sebagai berkut:
m m
P(A) = lim ATAU P(A) =
n→∞ n n

P (A) = Peluang kejadian A

m = banyaknya kejadian A

n = banyaknya percobaan

Contoh: mislakan menurut catatan produksi sebuah perusahaan dalam satu


kali produksi menhasilkan 5.000 unit barang. Setelah diperiksa ternyata


tedapat 50 unti barang yang cacat. Bila m=barang yang cacat dan m adalah

barang yang baik, dan A=kejadian terambilnya barang yang cacat maka,


N=5000, m=50, m =5.000-50= 4.950

m 50
Sehingga, P(A) = = =0,01
n 5000
ḿ 4950
Dan P( Á ) = = = 0,9
n 5000

3) Pendekatan subyektif
Adalah pendekatan yang menggunakan intuisi, keyakinan diri dan informs
tidak langsung lainnya. Bersifat pribadi, cara mengartikan informasi berbeda
sehingga pelaung dari suatu kejadian yang disimpulkan juga berbeda-beda.
III. Percobaan dan Ruang Sampel
Percobaan adalah suatu proses dengan hasil dari suatu kejadian bergantung pada
kesempatan.
Ruang sampel adalah adalah himpunan dari semua hasil yang mungkin dari suatu
percobaan.
Ruang sampel dinotasikan dengan S. Banyaknya anggota ruang sampel dinyatakan
dengan n(S).
Kejadian adalah bagian dari hasil percobaan yang dipilih atau yang menajdi
perhatian kita; atau himpunan bagian dari ruang sampel yang ada.
Titik sampel adalah unsur-unsur yang membentuk ruang sampel.
Contoh:
Pada percobaan melempar sebuah dadu bersisi enam sebanyak satu kali.
Tentukan ruang sampel, titik sampel, dan banyak anggota ruang sampel.
Penyelesaian:
Pada pelemparan sebuah dadu bersisi enam satu kali, maka hasil yang
mungkin muncul adalah salah satu dari enam sisi mata dadu itu, yaitu 1, 2, 3,
4, 5, atau 6, maka:
Ruang sampel (S) = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
Titik sampel adalah 1, 2, 3, 4, 5 dan 6.
Banyak anggota ruang sampel, n(S)= 6
IV. Menghitung Peluang Suatu Kejadian
 Berdasarkan pendekatan frekuensi relative/emoiris yaitu:
m
P (A) =
n
n( A)
P (A) =
n (S)
n(A)= banyak anggota kejadian A
n(S)= banyak anggota ruang sampel/populasi
P(A)= peluang kejadian A
Kaitan antara peluang kejadianA dengan kejadian bukan A,
ditunjukan oleh aturan komplemen sebagai beriku:
P(A) + P( Á ¿ ¿= 1
P( Á ) =peluang kejadian bukan A
m= banyak nya kejadian A
n= banyaknya hasil percobaan yang mungkin
1. Peluang kejadian sederhana
Dapat dihitung menggunakan rumus peluang empiris dengan
notasi himpunan.
Contoh Soal : Bila dua buah koin dilantunkan sekaligus,
hitunglah peluang munculnya kedua sisi angka (AA).
Ada 4 kejadian yang mungkin terjadi yaitu:

Kejadian Koin1 Koin2 Titik


Sampel
1 G G GG
2 G A GA
3 A G AG
4 A A AA

Ruang sampel adalah S = { GG, GA, AG, AA}. Banyaknya anggota


ruang sampel n(S) = 4. Kejadian A (muncul kedua sisi angka)
adalah A = {AA}. Banyaknya anggota kejadian A, n(A) = 1. Jadi,
peluang kejadian A (muncul keduanya sisi angka)

n( A) 1
P (A) = =
n (S) 4

2. Peluang kejadian majemuk


Kejadian majemuk dibentuk oleh dua kejadian atau lebih, baik
secara gabungan (union) atau perpotongan (interseksi) ataupun
keduanya. Sifat hubungan dalam kejadian majemuk terdiri dari
(i)Kejadian yang saling lepas (mutually exclusive event) yaitu
kejadian yang satu dan kejadian yang lainnya tidak dapat terjadi
secara serempak dalam waktu yang sama. (ii) Kejadian yang
independen (Independen Event) dua kejadian dikatakan independen
jika terjadi- tidaknya kejadian yang satu tidak mempengaruhi
kejadian yang lain. (iii) Kejadian bersyarat (Conditional Event) dua
kejadian dikatakan bersyarat jika terjadinya salah satu kejadian akan
mempengaruhi terjadinya kejadian yang lain.
V. Aturan- Aturan Peluang Suatu Kejadian
1) Aturan Komplementer
Bila A dan A’ adalah dua kejadian yang satu merupakan komplemen lainnya.
Rumus: P(A) + P( Á ) = 1
P(A) = peluang terjadinya kejadian A
P ( Á ) = peluang terjadinya kejadian bukan A
Dengan diagram venn, kejadian komplemen dapat dinyatakan sebagai
berikut:

2) Aturan Penjumlahan
 Aturan umum penjumlahan
Jika A dan B merupakan dua kejadian sembarang maka peluang terjadinya
kejadian A atau kejadian B, adalah:
P( A∪B ) = P(A) + P(B) – P(A∩B)
Dimana, P( A∪ B ) = Peluang terjadinya kejadian A atau kejadian B. P(A
∩ B)= Peluang terjadinya kejadian A dan B. P(A)= peluang terjadinya
kejadian A. P(B)= Peluang terjadinya kejadian B.
Contoh soal : Survei yang dilakukan terhadap mahasiswa jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana mengenai refrensi yang
digunakan dalam membuat tugas yaitu internet dan buku, ternyata hasilnya
50% menggunakan internet sebagai sumber refrensi,40% menggunakan
buku, dan 30% dari mereka menggunakan keduanya. Jika seorang dari
mahasiswa tersebut dipilih secara acak. (a)berapa peluang mahasiswa
menggunakan paling sedikit satu dari sumber refrensi tersebut. (b)berapa
peluang mahasiswa tersebut tidak menggunakan internet atau buku sebagai
sumber refrensi.
Penyelesaian:
A= Kejadian mahasiswa menggunakan internet. B= Kejadian mahasiswa
menggunakan buku
Maka, P(A) = 50% = 0,5
P(B) = 40%= 0,4
P(A ∩ B)= 30%=0,3
(a) P( A ∪ B ) = P(A) + P(B) – P(A ∩ B) = 0,5 + 0,4 – 0,3 = 0,6
jadi, peluang bahwa seorang mahasiswa menggunakan paling sedikit satu
dari kedua sumber refrensi tersebut adalah 0,6
(b) P (A ∪´B ) = …?
P ( A ∪´B ) = 1- P( A ∪ B )= 1 - 0,6 = 0,4
Jadi peluang bahwa mahasiswa tersebut tidak menggunakan sumber
refrensi dari internet atau buku adalah 0,4.
 Aturan penjumalahan khusus
Bila A dan B dua kejadian yang saling lepas maka peluang terjadinya
kejadian A atau B adalah P(A ∪ B) = P(A) + P(B).
Contoh soal :
Didalam sebuah karung terdapat sejumlah kelereng yang berwarna merah,
berwarna kuning dan berwarna hijau. Dengan peluang masing-masing
kelereng berurutan sebesar 70%, 20% dan 10%. Bila sebuah kelereng diambil
maka tentukanlah (a) Peluang bahwa kelereng yang diambil berwarna merah
atau kuning (b) Peluang bahwa kelereng yang diambil berwarna merah atau
berwarna kuning atau berwarna hijau.
Penyelesaian :
Misalkan P(A) = Peluang kelereng yang diambil berwarna merah. P(B) =
Peluang kelereng yang diambil berwarna kuning. P(C) =Peluang kelereng
yang diambil berwarna hijau. Diketahui: P(A) = 70% P(B)= 20%
P(C)=10%
(a) P( A ∪ B )= P(A) + P(B) = 0,7 + 0,2 = 0,9
Jadi peluang terambilnya kelereng berwarna merah atau kuning adalah 0,9
(b) P( A ∪ B ∪ C)= P(A) + P(B)+ P(C) = 0,7 + 0,2 + 0,1 = 1
Jadi peluang terambilnya kelereng warna merah atau kuning atau hijau yaitu
1=100%
3) Aturan perkalian
Digunakan untuk mengentukan peluang kejadian gabungan.
 Aturan umum perkalian, jika dalam percobaan kejadian A dan B dapat
terjadi sekaligus, maka : P(A ∩ B) = P(A) x P(B|A) atau
P(A ∩ B) = P(B) x P(A|B)
Dimana, P(B|A)= Peluang kejadian B dengan syarat kejadian A telah terjadi.
P(A|B)= peluang kejadian A dengan syarat kejadian B telah terjadi. P(A ∩
B)= peluang kejadian A dan B secara bersamaan.
Contoh soal:
Sebuah kotak berisi 20 pulpen, lima diantaranya tintanya habis. Bila 2
pulpen diambil secara acak (satu persatu tanpa pemulihan), tentukan peluang
pulpen yang terambil itu keduanya tintanya habis.
Penyelesaian:
misalkan A = kejadian pertama terambilnya pulpen yang tintanya habis.
B|A = kejadian terambilnya pulpen yang kedua tintanya habis, setelah
terambil
pulpen pertama tintanya habis.
5 1
Maka: P(A) = = (karena 5 pulpen tintanya habis dari 20 pulpen)
20 4
4
P(B|A) = (setelah yang pertama tintanya habis, yang masih tinggal
19
19 buah, 4 buah diantaranya tintanya habis)
1 4
P(A ∩ B) = P(A) x P(B|A) = × = (5,26%)
4 19
 Aturan perkalian khusus. Rumusnya P(A ∩ B) = P(A) x P(B)
 Aturan kejadian bersyarat. Rumusnya P(A ∩ B) = P(A) x P(B|A)
atau P(A∩B) = P(B) x P(A|B)
Contoh soal: Seorang mahasiswa memiliki peluang bahwa ia lulus tes
masuk perguruan tingg adalah 0,8. Jika ia lulus tes masuk perguruan
tinggi, peluang bahwa ia menjadi sarjana adalah 0,7. Berapapeluang
calon mahasiswa tersebut lulus tes masuk perguruan tinggi dan
menjadi sarjana?
Penyelesaian: A = kejadian lulus tes masuk perguruan tinggi. B|A =
kejadian menjadi sarjana setelah lulus tes perguruan tinggi. P(A) =
0,8 P(B|A)= 0,7 Maka: P(A ∩ B) = P(A) x P(B|A) = 0,8 x 0,7 =
0,56
VI. Kaedah Bayes
Kaedah Bayes dapat dikembangkan dari peluang bersyarat serta memerankan
peranan penting untuk menentukan peluang akhir (peluang yang relevan untuk
mengambil putusan) setelah adanya peluang awal ditambah informasi tertentu
seperti hasil uji atau sampel.
a. Aturan Peluang Total. Bila Bi (i=1, 2, 3, . . .k) merupakan sekatan-sekatan
dari ruang sampel S dan setiap peristiwa B i bersifat mutually exclusive
dengan P(B i) ≠ 0.

P (A) = P(B1) x P(A│B1) + P(B2) x P(A│B2) + . . . P(Bk) x P(A│Bk)


b. Kaedah Bayes. Selanjutnya bilai Bi (i = 1, 2, 3. . . k) merupakan sekatan-
sekatan dari ruang sampel S dan setiap peristiwa Bi bersifat mutually
exclusive dengan P(B i) ≠ 0, dan Bn merupakan sekatan tertentu dari Bi (1 ≤
n ≤ k) dan P (Bn) ≠ 0, maka peluang terjadinya A pada sekatan Bn adalah:
P(Bn │ A) =

Contoh soal : suatu pabrik Garmen menggunakan tiga jenis kain untuk
menghasilkan sejenis baju. Baju yang dapat dihasilkan dalam satu hari dari
kain pertama, kedua dan ketiga masing-masing sebanyak 500, 300 dan 200
unit. Informasi lainnya bahwa persentase cacat kain pertama, kedua dan
ketiga masing-masing adalah dua persen (2%), tiga persen (3%) dan satu
persen (1%). Pertanyaannya (a) Jika sebuah baju dari pabrik tersebut
diambil secara acak, berapa peluang produk tersebut cacat? (b) Jika sebuah
baju diambil dan setelah diperiksa ternyata cacat, berapa peluang
bahwa produk tersebut berasal dari : (i) kain pertama? (ii) kain kedua?
Penyelesaian
(a) Misalkan, A = kejadian terambilnya produk baju cacat. Maka P(A) = ...?
n(S) = n(K1) + n(K2) + n(K3) = 500 +300 + 200 = 1000

n ( K 1) = 500 =0,5
P(K1) P (A│K1) = 2 % = 0,02
= n (S) 1000

n ( K 2) = 300 =0,3
P(K2) = P (A│K2) = 3 % = 0,03
n (S ) 1000
n ( K 3) 200
P(K3) = = =0,2 P (A│K3) = 1 % = 0,01
n(S ) 1000
Maka , P (A) = P(K1) x P(A│K1) + P(K2) x P(A│K2) + P(K3) x P(A│K3)
= 0,5 x 0,02 + 0,3 x 0,03 + 0,2 x 0,01
= 0,01 + 0,009 + 0,002
= 0,021 = 2,1%
P ( K 1) XP ( A │
(b) (i) P(K1│A) K 1)
=
P(
A)

0,5 X 0,02= 0,476= 47,6


P(K1│A)
0,021
=
P ( K 2) XP ( A │ K 2)
(ii) P(K2│A)
= P(A)
0,53 X 0,03= 0,428= 42,8
P(K1│A)
0,021
=
c. Diagram Pohon, Suatu Cara Lain. Bila contoh soal diatas
dipecahkan menggunakan diagram pohon.
VII. Permutasi dan Kombinasi
Metode permutasi dan kombinasi digunakan untuk menghitung atau
menentukan seluruh kejadian yang mungkin (ruang sampel) dari suatu kejadian
yang relatif kompleks.
1. Faktorial = Falkutet n! ( dibaca n faktorial )adalah perkalian n buah
bilangan yang asli yang berurut. Dapat dinyatakan sebagai berikut :
n! = 1 x 2 x 3 x . . . x n
dengan 1! = 1 dan 0! = 1
Contoh :
a. 5! = 1 x 2 x 3 x 4 x 5 = 120
b. (9 – 3)!(5 – 3 )! = (6!)(2!) = (1 x 2 x 3 x 4 x 5 x 6) (1 x 2) =1440
2. Kaedah Penggandaan
Kaedah Penggandaan yang Diperluas. Pemilihan dalam urutan tersebut
dapat dilakukan dalam n1 x n2 x n3 x . . . . . . . x nk cara yang berbeda
Contoh :
Pengendara sepeda motor dapat menggunakan dua rute jalan untuk pergi ke
kota A ke Kota B, tiga rute dari Kota B ke Kota C, dan dua rute dari Kota C
ke Kota D. Apabila dalam bepergian dari A ke D, ia harus melakukan
perjalanan dari A ke B ke C ke D, berapa banyak kemungkinan rute jalan
yang dapat diambil dari Kota A ke Kota D ?
Penyelesaian :
Misalkan, n1 = banyaknya rute dari A ke B n2 = banyaknya rute dari B ke
C n3 = banyaknya rute dari C ke D
Maka, n1 = 2, n2 = 3, n3 = 2. Jadi, alternatif banyaknya rute perjalanan
yang dapat diambil dari Kota A ke Kota D = n1 x n2 x n3 = 2 x 3 x 2 = 12
cara.
3. Kaedah Penjumlahan
Kaedah Penjumlahan yang Diperluas. jika suatu pemilihan dapat dilakukan
dengan n1 cara, dan jika untuk setiap cara tersebut pemilihan kedua dapat
dilakukan dalam n2 cara, jika untuk setiap pasangan dua cara yang
pertama, pemilihan ketiga dapat dilakukan dalam n3 dan seterusnya hingga
pemilihan ke – k dapat dilakukan dengan dalam nk cara, maka pemilihan
pertama atau kedua atau ke – k dan bukan semuanya bersama-sama, dapat
dilaksanakan dalam n1 + n2 . . . . + nk cara yang berbeda
contoh Soal : Ibu Ani menjual semacam cemilan atau semacam
minuman. Jika terdapat empat macam cemilan ( Keripik, Kacang,
Biskuit, dan Wafer) dan dua macam minuman (es teh dan es jeruk ). Berapa
pilihan yang dapat diperoleh ?
Penyelesaian : Pilihan yang dapat diperoleh adalah 4 + 2 = 6 macam yaitu
keripik saja atau kacang saja atau biscuit saja atau wafer saja atau es teh
saja atau es jeruk saja.
1) Permutasi
Permutasi adalah banyaknya cara untuk menyusun keseluruhan
atau sebagian dari sekumpulan obyek yang berbeda dengan
memperhatikan urutannya.
a) Permutasi sebagian dari seluruh obyek
Permutasi r obyek yang diambil sekaligus dari sekelompok n
obyek yang berbeda tanpa pemulihan.

n!
nPr = r= banyaknya objek yang
( n−r ) !
dipermutasikan

b) Permutasi atas keseluruhan obyek


Permutasi n obyek yang diambil sekaligus dari sekelompok n
obyek yang berbeda,tanpa pemulihan
n P n = n!
contoh:
Dalam sebuah kelas ingin membentuk perangkat kelas yang
terdiri dari ketua kelas, wakil ketua kelas, sekertaris, dan
bendahara. Calon yang ada untuk mengisi posisi tersebut
sebanyak 8 orang. Tentukan banyaknya cara mengisi posisi
tersebut.
Penyelesaian : n = 8, dan r = 4
8P4 =...?
nPr = = 15 P 4 = = = 1680
2) Kombinasi
Kombinasi adalah banyaknya cara untuk menyusun keseluruhan
atau sebagian dari sekumpulan obyek (unsur) yang berbeda tanpa
memperhatikan urutannya.

Anda mungkin juga menyukai