Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI PELUANG
“DEFENISI PELUANG DAN ALJABAR PELUANG”

Dosen Pengampu:

Pitriani Tandililing, S.Pd., M.Pd.


Elsi Sirampun, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 4
1. Nelfan Saranga (20180111034014)
2. Nur Rosatin Nafsiah (20180111034016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
BAB 1

PEMBAHASAN

DEFENISI PELUANG

Peluang adalah suatu indeks atau nilai yang digunakan untuk menentukan tingkat
terjadinya suatu kejadian yang bersifat acak. ada beberapa istilah yang bisa dipakai untuk
menyebut peluang, antara lain probabilitas, kemungkinan, kebolehjadian. Simbol probabilitas
atau peluang adalah 𝑃 dan dinyatakan dalam angka positif, dengan minimum 0 dan maksimum 1.

• Jika 𝑃 = 0; berarti suatu kejadian tidak mungkin terjadi, atau mustahil. Sebagai contoh
adalah matahari bersinar di malam hari, maka karena hal tersebut tidak mungkin peluang
kejadian matahari bersinar di malam hari adalah 0.
• jika 𝑃 = 1; berarti suatu kejadian yang pasti terjadi. Sebagai contoh adalah setiap manusia
pasti akan mati, hal ini pasti terjadi karena tidak ada manusia yang tidak akan mati,
sehingga peluang kejadian setiap manusia pasti akan mati adalah 1.

Hal ini berarti jika peluangnya mendekati 0, maka kejadian tersebut mempunyai
kemungkinan kecil terjadi atau cenderung untuk tidak terjadi. Sebaliknya apabila suatu kejadian
mempunyai peluang mendekati 1 berarti kejadian tersebut mempunyai kemungkinan besar untuk
terjadi.(Wiyanti, 2013 hal 46)

Dalam (Djarwanto dan Subagyo,1998 hal 8-9) Ada tiga macam pendekatan mengenai
pengertian probabilitas, yaitu:

1) Pengertian klasik.
Probabilitas adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa di antara keseluruhan
peristiwa diantara keseluruhan peristiwa yang bisa terjadi. Probabilitas suatu kejadian
ditentukan berdasarkan analisa terhadap obyekobyek yang bersangkutan. Pendekatan
probabilitas klasik biasa juga disebut dengan pendekatan secara teori. Secara klasik
peluang didefenisikan sebagai perbandingan antara banyaknya kejadian A yang
terjadi n dengan banyaknya kemungkinan terjadi seluruh peristiwa n.
𝑛(𝐴)
𝑃(𝐴) = 𝑛

2
di mana 𝑛(𝐴) adalah banyaknya hasil pada kejadian 𝐴.

• Contoh :
Sebagai contoh adalah ketika sebuah mata uang logam dilemparkan sekali
(dengan kedua permukaan setimbang(simetris)), sewaktu-waktu jatuh
maka kedua permukaannya mempunyai kemungkinan yang sama untuk
tampak di atas karena simetris. Dalam hal ini baik permukaan Angka (A)
1
maupun Gambar (G) mempunyai kemungkinan yang sama yaitu 2 atau 0,5

untuk kelihatan dari atas, sehingga dalam hal ini 𝑃(𝐴) = 0,5 dan 𝑃(𝐺) =
0,5.
(𝐴) = peluang kejadian kelihatan dari atas adalah Angka.
(𝐺) = peluang kejadian kelihatan dari atas adalah Gambar
2) Pengertian berdasarkan pendekatan empiris.
Probailitas pada pendekatan ini ditentukan berdasarkan pengamatan yang
dilakukan (observasi). Artinya adalah berdasarkan pengalaman atau peristiwa yang
telah terjadi. Pendekatan empiris juga bisa disebut sebagai pendekatan dengan
frekuensi relatif.
Menurut pendekatan ini peluang apat dirumuskan dengan
𝑛(𝐴)
𝑝(𝐴) =
𝑛(𝑆)
Keterangan:
P(A) = peluang terjadinya kejadian A
n(A) = jumlah terjadinya A pada percobaan yang dilakukan
n(s) = jumlah seluruh percobaan yang dilakukan. (Subagyo, 2017:55)
• Contoh :
Misalkan kita melemparkan bola dari jarak 3 meter untuk mengenai suatu
obyek tertentu sebanyak 100 kali dan ternyata mengenai benda tersebut
sebanyak 70 kali, maka berdasarkan pendekatan empiris probabilitasnya
𝑛(𝐴) 70
dientukan dengan P(A) = = = 0,70.
𝑛(𝑆) 100

3) Pengertian berdasarkan pendekatan subyektif.

3
Menurut pendekatan ini, probabilitas ditentukan berdasarkan perasaan atau
perkiraan dari si Peneliti. Jadi cara ini dipengaruhi oleh pribadi masingmasing
individu (orang) sehingga sifatnya adalah subyektif.
• Contoh :
seorang pembeli akan membeli buah jeruk, dimana tersedia 5 buah jeruk
yang memiliki rasa, dan ukuran yan sama. Maka peluang buah jeruk mana
yang akan dipilih oleh pembeli tersebut ditentukan oleh pembeli itu sendiri
secara subjektif.

ALJABAR PELUANG

A. Peluang Suatu Kejadian.


Besarnya kemungkinan terjadinya sebuah kejadian. Penentuan nilai peluang suatu
kejadian didasarkan pada banyaknya anggota kejadian dan banyaknya anggota ruang
sampel. (Afriyanti, 2008: 12)
Ruang sampel (s) adalah himpunan dari semua hasil yang mungkin terjadi pada suatu
percobaan. (Supamo, dan Miyanto, 2014: 41)

N(A)
P(A) =
N(S)

Contoh 1:

Sekantung buah berisi 6 buah jeruk, 4 buah pisang, dan 3 buah pepaya. Bila seseorang
mengambil 1 buah secara acak, carilah peluangnya mendapat

a. Satu buah jeruk


b. Satu buah jeruk dan pepaya

Jawab :

Misalkan

J =kejadian yang terpilih jeruk

S = kejadian yang terpilih pisang

4
Y = kejadian yang terpilih pepaya

Jumlah buah = 13

a. Karena terdapat 6 dari 13 buah adalah jeruk, maka peluang kejadian J, satu jeruk
terpilih secara acak
6
P(J) = 13

b. Karena terdapat 4 buah pisang dan 3 buah papaya maka terdapat 7 dari 13 buah
adalah pisang dan papaya sehingga
7
P(S∪Y) = 13

Contoh 2:

Sebuah dadu dilempar undi satu kali, peluang muncul angka bilangan prima
adalah...

Jawab:

Ruang sampel dadu (S) = {1, 2, 3, 4, 5, 6} maka n(S) = 6

Muncul angka prima (A) = {2, 3, 5} maka n(K) = 3

Sehingga peluang muncul angka bilangan prima yaitu:

n(S) 3 1
P(A) = n(A) = 6 = 2

B. Peluang kejadian majemuk


Kejadian majemuk adalah kejadian yang mempunyai titik sampel lebih dari satu.
(Suparmo, Miyanto : 128).
Berikut beberapa peluang kejadian majemuk antara lain :
1. Peluang Gabungan 2 Kejadian
Teorema 1.1 bila A dan B dua kejadian sembarang, maka

P(A∪B) = P(A) +P(B)- P(A∩ 𝐵)

5
Bukti :
Perhatikan diagram Venn pada gambar 1.1 P(A∪B) adalah jumlah peluang titik
sampel dalam A∪B. = P(A) +P(B ) menyatakan jumlah semua peluang dalam A dan
jumlah semua peluang dalam B. jadi peluang dalam A ∩ 𝐵 telah dijumlahkan dua
kali. Karena peluang semua titik dalam.
A ∩ 𝐵 adalah P(A∩ 𝐵) maka peluang ini harus dikurangkan sekali untuk
mendapatkan jumlah peluang dalam A∪B, yaitu P(A∩ 𝐵).

Gambar 1.1.

Contoh 1:

1
Peluang seorang mahasiswa lulus mata kuliah matematika dan peluangnya lulus
3
2 1
mata kuliah biologi . bila peluangnya lulus kedua mata kuliah 4. Berapakah
3

peluangnya lulus paling sedikitsatu mata kuliah ?

Jawab :

Bila M menyatakan kejadian “ lulus matematika “ dan B “lulus Biologi” maka


teorema 1.1

P(M ∪ B) = P(M) +P(B)- P(M ∩ 𝐵)

1 2 1
=3+3-4

3
=4

6
2. Kejadian Saling Asing / Lepas

(Kadir, 2015:94) Dua kejadian dengan tidak ada satupun


elemen dari keduanya sama disebut kejadian saling asing.

Akibat 1 bila A dan B kejadian yang terpisah, maka

Teorema 1.2 P(𝐴 ∪ 𝐵) = P(A) + P(B)

Bukti : P(A∪B) = P(A) +P(B)- P(A∩ 𝐵)

P(A∪B) = P(A) +P(B)- 0

P(A∪B) = P(A) +P(B)

Contoh 1:

Misalkan sebuah dadu bersisi enam dilempar satu kali. Berapa peluang kejadian
munculnya mata dadu dengan angka ganjil kurang dri 5 atau mata dadu angka genap
yang lebih dari atau sama dengan 4.

Jawab

2
Andaikan A = kejadian angka < 3 atau A = {1,3} maka P(A) = 6

2
Andaikan B = kejadian angka = 4 atau B = {4,6} maka P(B) = 6

A dan B adalah dua kejadian saling lepas maka :

P(𝐴 ∪ 𝐵) = P(A) + P(B)

2 2 4
=6+ =
6 6

Contoh 2:

Misalkan dari angka 1- 10 akan diambil angka secara acak. Tentukan peluang
terambilnya angka ganjil dan angka genap kurang dari 5.

Jawab

7
Diketahui:

Ruang sampel S = {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10} n(S) = 10

Angka ganjil (A) = {1,3,5,7,9} n(A) = 5

Angka genap kurang dari 5 (B) = {2,4} n(B) = 2

Ditanyakan

Peluang terambil angka ganjil dan angka genap kurang dari 5 ( P(𝐴 ∪ 𝐵) )

Penyelesaian:

𝑛(𝐴) 5
P(A) = 𝑛(𝑆) 10

𝑛(𝐵) 2
P(B) = 𝑛(𝑆) = 10

P(𝐴 ∪ 𝐵) = P(A) + P(B)

5 2 7
P(𝐴 ∪ 𝐵) = + =
10 10 10

7
Maka peluang terambilnya angka ganjil dan angka genap kurang dari 5 yaitu 10.

3. Kejadian Saling Bebas


(Kadir, 2015:94) Dua kejadian saling bebas adalah dua buah kejadian dimana
kejadian yang satu tidak berpengaruh dan tidak dipengaruhi kejadian yang lain.

dua buah kejadian A dan B bebas jika dan hanya jika

P(A∩ 𝐵) = P(A) . P(B )

Contoh 1:

Jika peluang jhoy dapat menyelesaikan suatu soal adalah 0,5 dan peluang helena
dapat menyelesaikan soal yang sama adalah 0,3 maka peluang mereka berdua
dapat menyelesaikan soal tersebut adalah …

8
Jawab :

P(A) = 0,4

P(B) = 0,3

Maka peluang Andi dan Budi dapat menyelesaikan soal:

P(A∩ 𝐵) = P(A) . P(B )

P(A∩ 𝐵) = 0,5 . 0,3

P(A∩ 𝐵) = 0,15

Contoh 2:

Dalam sebuah kantong terdapat sepuluh kelereng yang terdiri dari 6 kelereng merah dan 4
kelereng putih, diambil dua kelereng. Berapa peluang terambil kedua-duanya kelereng
putih ?

Jawab.

4
Jika A kejadian terambilnya kelereng putih pada pengambilan pertama maka P(A) = 10

3
Jika B kejadian terambilnya kelereng putih pada pengambilan kedua maka P(B) =9

Jadi, P(A∩ 𝐵) = P(A) . P(B )

4 3
= 10 . 9

12 2
= 90 = 15

4. Peluang Kompelen Suatu Kejadian

Teorema 1.3 bila A dan A` kejadian yang berkomplementer, maka

P(A) + P(A`) = 1

Bukti :

9
Karena 𝐴 ∪ 𝐴` = S dan himpunan A dan A` terpisah, maka

1 = P(S)

= P(𝐴 ∪ 𝐴`)

=P(A) + P(A`)

Contoh 1:

Jika disuatu daerah peluang turunnya hujan yaitu 0,6. Tentukan peluang tidak
turunnya hujan.

Jawab.

Diketahui

Peluang turun hujan P(A) = 0,6

Ditanya

Peluang tidak turun hujan…?

Penyelesaian

P(A’) = 1 – P(A)

= 1 – 0,6

P(A’) = 0,4

Maka peluang tidak turun hujan yaitu 0,4.

Contoh 2:

Misalkan terdapat angka 1-10. Akan di ambil 1 angka secara acak. Tentukann peluang
terambilnya angka bukan ganjil.

Jawab

Dik :

10
Ruang sampel = 10

Angka ganjil (A) = {1,3,5,7,9} maka n(A) = 5

Dit:

Peluang terambil angka bukan ganjil P(A’)

Penyelesaian

Peluang terambilnya angka ganjil yaitu

𝑛(𝐴) 5 1
P(A) = 𝑛(𝑆) = 10 = 2

Maka peluang terambilnya angka bukan ganjil yaitu

1 = P(A) + P(A’)

P(A’) = 1 – P(A)

1
=1-2

1
=2

5. Frekuensi Harapan

Frekuensi harapan suatu kejadian adalah hasil kali dari banyaknya percobaan dengan
peluang kejadian tersebut . (Suparmo, dan Miyanto, 2008: 42 )

𝑓𝑛 = n x P(A)

CONTOH

Berapakah frekuensi harapan muncul mata dadu bernilai kurang dari 5 dalam
pelemparan dadu sebanyak 10 kali.

Jawab

S = {1,2,3,4,5,6} n(S) = 6

11
A = {1,2,3,4} n(A) = 4

𝑛(𝐴) 4 2
P(A) = 𝑛(𝑆) = 6 = 3

Jadi fn = P(A) x n

2
= 3 x 10

= 6,6 kali

Contoh 2:

Diketahui bahwa peluang seorang penembak akan menembak tepat


mengenai sasaran adalah 0,40. Di antara 80 orang penembak, berapa
orang yang diperkirakan menembak tepat mengenai sasaran?

Jawab

Diketahui

Peluang penembak tepat sasaran P(A) = 0,40

Jumlah penembak (n) = 80


Ditanya

Berapa orang yang mengenai sasaran (fn)

Penyelesaian

fn = P(A) x n

= 0,40 x 80

fn = 32

jadi akan ada 32 orang penembak yang mengenai sasaran

12
LATIHAN SOAL

1. Duah buah dadu dilemparkan secara bersamaan. Tentukanlah peluang munculnya mata
dadu berjumlah 6.
2. Jumlah siswa dikelas ada 20 orang bila siswa yang lulus ujian Matematika ada 12 orang,
yang lulus ujian Bahasa Inggris ada 15 orang, dan yang lulus sekurang – kurangnya satu
mata pelajaran diatas ada 16 orang. Berapakah peluang siswa yang lulus ujian kedua mata
pelajaran tersebut ?
3. Dalam sebuah kotak terdapat 4 buah buku berwarna merah dan 3 buah buku berwarna
putih. Sedangkan pada kotak yang yang lain terdapat 7 buah buku berwarna merah, dan 2
buah buku berwarna hitam. Jika dari masing masing kotak diambil satu buku secara acak
hitunglah peluang terambilnya
a. buku merah dari kedua kotak.
b. buku merah pada kotak pertama dan buku hitam pada kotak kedua.

13
KUNCI JAWABAN

1. Dik : 2 buah dadu dilempar bersamaan.


Dit : peluang muncul mata dadu berjumlah 6
Penyelesaian
n(S) = 36
n(A) = {(1,3), (2,4), (3,3), (4,2), (5,1)} = 5
𝑛(𝐴) 5
P(A) = 𝑛(𝑆) = 36 = 0,14

Jadi peluang munculnya mata dadu berjumlah 6 adalah 0,14


2. Diketahui : S = jumlah siswa di kelas
n(S) = 20 orang

A = siswa yang lulus ujian Matematika → n(A) = 12 orang

B = siswa yang lulus ujian Bahasa Inggris → n(B) = 15 orang


Ditanya : berapa peluang siswa yang lulus ujian kedua mata pelajaran tersebut ?
Jawab :
• A= kejadian siswa yang lulus ujian Matematika
𝑛(𝐴) 12 3
P(A) = 𝑛(𝑆) = 20 = 5
• B= kejadian siswa yang lulus ujian Bahasa Inggris
𝑛(𝐵) 15 3
P(B) = 𝑛(𝑆) = 20 = 4
• 𝐴 ∪ 𝐵 = kejadian siswa yang lulus ujian sekurang – kurangnya satu mata pelajaran
n(𝐴 ∪ 𝐵) = 20 orang
𝑛(𝐴∪𝐵 ) 16 4
P(𝐴 ∪ 𝐵) = = 20 = 5
𝑛(𝑆)
• 𝐴 ∩ 𝐵 =kejadian siswa yang lulus ujian kedua mata pelajaran
Sehingga diperoleh

P(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵) − 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)


4 3 3
= 5 + 4 −𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)
5

3 3 4 19
-P(𝐴 ∩ 𝐵) = −4− =
5 5 20

11
Jadi, peluang siswa yang lulus ujian kedua mata pelajaran tersebut adalah 20

14
3. Jawaban a.
Dik: n(K1) = 4

n(K2) = 7

n(S1) = 7

n(S2) = 9

P(1 ∩ 2) = P(1) . P(2)

𝑛(𝐾1) 𝑛(𝐾2)
P(1 ∩ 2) = . 𝑛(𝑆2)
𝑛(𝑆1)

4 7 4
P(1 ∩ 2) = 7 . 9 = 9

4
Jadi peluang terambil buku merah dari kedua kotak adalah 9

Jawaban b.

Dik : n(K1) = 4

n(K2) = 2

n(S1) = 7

n(S2) = 9

P(1 ∩ 2) = P(1) . P(2)

𝑛(𝐾1) 𝑛(𝐾2)
P(1 ∩ 2) = . 𝑛(𝑆2)
𝑛(𝑆1)

4 2 8
P(1 ∩ 2) = 7 . 9 = 63

Jadi peluang terambil buku merah pada kotak pertama dan buku hitam pada kotak kedua
8
adalah 63

15
DAFTAR PUSTAKA

Kadir. 2015. Statistika Terapan. Jakarta

Wiyanti Wiwik. 2013. Pengantar Probabilitas dan Teori Peluang, Tangerang.

Supamo, dan Miyanto. 2014. Matematika Mata Pelajaran Wajib SMA-MA/SMK Kelas XI
Semester 2. Klaten

Walpole, Ronald, E., dan Myers, Raymond, H,. 1995. Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insiyur
dan Ilmuwan, Bandung

16

Anda mungkin juga menyukai