Anda di halaman 1dari 15

KEJANG DEMAM

FIANI ALIYA HARTANTI


20101440119046
PENGERTIAN
KEJANG DEMAM
Kejang demam (febris seizure/stuip/step) merupakan kejang yang timbul pada waktu demam karena
disebabkan oleh proses diluar kepada, seperti terdapat infeksi di saluran pernafasan, telinga, mampu
infeksi saluran pencernaan (Marwab, 2017). Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu diatas 38ºC, denag
metode pengukuran suhu kejang tanpa demam sebelumnya maka tidak disebut sebagai kejang demam
(Ismael, 2016)

Kejang demam merupakan gangguan meurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama
pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari pada anak yang berumur dibawah 5
tahun pernah menderita kejang (Abduracham dkk, 2005) . (Listiyaningsih, 2010)
ETIOLOGI
KEJANG DEMAM
Kejang demam yang menetap lebih lama dari 15 menit menunjukan penyebab organik seperti
proses infeksi atau toksik dan memerlukan pengamatan menyeluruh. Tanggung jawab dokter yang
paling penting adalah menentuan penyebab atas, dan otitis media akut adalah penyebab kejang
demam yang paling sering (Jessica, 2011). (Harsismanto J, 2018)

Faktor penyebab pada kejang demam adalah demam, umur genetic, riwayat prenatal dan pernatal.
Infeksi saluran nafas atas merupakan penyakit yang paling sering berhubungan dengan kejang
demam. Gastroenteriris, terutaman yang disebabkan oleh shigella atau campylobacter, dan infeksi
saluran kemih merupakan penyebab lain yang lebih jarang. (Moe,et al., 2017 dalam Bandul, 2015)
MANIFESTASI KLINIK
KEJANG DEMAM
Menurut Mubarak (2015)

a. Kejang parsial (Fokal, lokal) ditandai dengan tanda


motorik (kedutan pada wajah, atau salah satu sisi
tubuh), tanda gejala otonomik yaitu muntah, berkeringat,
05 Menurut Badrul (2015)

muak merah, dan dilatasi pupil.


b. Kejang umum (konvulsi atau nonklovunsi) tandai dengan
berlansung kurang dari 15 menit, awitan dan akhiran
04
cepat setelah itu kembali ke konsentrasi penuhh, disertai
hilang control usus dan kandung kemih. 03 Gabungan semua resiko tersebut diatas .

02 .

Ensevalitas viral
01 Perubahan keseimbangan atau elektrolit
.

Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi


.
Kejang demam berlangsung singkat, serangan kejang kronik
atau tonik klonik bilateral
.
PATOFISIOLOGI
KEJANG DEMAM

Anemia yang ditunjukkan dengan kadar hemoglobin yang


rendah menyebabkan kemapuan sel darah merah peningkat
oksigen menurun.

Kejang terjadi apabila terdapat depolarisasi berlebihan pada


neuron dalam sistem saraf pusat dan jika kondisi ini berada pada
level yang tetap dan mendapat rangsangan yang kuat seperti
demam tinggi (>38ºC) dan kondisi anemia.
PENATAKSANAAN MEDIS
KEJANG DEMAM
Penatalaksanaan Mencari Dan Mengobati
01 Fase Akut 02 Penyebab

• Pemeriksaan cairan
Pada waktu kejang dimiringkan dan dipasang tongue serbrospinal dilakukan untuk
spatel ; menyingkirkan kemungkinan
• Untuk mencegah aspirasi ludah atau muntah meningitis
• Jalan nafas harus bebas, agar oksigesasi terjamin. .
• Diazepam digunakan selau intravena

03 Pengobatan Profilaksis

• Profilaksis intermiten diberikan.


• Dizepam oral dengan dosis 0.3-0.5 mg/kg
BB
• Hari dibagi 3 dosis saat pasien demam.
(Mansjoer Arif, 2000)
.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
KEJANG DEMAM
Pemeriksaan Laboratorium
01

Pungsi Lumba 02

03 Pencitraan Neurologis

04 Elektroensefalografi
ASUHAN KEPERAWATAN
KEJANG DEMAM
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KEJANG DEMAM
Anamnesis Penilaian tingkat kesadaran Pemeriksaan laboratorium
Identitas Pasien, Riwayat Kesehatan pemeriksaaan darah rutin, kadar
(Keluhan Utama, Riwayat Penyakit Compos Mentis, Apatis, Delirium, elektrolit, kalsium, fosfor,
Sekarang, Riwayat Keluarga, Riwayat Somnolen, Stupor, dan Coma. magnesium, atau gula darah.
Kesehatan)

02 04
01 03 05
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
Keadaan Umum, TTv, BB, Kepala, EEG, Limbal Pungsi.
Mata, Mulut dan Lidah, Telinga,
Hidung, Leher, Dada, Jantung,
Abdomen, Anus, Ekstermitas.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
KEJANG DEMAM
D.0107
D.0009 Risiko gangguan
D.1030 D.0136
perkembangan b/d gangguan
Risiko cedera b/d gangguan Perfusi perifer tidak efektif
Hipertermia b/d peningkatan kejang
sensasi b/d hipoksemia
laju metabolisme
.

01 02 03 04 05 06 07

D.0005 D.0017
Pola napas tidak efektif b/d D.0003
Risiko perfusi serebral tidak
jalan napas terganggu Gangguan pertukaran gas
efektif b/d peningkatan
b/d ketidakseimbangan
sirkulasi otak
ventilasi perfusi
.
.
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)
D.0130 – Hipertermia Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam I.15506 – Manajemen Hipertermia
Hipertermia b/d dengan diharapkan pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang Observasi
peningkatan laju normal menjadi membaik, dengan kriteria hasil : (L.14134) • Identifikasi Penyebab Hipertermia
metabolisme • Menggigil (menurun) • Monitor suhu tubuh
• Kulit merah (menurun) • Monitor kadar elektrolit
• Kejang (menurun) • Monitor haluaran urine
• Akrosianosis (menurun) • Monitor komplikasi akibat hipertermia
• Komsumsi oksigen (menurun) Terapeutik
• Piloereksi (menurun) • Longgarkan atau lepaskan pakaian
• Vasokonstrikasi perifer (menurun) • Basahi dan kipasi permukaan tubuh
• Kutis memorata (menurun) • Berikan cairan oral
• Pucat (menurun) • Lakukan pendinginan eksternal
• Takikardi (menurun) (misalkan selimut atau kompres
• Takipanea (menurun) • pada dahi, leher, aksila, dada,
• Bradikrdi (menurun) abdomen)
• Dasar kuku sianolik (menurun) Edukasi
• Hipoksia (menurun) • Anjurkan tirah baring
• Suhu tubuh membaik Kolaborasi
• Suhu kulit membaik • Kolaborasi pemberian cairan elektrolit
• Kadar glukosa darah (membaik) intravena, jika perlu
• Pengisiaan lapiler (membaik)
• Ventilasi (membaik)
• Tekanan (membaik)
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)
D.0005 – Pola Napas Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam I.01012 – Manajemen Jalan Nafas
Tidak Efektif diharapkan inspirasi dan/atau ekspresi yang memberikan ventilasi Observasi
Pola napas tidak efektif adekuat menjadi membaik, dengan kriteria hasil : (L.01004) • Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
b/d jalan napas terganggu • Ventilasii semenit (meningkat) usaha napas)
• Kapasitas vital (meningkat) • Monitor bunyi napas tambahan
• Diameter thoraks anterior-posteiior (meningkat) • Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
• Tekanan ekspirasi (meningkat) Terapeutik
• Tekanan inspirasi (meningkat) • Pertahankan kepatenan jalan napas
• Diapnea (menurun) dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust
• Penggunaan otot bantu napas (menurun) jika curiga trauma servikal)
• Pamenjangan fase ekspirasi (menurun) • Berikan minum hangat
• Ortopnea (menurun) • Lakukan penghisapan lender kurang dari
• Pernapasan pursed-tip (menurun) 15 detik
• Pernapasan cuping- hidung (menurun) • Berikan oksigen, jika perlu
• Frekuensi napas (membaik) Edukasi
• Keadalam napas (membaik) • Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
• Eksursi dada (membaik) tidak kontraindikasi
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
TINDAKAN/ IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Implementasi merupakan tahap proses keperawatan di
mana perawat memberikan intervensi keperawatan langsung
dan tidak langsung terhadap klien (Potter & Perry, 2010).

Tindakan yang dikerjakan oleh perawat untuk


mengimplementasikan intervensi keperawatan terdiri atas
observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi (PPNI, 2018),
yaitu :
1. Tindakan Observasi
2. Tindakan Terapeutik
3. Tindakan Edukasi
4. Tindakan Kolaborasi
EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien
dengan tujuan dan kriteria hasilyang dibuat di tahap perencanaan. Evaluasi dalam
keperawatan sendiri di bagi menjadi evaluasi proses (Formatif) dan evaluasi hasil
(Sumatif).
Komponen evaluasi keperawatan juga terdiri dari SOAP, SOAPIE, dan SOAPIER.
SOAPIER merupakan pengertian dari (Rohmad, 2014).
1. S (Subjektif) : Terdiri dari keluhan pasien yang masih dirasakan pasien.
2. O (Objektif) : Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat kepada
pasien.
3. A (Analisis) : Interprstasi dari data objektif dan subjektif yangmerupakan suatu
masalah keperawatan yang masih terjadi akibat oerubahan status kesehatan
pasien.
4. P (Planning) : Perencaan keperawatan yang akan dilanjutkan,di hentikan atau
dimodifikasi dari tindakan perencanaan keeperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya.
5. I (Tindakan) : Tindakan kepeerawatan yang dilakukan sesuai dengan intruksi yang
telah teridentifikasi.
6. E (Evaluasi) : Merupakan respon dari kliensetekah dilakukan tindakan
7. R (Reassesment) : Pengkajian ulang yang dilakukan terhadap pasien atau klien
dalam tindakakn perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi .
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai