Anda di halaman 1dari 11

PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Kelompok 6 :
• Marchel Anugrah Akbar 11190530000098
• Varas Bunga Insani 11190530000128
• Farhan Achmad Al-Farisy 11190530000133
Apasih Komunikasi
Antar Budaya itu?
Komunikasi Antar
Budaya

Komunikasi yang terjadi di antara orang-orang


yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras,
etnik, atau sosio ekonomi, atau gabungan dari
perbedaan semua ini).
Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang
dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung
dari generasi ke generasi.
Teori KAB Menurut Para Ahli

FRED E. JANDT HAMID MOWLANA STEWART L. TUBBS


Menyebutkan komunikasi antar budaya Komunikasi antara orang-orang yang berbeda
Mengartikan komunikasi antar
sebagai human flow across national budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau
budaya sebagai interaksi tatap
boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).
muka di antara orang-orang yang suatu konfrensi internasional dimana
Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang
berbeda budayanya bangsa-bangsa dari berbagai negara
dan dianut oleh sekelompok orang serta
berkumpul dan berkomunikasi satu sama
berlangsung dari generasi ke generasi.
lain.
Fungsi KAB

Fungsi Sosial
Fungsi Pribadi
• Menyatakan Identitas Sosial  Pengawasan

• Menyatakan Integrasi Sosial  Menjembatani


• Menambah Pengetahuan
 Sosialisasi Nilai.
• Melepaskan Diri atau Jalan Keluar
 Menghibur
UNSUR-UNSUR
KOMUNIKASI
ANTARBUDAYA

SUMBER PESAN MEDIA PENERIMA

TANGGAPN
PENGARUH LINGKUNGAN
BALIK
TUJUAN KAB

1) Memahami perbedaan budaya yang mempengaruhi praktik komunikasi


2) Mengkomunikasi antar orang yang berbeda budaya
3) Mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang muncul dalam komunikasi
4) Membantu mengatasi masalah komunikasi yang disebabkan oleh perbedaan budaya
5) Meningkatkan keterampilan verbal dan nonverbal dalam komunikasi
6) Menjadikan kita mampu berkomunikasi secara efektif
Dalam studi kasus, ada rangkaian peristiwa misinterpretasi KAB antara seorang mahasiswa yang menjabat sebagai Presiden
BEM UNM bernama Nahrul dengan seorang dosen Bahasa Inggris yang berasal dari Amerika Serikat Yang bernama Mr. Mark.
Kasus:
Sebagai seorang mahasiswa yang sadar akan fungsi sosial kontrolnya, Nahrul sering terlibat dalam aksi demonstrasi.
Layaknya seorang Presiden BEM, Nahrul selalu menjadi orator aksi dan terbiasa masuk ke kelas-kelas untuk meminta izin
kepada dosen untuk mengsosialisasikan isu mengajak taman-teman mahasiswa ikut bergabung dalam aksi. Seperti biasa, pada
hari itu Nahrul bersama beberapa jajaran pengurusnya bermaksud masuk ke kelas Mr. Mark untuk mengsosialisasikan aksinya.
Nahrul: Excuse Sir, can I have a second to do my socialization?
Mr. Mark: Sorry, I’m teaching now, let me finish my class. (sambil menutup pintu kelas)
Nahrul: (Sambil mengetuk pintu), Sir we are always allowed to do this even by the Dean.
Mr. Mark: I told you I’m teaching now, wha.., thi..,, this is fucking university..!!
Sontak Nahrul dan temannya geram mendengar Mr. Mark mengucapkan kata “This is fucking University” dan memaksa
Mr. Mark untuk menarik kata-katanya.

STUDI KASUS KAB


ANALISIS STUDI KASUS KAB

Makna konotatif dalam komunikasi yang terjadi antara Nahrul dan Mr. Mark ada perbedaan latar belakang kebudayaan.
Orang Amerika (Westerners) relative sudah terbiasa menggunakan beberapa istilah bahasa dalam komunikasi sehari-hari,
mereka juga cenderung abai terhadap klasifikasi itu. Hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan perilaku komunikasi yang
cenderung bersifat Directly Speaking sehingga penggunaan bahasa mereka tidak disengaja untuk menunjukkan kualitas
emosi yang menyertainya.

Mr. Mark dengan “facking”nya bermaksud menunjukkan kesesalannya terhadap situasi kampus dimana dia tidak senang
diliputi oleh situasi demonstrasi. Sedangkan Perspektif keindonesiaan (Nahrul dkk.) yang juga dipengaruhi oleh konsep
nilai yang berlaku dibudaya etnis bugis. Pemandangan seorang warga Amerika Serikat yang sedang mengatakan “this is
fucking university” tentu terasa lebih sensitive dan syarat akan penghinaan.

Dari aspek sumbernya, Mr. Mark sebagai pengajar tidak etis menggunakan terma negatif “fucking” di depan para
mahasiswa di dalam area kampus. Mr. Mark rupanya terjebak dalam shock culture. Dia seharusnya selalu sadar bahwa
setiap gerakan, perilaku, dan kata-katanya akan “diukur” dengan “Mistar Indonesia”.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dampak dari misinterpretasi
komunikasi antarbudaya di atas merupakan komunikasi yang tidak efektif. Komunikasi yang efektif
mensyaratkan adanya pemahaman menyangkut etnisitas masing-masing dari para komunikator dalam
sebuah proses komunikasi. Dengan adanya pemahaman yang cukup, seorang komunikator lebih
mudah mengoptimalkan perilaku komunikasinya sehingga tercapai sebuah komunikasi yang efektif
dan tidak menyisakan kesalahpahaman (misinterpretasi).

KESIMPULAN STUDI KASUS KAB

Anda mungkin juga menyukai