Kelompok 6 :
• Marchel Anugrah Akbar 11190530000098
• Varas Bunga Insani 11190530000128
• Farhan Achmad Al-Farisy 11190530000133
Apasih Komunikasi
Antar Budaya itu?
Komunikasi Antar
Budaya
Fungsi Sosial
Fungsi Pribadi
• Menyatakan Identitas Sosial Pengawasan
TANGGAPN
PENGARUH LINGKUNGAN
BALIK
TUJUAN KAB
Makna konotatif dalam komunikasi yang terjadi antara Nahrul dan Mr. Mark ada perbedaan latar belakang kebudayaan.
Orang Amerika (Westerners) relative sudah terbiasa menggunakan beberapa istilah bahasa dalam komunikasi sehari-hari,
mereka juga cenderung abai terhadap klasifikasi itu. Hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan perilaku komunikasi yang
cenderung bersifat Directly Speaking sehingga penggunaan bahasa mereka tidak disengaja untuk menunjukkan kualitas
emosi yang menyertainya.
Mr. Mark dengan “facking”nya bermaksud menunjukkan kesesalannya terhadap situasi kampus dimana dia tidak senang
diliputi oleh situasi demonstrasi. Sedangkan Perspektif keindonesiaan (Nahrul dkk.) yang juga dipengaruhi oleh konsep
nilai yang berlaku dibudaya etnis bugis. Pemandangan seorang warga Amerika Serikat yang sedang mengatakan “this is
fucking university” tentu terasa lebih sensitive dan syarat akan penghinaan.
Dari aspek sumbernya, Mr. Mark sebagai pengajar tidak etis menggunakan terma negatif “fucking” di depan para
mahasiswa di dalam area kampus. Mr. Mark rupanya terjebak dalam shock culture. Dia seharusnya selalu sadar bahwa
setiap gerakan, perilaku, dan kata-katanya akan “diukur” dengan “Mistar Indonesia”.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dampak dari misinterpretasi
komunikasi antarbudaya di atas merupakan komunikasi yang tidak efektif. Komunikasi yang efektif
mensyaratkan adanya pemahaman menyangkut etnisitas masing-masing dari para komunikator dalam
sebuah proses komunikasi. Dengan adanya pemahaman yang cukup, seorang komunikator lebih
mudah mengoptimalkan perilaku komunikasinya sehingga tercapai sebuah komunikasi yang efektif
dan tidak menyisakan kesalahpahaman (misinterpretasi).