Anda di halaman 1dari 37

Pemeriksaan Organ Genitalia

Oleh Lawan Jenis


Kelompok 6:
Aditya Recsa
Agus Prabowo
Lenisha Tantia
Melinia Cahaya Fitri
Muranny Nurshyaliha M
Nurma Yuni kartika
Serli Alnamira Lorenza
Tri Dinda Pratiwi
Kesehatan dalam islam merupakan susuatu yang sangat dijunjung
tinggi
Dalam al-quran dan sunah nabi ada 3 macam ajaran islam yang
berkenaan dgn kesehatan :
1. Islam melarang perbuatan yang dapat membahayakan
kesehatan dirinya dan orang lain
2. Islam mewajibkan atau menyunahkan yang mempunyai
dampak positif
3. Islam mewajibkan orang sakit untuk berobat
Apa saja ketentuan dan
batasannya?
1. Haram melihat aurat
Laki-laki dan perempuan yang bukan suami
istri atau bukan mahram, diharamkan saling
melihat aurat

Artinya: Tutuplah auratmu kecuali kepada


istrimu dan budakmu (HR. Tirmizy)
Batasan aurat laki-laki adalah antara pusat dan lutut,
yang didasarkan pada sabda Rasulullah SAW :
‫س َّر ِة إِلَى ُر ْكبَتِ ِه ِم َن ا ْل َع ْو َر ِة‬ َ ‫فَإِنَّ َما تَ ْح‬
ُّ ‫ت ال‬
"Karena di antara pusar sampai lutut adalah aurat."
(HR Ahmad)
‫الر ْك َب ُة مِنَ ا ْل َع ْو َر ِة‬
ُّ
“Lutut termasuk ‘aurat’.” (HR. Ad- Daruquthny)
“Bagian tubuh yang berada di atas kedua lutut termasuk
aurat, dan yang di bawah pusar juga termasuk aurat.” (HR.
AdDaruquthny)
Sedangkan batas aurat wanita adalah seluruh tubuh, kecuali
wajah dan kedua tangan hingga batas pergelangan. Hal itu
: sebagaimana sabda Rasulullah SAW

Dari Aisyah radhiyallahu‘anha bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Wahai


Asma', bila seorang wanita sudah mendapat haidh maka dia tidak boleh
terlihat kecuali ini dan ini". Lalu beliau SAW menunjuk kepada wajah dan
kedua tapak tangannya. (HR. Abu Daud - hadits mursal).
Lalu bagaimana dengan profesi
seperti kita ?
Tentu dikecualikan dalam keadaan
darurat yang mempertaruhkan nyawa
atau yang memenuhi ketentuan syariat.
Pengobatan dokter laki-laki terhadap wanita
diperbolehkan kecuali dengan beberapa syarat :
 Dokter haruslah orang yang bertakwa dan dapat dipercaya
 Jangan membuka bagian-bagian tubuh pasien wanitanya
kecuali sesuai dengan keperluan pemeriksaan
 Selama pengobatan harus didampingi mahramnya
 Seorang dokter tidak boleh non muslim selama masih ada yang
muslim
 Dasar hukum hal tersebut adalah firman Allah SWT dalam surah al-
baqarah ayat 185 yang artinya

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki


kesukaran bagimu.”

 Imam As-Suyuti dalam Tibbi Nabawi melaporkan bahwa,

“Imam Ahmed mengatakan bahwa halal bagi dokter untuk memeriksa


wanita, meskipun mereka tidak berhubungan, kapan pun itu terjadi
perlu untuk melakukannya, dan termasuk bagian pribadi.“

 Demikian pula, halal bagi seorang wanita untuk melihat di bagian


pribadi seorang pria dalam kasus kebutuhan
Islam mengizinkan laki-laki muslim atau
perempuan untuk diperiksa oleh dokter medis
yang berlawanan jenis kelamin, apakah muslim
atau non-muslim sesuai keadaan permintaan.
2. Haram berduaan

Selain diharamkan melihat aurat dan menyentuhnya,


laki-laki dan perempuan yang bukan mahram juga
diharamkan untuk bersepi-sepi berdua, tanpa ada
kehadiran mahram.
Mengapa demikian?

Menimbulkan khalwa.
Lalu harus bagaimana ?
Dalam hal ini Akademi Fiqh,
Wanita Muslimah itu dilarang berpakaian
sepenuhnya :
 Di depan seorang pria yang melanggar hukum
baginya hubungan seksual;
 Ini hanya diizinkan untuk tujuan sah yang
diakui oleh Syariah
“Meskipun dalam keadaan yang serupa, dokter juga
harus seorang Muslim wanita atau, sebagai alternatif,
seorang dokter wanita non-Muslim jika tidak adanya
keduanya, dokter haruslah seorang Muslim pria atau,
jika tidak ada, seorang non-Muslim, Namun dilarang
untuk dokter pria dan pasien wanita untuk
sendirian,harus didampingi suami pasien atau,
sebagai alternatif, wanita lain”
3. Haram menyentuh

Keharaman menyentuh tubuh atau kulit dari lawan jenis


adalah hal yang telah menjadi kesepakatan para ulama,
atau pendapat jumhur ulama. Kalau pun ada
pengecualian, namun hukum asalnya adalah at-tahrim
(keharaman). Dasarnya adalah hadits shahih berikut ini :
Dari Aisyah radhiyallahuanha berkata, ”Telapak tangan Rasulullah
SAW tidak pernah menyentuh telapak tangan seorang perempuan pun, dan
beliau bersabda ketika membaiat para wanita : Aku telah membai’at kalian
lewat ucapan. (HR. Muslim )
Dari Ma’qil bin Yasar radhiallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ‫س أَ َح ِد ُك ْم ِب ِم ْخ َيطٍ ِمنْ َح ِد ْي ٍد َخ ْي ٌر َل ُه ِمنْ أَنْ َي َمسَّ امْ َرأَ ًة ال‬ ْ ‫أَل َنْ ي ُْط َع َن ِفي َر‬
‫أ‬
ِ
‫َت ِح ُّل َل ُه‬

“Kepala salah seorang ditusuk dengan jarum dari


besi itu lebih baik baginya daripada menyentuh
wanita yang tidak halal baginya.” [HR. Ath-Thabarani]
 Dan pada dasarnya keharaman sentuhan kulit ini pada
dasarnya juga berlaku pada dokter atau perawat laki-laki yang
menangani pasien perempuan, dan dokter atau perawat
perempuan yang menangani pasien laki-laki.
 Tentu dikecualikan dalam keadaan darurat yang
mempertaruhkan nyawa atau yg memenuhi ketentuan syariat
 Imam As-Suyuti dalam Tibbi Nabawi melaporkan bahwa,
“Imam Ahmed mengatakan bahwa halal bagi dokter untuk
memeriksa wanita, meskipun mereka tidak berhubungan,
kapan pun itu terjadi perlu untuk melakukannya, dan
termasuk bagian pribadi." Ini juga merupakan fatwa Al-
Maruzi (dalam buku hadis lis), Athram dan Ismail. Demikian
pula, halal bagi seorang wanita untuk melihat di bagian
pribadi seorang pria dalam kasus kebutuhan
Al-darurat tubih al-mahzurat
Pemimpin Revolusi Islam di Iran,
Ayatollah Khomeini (1902–1990)

• Jika seorang wanita dipanggil untuk melakukan lavage


lambung wanita lain atau pria, atau untuk
membersihkan alat kelamin mereka, dia harus
menutupi tangannya sehingga mereka tidak
bersentuhan langsung dengan alat kelamin mereka;
tindakan pencegahan yang sama harus diambil oleh
seorang pria mengenai pria lain atau wanita yang
bukan istrinya.
• Jika seorang pria harus, untuk melakukan perawatan medis
yang bukan istrinya sendiri dan menyentuh tubuhnya, dia
berwenang melakukannya, tetapi jika dia bisa berikan
perawatan ini hanya dengan menatapnya, maka dia tidak
boleh menyentuhnya.

• Jika dia dapat memperlakukannya hanya dengan


menyentuhnya maka dia tidak boleh melihatnya”
• Jika seorang pria dan wanita diwajibkan, untuk perawatan, untuk melihat
organ genital seseorang, mereka dapat melakukannya secara tidak
langsung di cermin, kecuali dalam kasus force majeure. Karena
penekanan pada pemisahan jenis kelamin, dokter dan perawat tidak
boleh menyentuh seorang pasien dari jenis kelamin yang lain kecuali
ketika sedang dalam perawatan.
Dan pada dasarnya keharaman sentuhan kulit ini pada dasarnya
juga berlaku pada dokter atau perawat laki-laki yang menangani
pasien perempuan, dan dokter atau perawat perempuan yang
menangani pasien laki-laki. Tentu dikecualikan dalam keadaan
darurat yang mempertaruhkan nyawa, atau yang memenuhi
ketentuan syariat.
Dalam al-Qur’an surah An-Nur ayat 30-13, Allah
SWT berfirman:

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan


pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-
laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki,
atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita)
atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung.”
Hukum seorang dokter membuka aurat
wanita dan berdua-duaan dengan mereka
untuk berobat:

 Sesungguhnya wanita adalah aurat dan tempat


kepuasan kebutuhan bilogis laki-laki.
 Apabila tidak ditemukan seorang dokter wanita yang
diperlukan maka diperbolehkan baginya untuk berobat
kepada dokter laki-laki
 Meski wanita dihukumi sebagai aurat, sesungguhnya
aurat wanita bermacam-macam tingkatannya.
 Adapun soal tentang hukum aurat anak perempuan
yang masih kecil
Adapun syarat-syarat untuk bisa dijadikan
hujjah adalah:

 Haruslah merupakan suatu kemaslahatan yang hakiki, dan


bukan suatu kemaslahatan yang bersifat dugaan saja.

 Kemaslahah itu bersifat umum, bukan bersifat perorangan atau


kelompok.

 Pembentukan hukum dengan mengambil kemaslahatan ini


tidak berlawanan dengan tata hukum atau dasar ketetapan
nash dan ijma’.
Salah satu tanda kekuasaan Allah SWT yang ditunjukkan
kepada manusia di bidang kesehatan.
Allah SWT berfirman dalam surat Yunus (10) : 7 yang Artinya :

“ Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak


percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas
dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan
kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami”
Allah SWT berfirman dalam Fussilat ayat 53 yang artinya:

ۗ
ِ ‫اق َوفِ ْٓي اَ ْنفُ ِس ِه ْم َح ٰ ّتى َي َت َبي ََّن َل ُه ْم اَ َّن ُه ْال َح ُّق اَ َو َل ْم َي ْك‬
‫ف‬ ِ ‫َس ُن ِري ِْه ْم ٰا ٰي ِت َنا فِى ااْل ٰ َف‬
‫ك اَ َّن ٗه َع ٰلى ُك ِّل َشيْ ٍء َش ِه ْي ٌد‬ َ ‫ِب َر ِّب‬

“ Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda


(kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri
mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu
adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu
menjadi saksi atas segala sesuatu”
“ Sesungguhnya Allah SWT hanya mengharamkan atasmu
bangkai, darah, daging babi, dan daging hewan yang
disembelih dengan menyebut nama selain Allah, tetapi barang
siapa yang terpaksa memakannya bukan karena menginginkan
dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sungguh Allah maha pengampun, maha penyayang.”(Qs: al-
baqarah; 173)
Atas dasar ini dan ayat-ayat yang serupa dari
alquran cedikiawan islam merumuskan sebuah
prinsip penting yaitu:

 “Keharusan menghilangkan pembatasan”.


Allah menginginkan kemudahan bagi kamu dan allah tidak
menginginkan kesukaran bagimu (Q2:185),

Nabi Muhammad SAW menjelaskan lebih lanjut :


 “Dia diantara kamu yang melihat sesuatu yang salah harus
memperbaikinya (menurut tingkat imannya) dengan tangannya
(kekuatan), atau lidah (berkhotbah) atau hatinya”

 Lebih lanjut nabi muhammad saw menyatakan


“Tuhan yang maha esa memaafkan umat tersayangnya tindakan
mereka berdasarkan kesalahan ketidaktahuan atau dibawah paksaat
atau kebutuhan”.
Kondisi yang memungkinkan bagi seorang wanita untuk memasuki
dunia kerja mencakup pekerjaan keperawatan dan kesehatan :

1. Sebelum melakukan pekerjaan apa pun, wanita itu harus memiliki izin
dari suaminya atau sah wali
2. Tradisi yuridis melarang seorang wanita menggunakan parfum ketika dia
meninggalkan rumah;
3. seorang wanita harus mengenakan pakaian yang layak dan berperilaku
yg layak
4. Ia harus menutupi tubuhnya kecuali wajah dan tangannya
5. Dalam hal memenuhi syarat untuk menikah seorang wanita tidak boleh
melakukan pekerjaan yang mengharuskannya bekerja sendiri .
6. seorang wanita yang melakukan pekerjaan tidak boleh membujuknya
untuk bergaul dengan pria dengan cara yang tidak diinginkan
7. jenis pekerjaan harus sesuai dengan konstitusi fisik dan psikologis
wanita
Jika tidak dalam keadaan darurat maka tidak
boleh. Sebagaimana Ulama Hanafi membagi istihsan
dengan 6 yaitu:

 Istihsan Binnas
 Istihsan bil Ijma’
 Istihsan bil Qiyas Khofi
 Istihsan bil Mashlahah
 Istihsan bil Urf.
 Istihsan bil dharurah
DAFTAR PUSTAKA
 
 

1. Adamu Faruq U. 2012. Medicine In The Quran And Sunnah.


2. Atighetchi Dariusch. 2006. Islamic bioethics : problems and perspectives.
3. Sarwat Ahmad. 2017. Fiqih Kehidupan Kedokteran. Ed 13
 
 

 
PERTANYAAN

Anda mungkin juga menyukai