Anda di halaman 1dari 16

Penerimaan Negara Bukan Pajak & Pengadaan

Barang Jasa
PNBP
Contents
01 Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully
designed. I hope and I believe that this Template will your Time.

Contents
02 Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully
designed. I hope and I believe that this Template will your Time.

Contents
03 Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully
designed. I hope and I believe that this Template will your Time.

Contents
04 Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully
designed. I hope and I believe that this Template will your Time.
AUDIT PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
Penerimaan Negara
Pada dasarnya, penerimaan negara terbagi atas 2 jenis penerimaan,
yaitu penerimaan dari pajak dan penerimaan bukan pajak yang disebut
penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Menurut UU no. 20 tahun 1997
tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP adalah seluruh
penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan
perpajakan UU tersebut juga
menyebutkan kelompok
PNBP meliputi:

Penerimaan berupa hibah Penerimaan yang


yang merupakan hak bersumber dari
Pemerintah penerimaan pengelolaan dana
lainnya yang diatur dalam Pemerintah;
Undang-undang tersendiri

Penerimaan dari pelayanan


yang dilaksanakan
Pemerintah penerimaan Penerimaan dari
berdasarkan putusan pemanfaatan sumber daya
pengadilan dan yang alam;
berasal dari pengenaan
denda administrasi;

Penerimaan dari hasil-hasil


pengelolaan kekayaan
Negara yang dipisahkan;
c) Apakah semua PNBP pada setiap departemen/lembaga pemerintah non dilakukan dengan cara dihitung sendiri oleh wajib bayar ditetapkan oleh
departemen telah ditatausahakan dan dilaporkan serta Peraturan Pemerintah.
dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Pada beberapa kementerian atau lembaga yang mengelola suatu jenis
Berbagai Unit kerja di Kementrian/Lembaga/Dinas dan Instansi sebagian PNBP, memiliki karakteristik yang berbeda antara PNBP pada suatu
besar memiliki berbagai macam sumber PNBP. Pemeriksaan terhadap PNBP kementerian atau lembaga dan kementerian atau lembaga yang lain.
Penentuan jumlah PNBP yang terutang dilakukan dengan cara (Murwanto,
dilakukan kepada satuan unit kerja pada semua Kementrian/lembaga
pemerintah non departemen yang memiliki PNBP, terutama pada unit kerja: 2007):
1) Biro Keuangan Kementrian Keuangan; a) Ditetapkan oleh Instansi Pemerintah;
b) Dihitung sendiri oleh Wajib Bayar
2) Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementrian Keuangan;
3) Direktorat Jenderal pada Kementrian Teknis yang bersangkutan; Kewajiban membayar PNBP untuk jenis yang dihitung sendiri akan
4) Biro Keuangan pada Kementrian Teknis yang bersangkutan; kadaluarsa setelah 10 tahun terhitung sejak saat terutangnya PNBP yang
5) Lembaga/Satuan Kerja Unit Penghasil/Unit Pelaksana Teknis (UPT); bersangkutan. Ketentuan kadaluarsa ini tertunda apabila wajib bayar
6) Biro Lelang, Biro Informasi dan Hukum pada Direktorat Jenderal Piutang melakukan tindak pidana di bidang PNBP. Wajib bayar membayar jumlah PNBP
Lelang Pemeriksaan diarahkan pada kegiatan yang meliputi: yang terutang dalam jangka waktu tertentu. Instansi pemerintah, atas
a) Perencanaan, permohonan wajib bayar untuk jenis PNBP yang dihitung sendiri oleh wajib
b) Penetapan, bayar setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan, dapat memberikan
c) Peraturan Pendukung, persetujuan kepada wajib bayar untuk mengangsur atau menunda pembayaran
d) Pemungutan dan Penyetoran, PNBP yang terutang dengan dikenakan denda sebesar 2% (dua persen)
e) Penatausahaan, sebulan.
f) Pelaporan dan pertanggungjawaban. Proses Audit PNBP
Proses audit atas PNBP terlabih dahulu dilakukan pemeriksaan pendahuluan,
Pengendalian Transaksi PNBP dalam rangka memperoleh informasi/data yang bersifat umum mengenai kegiatan
Penerimaan Negara Bukan Pajak harus memiliki payung hukum berupa dari obyek/instansi atau obyek yang diperiksa, yang dilakukan secara terus-menerus
peraturan perundang-undangan di tingkat nasional maupun daerah. Dalam sepanjang tahun oleh auditor yang membidangi tugas pemeriksaan atas
peraturan tersebut mencantumkan berbagai hal seperti pentingnya dilakukan Kementerian/ lembaga negara yang mengelola PNBP.
pemungutan PNBP tersebut, tata cara pemungutan, pengoranisasian, Dokumen yang diperiksa adalah dokumen yang dihimpun oleh masing-masing
unit kerja, berupa dokumen pertanggungjawaban keuangan negara yang berkaitan
pencatatan, pencatatan hingga besaran tarif yang dikenakan. Jenis PNBP yang
dengan PNBP yang dikirim oleh Kementerian Keuangan, Kementerian/Lembaga
penentuan jumlahnya Pemerintah Non Kementerian dan Sekretariat Jenderal/Panitera Lembaga Tertinggi/
c) Apakah semua PNBP pada setiap departemen/lembaga pemerintah non dilakukan dengan cara dihitung sendiri oleh wajib bayar ditetapkan oleh
departemen telah ditatausahakan dan dilaporkan serta Peraturan Pemerintah.
dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Pada beberapa kementerian atau lembaga yang mengelola suatu jenis
Berbagai Unit kerja di Kementrian/Lembaga/Dinas dan Instansi sebagian PNBP, memiliki karakteristik yang berbeda antara PNBP pada suatu
besar memiliki berbagai macam sumber PNBP. Pemeriksaan terhadap PNBP kementerian atau lembaga dan kementerian atau lembaga yang lain.
Penentuan jumlah PNBP yang terutang dilakukan dengan cara (Murwanto,
dilakukan kepada satuan unit kerja pada semua Kementrian/lembaga
pemerintah non departemen yang memiliki PNBP, terutama pada unit kerja: 2007):
1) Biro Keuangan Kementrian Keuangan; a) Ditetapkan oleh Instansi Pemerintah;
b) Dihitung sendiri oleh Wajib Bayar
2) Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementrian Keuangan;
3) Direktorat Jenderal pada Kementrian Teknis yang bersangkutan; Kewajiban membayar PNBP untuk jenis yang dihitung sendiri akan
4) Biro Keuangan pada Kementrian Teknis yang bersangkutan; kadaluarsa setelah 10 tahun terhitung sejak saat terutangnya PNBP yang
5) Lembaga/Satuan Kerja Unit Penghasil/Unit Pelaksana Teknis (UPT); bersangkutan. Ketentuan kadaluarsa ini tertunda apabila wajib bayar
6) Biro Lelang, Biro Informasi dan Hukum pada Direktorat Jenderal Piutang melakukan tindak pidana di bidang PNBP. Wajib bayar membayar jumlah PNBP
Lelang Pemeriksaan diarahkan pada kegiatan yang meliputi: yang terutang dalam jangka waktu tertentu. Instansi pemerintah, atas
a) Perencanaan, permohonan wajib bayar untuk jenis PNBP yang dihitung sendiri oleh wajib
b) Penetapan, bayar setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan, dapat memberikan
c) Peraturan Pendukung, persetujuan kepada wajib bayar untuk mengangsur atau menunda pembayaran
d) Pemungutan dan Penyetoran, PNBP yang terutang dengan dikenakan denda sebesar 2% (dua persen)
e) Penatausahaan, sebulan.
f) Pelaporan dan pertanggungjawaban. Proses Audit PNBP
Proses audit atas PNBP terlabih dahulu dilakukan pemeriksaan pendahuluan,
Pengendalian Transaksi PNBP dalam rangka memperoleh informasi/data yang bersifat umum mengenai kegiatan
Penerimaan Negara Bukan Pajak harus memiliki payung hukum berupa dari obyek/instansi atau obyek yang diperiksa, yang dilakukan secara terus-menerus
peraturan perundang-undangan di tingkat nasional maupun daerah. Dalam sepanjang tahun oleh auditor yang membidangi tugas pemeriksaan atas
peraturan tersebut mencantumkan berbagai hal seperti pentingnya dilakukan Kementerian/ lembaga negara yang mengelola PNBP.
pemungutan PNBP tersebut, tata cara pemungutan, pengoranisasian, Dokumen yang diperiksa adalah dokumen yang dihimpun oleh masing-masing
unit kerja, berupa dokumen pertanggungjawaban keuangan negara yang berkaitan
pencatatan, pencatatan hingga besaran tarif yang dikenakan. Jenis PNBP yang
dengan PNBP yang dikirim oleh Kementerian Keuangan, Kementerian/Lembaga
penentuan jumlahnya Pemerintah Non Kementerian dan Sekretariat Jenderal/Panitera Lembaga Tertinggi/
dilakukan dengan cara dihitung sendiri oleh wajib bayar ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah. tidak selamanya semua unsur sistem manajemen dilaksanakan oleh
Pada beberapa kementerian atau lembaga yang mengelola suatu jenis PNBP, memiliki setiap instansi yang mengelola/mengurus PNBP, karena tergantung pada tugas
karakteristik yang berbeda antara PNBP pada suatu kementerian atau lembaga dan dan fungsinya, contohnya unit pelaksana teknis yang ditunjuk memungut
kementerian atau lembaga yang lain. Penentuan jumlah PNBP yang terutang dilakukan dengan PNBP tidak memiliki fungsi dan atau tugas untuk menetapkan/ menyusun
cara (Murwanto, 2007): target penerimaan PNBP, sehingga unsur perencanaan merupakan tugas unit
a) Ditetapkan oleh Instansi Pemerintah; kerja lain. Oleh karena itu, pengujian terbatas atas sistem pengendalian
b) Dihitung sendiri oleh Wajib Bayar manajemen disesuaikan dengan tugas dan fungsi instansi yang diperiksa
dalam kaitan dengan pengelolaan PNBP (Murwanto, 2007).
Kewajiban membayar PNBP untuk jenis yang dihitung sendiri akan kadaluarsa setelah 10 Langkah-langkah pemeriksaan yang dilakukan dalam pengujian terbatas
tahun terhitung sejak saat terutangnya PNBP yang bersangkutan. Ketentuan kadaluarsa ini atas sistem pengendalian manajemen meliputi:
tertunda apabila wajib bayar melakukan tindak pidana di bidang PNBP. Wajib bayar membayar
jumlah PNBP yang terutang dalam jangka waktu tertentu. Instansi pemerintah, atas
permohonan wajib bayar untuk jenis PNBP yang dihitung sendiri oleh wajib bayar setelah Organisasi
memenuhi persyaratan yang ditentukan, dapat memberikan persetujuan kepada wajib bayar
untuk mengangsur atau menunda pembayaran PNBP yang terutang dengan dikenakan denda
sebesar 2% (dua persen) sebulan.
Kebijakan

Proses Audit PNBP


Proses audit atas PNBP terlabih dahulu dilakukan pemeriksaan pendahuluan, dalam
Perencanaan
rangka memperoleh informasi/data yang bersifat umum mengenai kegiatan dari obyek/instansi
atau obyek yang diperiksa, yang dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun oleh auditor
yang membidangi tugas pemeriksaan atas Kementerian/ lembaga negara yang mengelola PNBP.
Dokumen yang diperiksa adalah dokumen yang dihimpun oleh masing-masing unit kerja, Prosedur Kerja
berupa dokumen pertanggungjawaban keuangan negara yang berkaitan dengan PNBP yang
dikirim oleh Kementerian Keuangan, Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian dan
Sekretariat Jenderal/Panitera Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara serta Perusahaan Negara sesuai Pencatatan/Pelapor
dengan Inpres No. 1 Tahun 1999 tanggal 31 Maret 1999 (Murwanto, 2007). an

Pemeriksaan APIP
Praktik Audit PNBP
Pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tujuan negara dibiayai dari penerimaan negara yang
berasal dari pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Salah satu bentuk PNBP di Indonesia yang memberikan
kontribusi cukup signifikan dalam penerimaan negara adalah PNBP di bidang pertambangan umum.

Sampai saat ini, sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih menjadi sumber penggerak utama roda
perekonomian nasional. Baik dalam perannya sebagai sumber penerimaan negara, penyedia energi, menarik investasi,
surplus neraca perdagangan, penyedia bahan baku industri, faktor dominan pembentukan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), pembangunan daerah maupun terciptanya efek berantai dalam bentuk pengiriman tenaga kerja ke luar negeri dan
penciptaan lapangan kerja di dalam negeri. Tahun 2008 yang ditandai oleh fluktuasi yang sangat tajam harga minyak
mentah dunia di penghujung tahun, sektor ESDM mencatatkan perkiraan realisasi penerimaan negara sebesar Rp 346,347
Triliun atau sebesar 36%. Dari penerimaan sektor ESDM tersebut, sub sektor Pertambangan Umum tercatat sebesar Rp
42,120 Triliun atau sebesar 4,4% yang terdiri dari Pajak Pertambangan Umum dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Pertambangan Umum.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang dijadikan sebagai salah satu sumber
Kesimpulan pendapatan negara yaitu semua penerimaan negara yang tidak bersumber dari
perpajakan. PNBP bersumber diantaranya dari sumber daya alam, bagian
pemerintah atas laba BUMN, serta penerimaan Negara bukan pajak lainnya.
Semua PNBP langsung disetor ke kas negara dan dikelola dalam sistem APBN,
tetapi sebagian dana dari suatu jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak dapat
digunakan untuk kegiatan tertentu yang berkaitan dengan jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak tersebut oleh instansi yang bersangkutan.
AUDIT PENGADAAN BARANG DAN JASA
AUDIT PENGADAAN
BARANG DAN JASA
Upaya untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, baik yang bersifat pelayanan dasar, rutin maupun berbagai tugas
negara lainnya, pemerintah harus didukung dengan ya barang-barang baik berupa perlengkapan, peralatan, kendaraan,
bangunan, infrastruktur maupun jasa. Baran dan jasa pendukung tugas-tugas pemerintah ini harus dibeli atau
diadakan.Dalam pengadaan barang dan jasa, pemerintah selalu berpegang pada prinsip ekonomi, efisien, dan efektif.
Pemerintah selalu berupaya menyempurnakan prosedur pelaksanaan pengadaan barang/jasa baik melalui penyempurnaan
peraturan-peraturan maupun pengambilan kebijakan dan keputusan yang tepat (Murwanto, 2007).

Agar pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dilaksanakan secara ekonomi, efisien dan efektif, perlu dilakukan
pengawasan secara intensif. Selain itu, tuntutan kepada pemerintah untuk menerapkan good governance dalam menjalankan
pemerintahan, telah membuat akuntabilitas pengadaan barang dan jasa harus dilaksanakan. Akuntabilitas pengadaan
barang/jasa merupakan perwujudan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan pengadaan
barang/jasa dalam mencapai tujuan pengadaan, yaitu sebagaimana terdapat dalam hakekat Perpres Nomor 70 Tahun 2012
tentang Pengadaan Barang/Jasa, yang meliputi:
a) Dalam jumlah yang cukup;
b) Dengan kualitas dan harga yang dapat dipertanggungjawabkan;
c) Dalam waktu dan tempattertentu;
d) Secara efektif dan efisien;
e) Menurut ketentuan dan tata cara yang berlaku.
Dasar Hukum
Landasan penetapan Perpres 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah adalah:
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601);

Panitia Pengadaan Barang dan Jasa menyampaikan Berita Acara Hasil Pelelangan
(BAHP) kepada PPK sebagai dasar untuk menerbitkan Surat Penunjukan
Penyedia/Jasa (SPPBJ)

Pemahaman Umum Pengadaan Barang dan Jasa PRESENTATION INFOGRAPHIC

Pengadaan barang dan jasa ditujukan untuk memenuhi kebutuhan barangdan jasa bagi kelancaran jalannya
pemerintahan dan pelayanan. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa tersebut, pemerintah harus mengalokasikan
sebagian dana dalam Anggaran tahunan (ABPD/ABPN) baik yang murni maupun perubahan.jumlah dana yang disediakan
untuk pengadaan barang/jasa oleh Pemerintah dalam APBN/D, BUMN/D, Yayasan dan Badan-Badan yang dikelola atau
diadakan oleh Pemerintah, merupakan perkiraan maksimum dari hasil analisa atas rencana kebutuhan barang/jasa yang
diajukan oleh satuan satuan kerja dalam suatu organisasi pemerintah dikalikan dengan perkiraan harga suatu
barang/jasa.
Metode Pengadaan
Swakelola 5
Pemilihan Langsung 3 pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan,
pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan membandingkan dikerjakan dan diawasi sendiri dengan
sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran menggunakan tenaga sendiri, alat sendiri
dari penyedia barang/ jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan atau upah borongan kerja. Tenaga ahli dari
negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus diumumkan luar tidak boleh melebihi 50%(lima puluh
persen) dari tenaga sendiri

Pelelangan Terbatas 2
Diketahui terbatas jumlahnya karena
karakteristik kompleksitas dan atau Penunjukan Langsung 4
kecanggihan teknologi pekerjaannya dan
atau kelangkaan tenaga ahli atau Dilakukan dengan cara
terbatasnya perusahaan yang mampu penunjukan langsung terhadap 1
melaksanakan pekerjaan tersebut, (satu) penyedia barang/jasa
pengadaan barang/jasa dilakukan melalui dengan cara melakukan negosiasi
pelelangan terbatas. baik teknis maupun biaya
sehingga diperoleh harga yang
Pelelangan Umum 1 wajar dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan.
Pengumuman secara luas melalui media massa
Penunjukan langsung tersebut
dan papan pengumuman resmi untuk
dilakukan oleh kepala kantor/
penerangan umum sehingga masyarakat luas
satuan kerja/pemimpin
dunia usaha yang berminat dan memenuhi
proyek/bagian proyek/pejabat
kualifikasi dapat mengikutinya
yang disamakan/ditunjuk.
Audit terhadap Pengadaan Barang dan Jasa harus terencana secara matang dan rinci karena dalam kasus
ini banyak sekali celah terjadinya penyimpangan, baik penyimpangan prosedural, teknis, maupun non
teknis yang sifatnya bisa memperkaya diri sendiri pelaku maupun memperkaya orang lain, berikut tahapan
pengembangan
Pengembangan
Rencana Audit Tahapan Pengembangan Rencana Audit pengadaan barang dan jasa meliputi:

Pemeriksaan
Dokumen
Pengadaan
dan Kriteria
Evaluasi,

Pengadaan
Pemeriksaan
Barang
Keangka
dengan
Acuan Kerja
Swakelola

Pemeriksaan
Pemeriksaan
Dokumen
penunjukkan
Kontrak dan
Langsung
Pemeriksaan

Pemeriksaan
Penentuan
Harga
Perkiraan
Sendiri (HPS)
Pemeriksaan Dokumen Pengadaan dan Kriteria Evaluasi
Tahap awal pemeriksaan pengadaan barang dan jasa adalah pemeriksaan terhadap dokumen pengadaan dan kriteria evaluasi.
Untukmelakukanpemeriksaanproses pengadaanbarang /jasa, sudah barang tentu terlebih dahulu pemeriksa mendapatkan Dokumen Pengadaan secara lengkap, yang
antara lain terdiri dari:
1) Surat Permintaan Penawaran Harga atau pengumuman untuk pelaksanaan pengadaan.
2) Rencana kerja dan syarat-syarat.
3) Prakualifikasi.
4) Berita Acara Penjelasan (Aanwijzing).
5) Kontrak.
Pemeriksaan Kerangka Acuan Kerja
Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau (Term of Refference) TOR sendiri adalah dokumen perencanaan kegiatan yang berisi penjelasan/keterangan mengenai apa,
mengapa, siapa, kapan, di mana, bagaimana, dan berapa perkiraan biayanya suatu kegiatan. Dengan kata lain, Kerangka Acuan Kerja berisi uraian tentang
latarbelakang, tujuan, ruang lingkup, masukan yang dibutuhkan, dan hasil yang diharapkan dari suatu kegiatan.

Pemeriksaan Penunjukkan Langsung


Metode evaluasi terhadap penunjukkan langsung, untuk mengevaluasi atau menilai kewajaran kualitas teknis dan harga atas proses
pengadaan barang/jasa dan jasa lainnya termasuk konsultansi. Tahapan pemeriksaannya sama dengan pemeriksaan terhadap metode pengadaan
yang lainnya, diawali dari:
1) Lakukan wawancara dan bukti pendukungnya bahwa untuk penunjukkan langsung hanya diundang satu calon penyedia jasa konsultan atau
Surat Permintaan Penawaran Harga hanya disampaikan kepada satu alamat/calon penyedia jasa konsultansi.
2) Dapatkan Berita Acara Penilaian (Evaluasi), yakinkan sekali lagi bahwa yang dievaluasi hanya satu penawar.
3) Yakinkan bahwa penilaian teknis dan harga dilakukan secara bersamaan (sekaligus).
4) Dapatkan Berita Acara atau catatan yang disyahkan oleh Panitia/Pejabat pengadaan atas pelaksanaan penilaian “Kualitas Penawaran Teknis”
5) Dapatkan Berita Acara atau catatan klarifikasi dan negosiasi yang telah dilegalisir (disyahkan) oleh Panitia/Pejabat Pengadaan.
6) Periksa, apakah dalam proses penilaian tersebut dilakukan kesesuaian penawaran teknis dan penawaran harga?
7) Periksa, apakah dilakukan klarifikasi dan negosiasi penawaran harga meliputi biaya langsung personil dan biaya langsung non personil.
Lakukan pendalaman, apakah klarifikasi dan negosiasi termasuk komposisi biaya langsung personil dan biaya langsung non personil?
Pemeriksaan Penentuan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) Pemeriksaan Dokumen Kontrak
Untuk pemeriksaan penyusunan Harga Perhitungan Sendiri (HPS) dengan referensi data dasar Dokumen kontrak atau perjanjian
yang tidak jauh beda dengan yang telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012,
merupakan kelanjutan dari proses
namun pemeriksa dituntut lebih hati-hati dan telaten. Artinya ditapis, diurut kembali sehingga
pemeriksaannya diawali dari tahapan berikut: pengadaan penyedia barang/jasa borong
1) Apakah Audite telah menetapkan Harga Satuan Standar (HSS) atau Harga Patokan Standar (HPS)? Dan dan lainnya. Kontrak atau perjanjian
apakah masih up to date? Disyahkan oleh Pejabat yang berwenang? merupakan bagian dari bentuk perikatan
2) Apakah Panitia/Pejabat pengadaan barang/jasa melakukan analisis harga satuan pekerjaan yang dari pihak- pihak dengan sadar mengikatkan
bersangkutan? diri untuk rnelaksanakan suatu pekerjaan.
3) Periksa, apakah HPS juga mempertimbangkan perkiraan perhitungan biaya oleh konsultan yang dalam hal Bentuk perikatan, meliputi:
ini Engineers Estimate (EE)? Yakinkan dengan bukti pendukungnya (perhitungan biaya dari EE)
- Kontrak,
4) Dapatkan harga pasar dan bandingkan dengan HPS. Apakah dapat diyakini bahwa HPS disusun telah
mempertimbangkan/ referensi harga pasar? - Perjanjian,
5) Periksa, apakah referensi penyusunan HPS juga dilengkapi: - Surat Perintah Kerja dan
- Surat Pesanan.
a) Harga Kontrak/SPK yang lalu?
Kontrak ataupun bentuk lain pada
b) Harga Satuan dan Badan Pusat Statistik (BPS)? prinsipnya berfungsi “PESANAN” (ordering),
c) Harga/tarif yang dikeluarkan oleh pabrikan/agen tunggal atau lembaga independen? yang mempunyai kekuatan atau aspek
hukum dan berlaku bagi pihak-pihak yang
d) Daftar/tarif harga dari instansi berwenang? Misal : Upah Minimum Regional (UMR) dan PEMDA. terkait, yang mengikatkan diri pada suatu
6) Periksa, dan yakinkan apakah HPS telah memperhitungkan: > Pajak Pertambahan Nilai (PPN) x Biaya pesanan (ordering). Oleh karena itu bagi
Umum dan Keuntungan (Overhead Cost andProfit).
Pemeriksa, dalam melakukan pemeriksaan
7) Periksa, apakah dalam HPS tidak dimasukkan unsur biaya tidak terduga dan Pajak Penghasilan (PPh) ?
wajib mendalami dan mengkaji kedalaman
HPS atas pekerjaan jasa konsultansi dibedakan dengan pengadaan barang/jasa lainnya. Pemeriksaan dapat
pasal-pasal dalam Kontrak/Perjanjian.
diawali dari:
Dapatkan dokumen yang dijadikan acuan untuk menyusun HPS pekerjaan jasa konsultansi tersebut. Periksa,
apakah HPS untuk jasa konsultan tersebut meliputi unsur Biaya Personil
(Remuneration) dan Biaya Langsung Non Personil (Direct Reimbursable Cost)? Periksa, unsur biaya apa saja
yang dimasukkan.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai