Anda di halaman 1dari 19

PRAGMATIK

BING4214/Pengantar Linguistik Umum

Alfian, S.Pd., M.Pd.


ianalfi182@gmail.com
Pada inisiasi 8, kita akan
membahas tentang Pragmatik.
Diharapkan pembahasan pada
inisiasi 8 ini dapat membuat
saudara/i mampu untuk:
- Menjelaskan pengertian
pragmatik
- Menjelaskan konsep dan teori
pragmatik
- Menjelaskan teori implikatur
dan relevansi
Definisi

Kata pragmatika berasal dari bahasa Jerman yang diusulkan


oleh seorang filsuf Jerman, Imanuel Kant. Pragmatisch dari
(bahasa Latin) bermakna “pandai berdagang” atau di dalam
bahasa Yunani pragmatikos dari artinya “perbuatan” dan
“berbuat”

Pragmatik merupakan cabang linguistik yang mempelajari


bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi
tertentu.
Definisi
Levinson: Pragmatik sebagai studi perihal ilmu bahasa yang
mempelajari relasi-relasi antara bahasa dengan konteks tuturannya.
Konteks tuturan yang dimaksud telah tergramatisasi dan
terkodifikasikan sedemikian rupa, sehingga sama sekali tidak dapat
dilepaskan begitu saja dari struktur kebahasaannya.

Tarigan: Pragmatik merupakan telaah umum mengenai bagaimana


caranya konteks mempengaruhi cara seseorang menafsirkan kalimat.
Teori Tindak Tutur (speech act)

Istilah dan teori yang mengenai tindak tutur mula-mula


diperkenalkan oleh J.L Austin, seorang guru besar di
Universitas Harvard pada tahun 1959.

Menurut Chaer dan Leoni (2010:50) teori ini merupakan


catatan kuliah yang kemudian dibukukan oleh J.O Urmson
(1965) dengan judul “How to do thing with word?” Teori itu
baru terkenal dalam studi linguistik setelah Searle (1969)
menerbitkan judul Speech Act and Essay in The Philosophy
of Language.
Jenis Tindak Tutur

Secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan


yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni:

- tindak lokusi (locutionary act),

- tindak ilokusi (ilocutionary act), dan

- tindak perlokusi (perlocutonary act).


Tindak Lokusi

Searle: menyatakan tindak lokusioner adalah


tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat
sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata,
frasa, dan kalimat itu.
Tindak Ilokusi
Wijana (1996): berpendapat bahwa tindak ilokusi adalah tindak tindak
tutur yang mengandung maksud dan fungsi daya ujar.

Tindak ilokusi tidak mudah diidentifikasi, karena tindak ilokusi


berkaitan dengan siapa petutur, kepada siapa, kapan dan di mana
tindak tutur itu dilakukan dan sebagainya. Tindak ilokusi ini
merupakan bagian yang penting dalam memahami tindak tutur.

Sementara Chaer dan Leonie (2010): menyatakan bahwa tindak


ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan
kalimat performatif yang eksplisit. Tindak ilokusi ini biasanya
berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terimakasih,
menyuruh, menawarkan dan menjanjikan.
Searle (dalam Rahardi, 2003:72) menggolongkan tindak tutur ilokusi dalam
aktivitas bertutur itu ke dalam lima macam bentuk tuturan yang masingmasing
memiliki fungsi komunikatifnya sendiri-sendiri.

- Asertif (assertives)

- Direktif (direktives)

- Ekspresif (expressives)

- Komisif (commissives)

- Deklarasi (declarations)
Tindak Perlokusi

Chaer dan Leonie (2010) : menjelaskan tindak perlokusi adalah tindak


tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan
dengan sikap dan perilaku non linguistik dari orang lain.

Sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai


daya pengaruh (perlocutionary force), atau efek bagi yang
mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja
atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya.

Tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi


lawan tutur disebut dengan tindak perlokusi.
Teori Implikatur

Istilah implikatur diturunkan dari verba to imply yang berarti


menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Secara
etimologis, to imply berarti membungkus atau
menyembunyikan sesuatu dengan menggunakan sesuatu
yang lain.

Oleh karena itu, implikatur percakapan adalah sesuatu yang


disembunyikan dalam sebuah percakapan, yakni sesuatu
yang secara implisit terdapat dalam penggunaan bahasa
secara aktual (Rusminto, 2009)
Teori Implikatur

Menurut Brown dan Yule (1996) : Istilah implikatur


dipakai untuk menerangkan apa yang mungkin
diartikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur
yang berbeda dengan apa yang sebenarnya yang
dikatakan oleh penutur. Pendapat itu bertumpu pada
suatu makna yang berbeda dengan makna tuturan
secara harfiah.
Grice : Mengatakan implikatur percakapan sebagai
salah satu aspek kajian pragmatik yang perhatian
utamanya adalah mempelajari ‘maksud suatu ucapan’
sesuai dengan konteksnya. Implikatur cakapan dipakai
untuk menerangkan makna implisit dibalik “apa yang
diucapkan atau dituliskan” sebagai “sesuatu yang
dimplikasikan”.
Ada tiga jenis implikatur percakapan yakni:

- implikatur konvensional,

- praanggapan, dan

- implikatur nonkonvensional.

Implikatur konvensional lebih mengacu pada makna kata secara


konvensional, makna percakapan ditentukan oleh arti konvensional
kata-kata yang digunakan.

Implikatur praanggapan, lebih mengacu pada suatu pengetahuan


bersama antara penutur dan mitra tutur.
Implikatur nonkonvensional, merupakan suatu implikatur yang lebih
mendasarkan maknanya pada suatu konteks yang melingkupi suatu
percakapan.

Lebih ringkas lagi, Stephen C. Levinson mengatakan hanya ada dua


jenis implikatur percakapan yaitu:

- implikatur percakapan umum (implikatur yang yang munculnya di


dalam percakapan dan tidak memerlukan konteks khusus)

- implikatur percakapan khusus (suatu implikatur yang


kemunculannya memerlukan konteks khusus).
Teori Relevansi

"Teori Relevansi (Sperber dan Wilson, 1986) dapat didefinisikan sebagai upaya untuk bekerja
secara rinci salah satu maksim Paul]Grice untuk percakapan.

Meskipun teori relevansi berangkat dari visi komunikasi Grice pada sejumlah permasalahan
mendasar, titik utama dari konvergensi antara dua model adalah asumsi bahwa komunikasi (baik
verbal dan nonverbal) membutuhkan kemampuan untuk atribut keadaan mental orang lain.

Sperber dan Wilson tidak sepenuhnya menolak gagasan bahwa komunikasi memerlukan kode
model, tapi menilai kembali ruang lingkup dengan penambahan komponen inferensial. menurut
Sperber dan Wilson, model kode hanya menyumbang tahap pertama pengobatan linguistik
ucapan yang menyediakan pendengar dengan masukan linguistik, yang diperkaya melalui proses
inferensial untuk memperoleh makna pembicara. “

(Sandrine Zufferey, Lexical Pragmatics and Theory of Mind: The Acquisition of Connectives, 2010)
Sperber dan Wilson menekankan bahwa pemahaman ucapan
tidak hanya masalah decoding linguistik. Ini melibatkan
pemahaman untuk mengidentifikasi:

- apa yang pembicara maksudkan untuk diucapkan,

- apa yang pembicara maksudkan untuk disiratkan,

- sikap yang pembicara maksudkan untuk apa yang


dikatakan dan tersirat, dan

- konteks dimaksud 
(Sandrine Zufferey, Lexical Pragmatics and Theory of Mind: The Acquisition of Connectives, 2010)
Terima Kasih
References
Cummings, L. (2005). Pragmatics: a multidisciplinary perspective.
Edinburgh: Edinburgh University Press.

Levinson, S.C. (1983). Pragmatics. Cambridge: Cambridge University


Press.

Anda mungkin juga menyukai