Anda di halaman 1dari 15

RESUME

PENGARUH FUNGSI PENGARAHAN KEPALA RUANG DAN KETUA TIM TERHADAP


KEPUASAN KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RSUD BLAMBANGAN BANYUWANGI

Wrote : Achmad Sigit S


 Tempat penelitian yaitu di RSUD Blambangan
Banyuwangi.
 
 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh fungsi
pengarahan kepala ruang dan ketua tim
terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana.
Metode Penelitian
 quasi experiment dengan menggunakan desain pre-post test with control
group.
 Besar sample penelitian ditetapkan secara purposive sampling, yaitu
sebanyak 35 perawat pelaksana RSUD Blambangan Kabupaten
Banyuwangi (kelompok intervensi) dan 40 perawat pelaksana RSUD Dr
Haryoto Kabupaten Lumajang (kelompok kontrol).
 Sample dipilih berdasarkan kriteria inklusi yaitu: bekerja di ruang
keperawatan unit rawat inap kelas 3, pendidikan Diploma III
keperawatan, tidak sedang cuti kerja, dan bersedia menjadi responden
yang dibuktikan dengan surat kesediaan menjadi responden.
 Penelitian dilaksanakan pada 30 April-2 Juni 2009 di RSUD
Blambangan Kabupaten Banyuwangi dan RSUD Dr Haryoto Kabupaten
Lumajang.
Hasil Penelitian
 Analisis Umur Dan Lama Kerja Perawat Pelaksana

rata-rata distribusi umur perawat pelaksana yaitu 32,56 tahun,


dengan standart deviasi 6,525.
Umur termuda adalah 21 tahun dan tertua berusia 52 tahun.
Sedangkan lama kerjanya rata-rata 9,68 tahun, dengan standar
deviasi 6,595.
Lama kerja terendah adalah 1 tahun dan terlama adalah 30 tahun.
Pada alfa = 5%, umur (p-value = 0,660; α = 0,05) dan lama kerja
(p-value = 0,376;α=0,05) perawat pelaksana pada kelompok
intervensi setara dengan kelompok kontrol.
Analisis Kesetaraan Jenis Kelamin

 Berdasarkan hasil dari analisa data didapatkan


hasil uji analisis statistik pada alfa = 5%
proporsi jenis kelamin perawat pelaksana
kelompok intervensi setara dengan kelompok
kontrol (p-value 0,069;α=0,05).
Pembahasan Jurnal
 nilai koefisien korelasi (r) = - 0.419 dan nilai signifikan p =
0.021 untuk hubungan kemampuan ACT dengan penurunan
gejala perilaku kekerasan.
 Nilai korelasi = -0,419 menunjukkan bahwa semakin baik
kemampuan ACT responden maka semakin menurun gejala
perilaku kekerasannya dan nilai signifikansi p = 0.021
menunjukkan ada hubungan kemampuan ACT dengan
penurunan gejala perilaku kekerasan.
 Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
cukup kuat antara kemampuan ACT dengan penurunan
gejala perilaku kekerasan.
Penelitian terdahulu
 hasil penelitian Savender (2007) dimana ia
memberikan terapi ACT pada 15 orang dengan
perilaku marah dan didapatkan hasil bahwa
setelah dilakukan terapi ACT perilaku marah
menurun sebesar 50%.
Saran Jurnal

Praktik keperawatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien dengan Perilaku kekerasan yang
mengalami gangguan jiwa, hendaknya perawat memperhatikan masalah penerimaan klien
dengan masalah yang dihadapi perawat juga diharapkan perlu mengkaji secara komprehensif
faktor–factor dominan yang mendukung timbulnya perilaku kekerasan.

Pendidikan keperawatan
Pada penelitian ini didapatkan data bahwa adanya pengaruh antara Aceptance and
commitment terapi terhadap gejala dan kemampuan klien dengan resiko perilaku kekerasan
sehingga diharapkan akan ada peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan untuk
asuhan keperawatan jiwa.

Penelitian keperawatan
Pada penelitian ini didapatkan data adanya pengaruh antara Aceptance and commitment terapi
terhadap gejala dan kemampuan klien dengan resiko perilaku kekerasan untuk penelitian
selanjutnya mungkin dapat menggunakan responden selain RPK.sehingga dapat mengetahui
apakah bisa ACT digunakan untuk terapi gangguan jiwa yang lain.
Kesimpulan Analisis
 karakteristik klien yang menjadi responden rata-rata berusia 31 tahun dengan
frekuensi dirawat rata-rata sebanyak 4 kali.
 Sebagian besar merupakan laki-laki (76,7%), memiliki tingkat pendidikan rendah
(SD dan SMP) sebanyak 65%, pernah bekerja (80%) dan memiliki riwayat
gangguan jiwa sebelumnya sebesar 91,67%.
 Karakteristik gejala perilaku kekerasan klien pada penelitian ini berada pada
rentang 75,88% dari total gejala 100%.
 Gejala perilaku kekerasan pada kelompok yang mendapatkan ACT menurun secara
bermakna sebesar 53,49% sedangkan pada kelompok yang tidak mendapatkan
terapi ACT menurun sebanyak 23,77%.
 Kemampuan klien setelah pemberian ACT pada kelompok yang mendapatkan
terapi ACT meningkat secara bermakna sebesar 55,60% sedangkan kemampuan
klien pada kelompok yang tidak mendapatkan terapi ACT meningkat sebesar
34,33%.
 Peningkatan kemampuan ACT berhubungan secara bermakna terhadap penurunan
gejala perilaku kekerasan. Karakteristik pekerjaan, kemampuan kognitif ACT dan
kemampuan afektif ACT memiliki kontribusi secara bermakna dalam menurunkan
gejala perilaku kekerasan.
Perbandingan Isi Jurnal Dengan
Teori Yang Lain
 Jurnal penelitian lain yang dilakukan Yefentriawati, Urip Purwano, dan
Aris Budi yang juga mengambil tema penelitian mengukur ACT dengan
judul penelitian “EFEKTIVITAS ACCEPTANCE COMMITMENT
THERAPY TERHADAP PENINGKATAN QUALITY OF LIFE PASIEN
KANKER SERVIKS” memperoleh hasil ACT sangat efektif untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan kanker serviks.
 Hasil penelitian tersebut juga didukung teori dari Hayes (2006) yang
mengemukakan bahwa ACT membantu seseorang untuk meningkatkan
fungsi dan kualitas hidup dengan meningkatkan psychological flexibility
yaitu kemampuan untuk bertindak secara efektif sesuai dengan nilai-nilai
personal. ACT lebih bertujuan untuk meningkatkan penerimaan dari
pengalaman yang negatif, kecemasan, depresi, dan rasa sakit hati, pikiran
yang berkepanjangan.
 Penelitian lain yang dilakukan oleh Abdul Jalil, Budi
Keliat, dan Pujasari dengan judul “INSIGHT DAN
EFIKASI DIRI PADA KLIEN SKIZOFRENIA YANG
MENDAPATKAN TERAPI PENERIMAAN DAN
KOMITMEN DAN PROGRAM EDUKASI PASIEN DI
RUMAH SAKIT JIWA” menyatakan bahwa terapi
ACT sangat direkomendasikan sebagai terapi
keperawatan utama dalam merawat pasien skizofrenia
karena dalam penelitian ini didapatkan insight dan efikasi
diri klien meningkat secara bermakna setelah
mendapatkan terapi.
Kelebihan Jurnal
Kekurangan Jurnal

Anda mungkin juga menyukai