Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Klien Dengan Masalah Psikososial

‘Distress Spiritual’

DISUSUN OLEH :

1. Putri Dyah Puspitasari [17.035]

2. Ajeng Acnes Meylisa S. [19.001]

3. Aprilya Vera Damayanti [19.004]

4. Attala Enrico [19.005]

5. Kholifah Muji Fitri A. [19.012]

6. Lellya Imro’atus S. [19.013]

7. Wahyu Eko Febri S. [19.019]

8. Windi Putri Andini [19.020]


 PENGERTIAN DISTRESS SPIRITUAL

• Spiritualitas merupakan konsep yang sangat luas dan sulit didefinisikan. Secara historis spiritualitas lebih dekat dengan
keagamaan. Namun seiring berjalannya waktu konsep spiritualitas berkembang menjadi lebih luas. (Townsend, 2015)
• Distress spiritual adalah gangguan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan hidup melalui
hubungan dengan diri sendiri, orang lain, seni, music, literatur, alam, dan/atau kekuatan yang lebih besar dari pada diri
sendiri. (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016)
• Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang
dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya. (EGC, 2008)
• Distress spiritual muncul ketika kebutuhan spiritual tidak terpenuhi, sehingga dalam menghdapi penyakitnya pasien
mengalami depresi, cemas, dan marah kepada tuhan. (Monod, 2012)
 PENYEBAB DISTRESS SPIRITUAL

• Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik digunakan untuk melihat keadaan fisik pada klien. Pengkajian fisik biasanya digunakan pada korban tindak penganiayaan, contohnya
seperti abuse
2. Pengkajian Psikologis
Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang
bertentangan (Otis-Green, 2002).
3. Pengkajian Sosial Budaya
Dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien (Spencer, 1998). Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang penting bagi perkembangan
spiritual seseorang.
 KARAKTERISTIK DISTRESS SPIRITUAL

Karakteristik Distres Spritual menurut EGC (2008) meliputi empat hubungan dasar yaitu :
1. Hubungan dengan diri.
a) Ungkapan kekurangan
a. Harapan
b. Arti dan tujuan Hidup
c. Perdamaian /ketenangan
d. Penerimaan
e. Cinta
b) Marah
c) Kesalahan
d) Koping yang buruk
LANJUTAN

2. Hubungan dengan orang lain.

a. Menolak berhubungan dengan tokoh agama.

b. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga.

c. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung.

d. Mengungkapkan pengasingan diri

3. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam.

d. Ketidakmampuan mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan musik, menulis).

e. Tidak tertarik dengan alam.

c. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan


4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya.
a. Ketidakmampuan untuk berdo’a.
b. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan.
c. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan.
 TANDA DAN GEJALA DISTRESS SPIRITUAL

a. Verbalisasi distress
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual biasanya memverbalisasikan distress yang
dialaminya atau mengekspresikan kebutuhan untuk mendapatkan bantuan. Kepekaan perawat sangat
penting dalam menarik kesimpulan dari verbalisasi klien tentang distress yang dialami klien.
b. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi spiritual. Klien yang merasa
cemas dengan hasil pemeriksaan atau menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan
mungkin saja sedang menderita distress spiritual
c. Perasaan bersalah
Perasaan bersalah, rasa takut, depresi, dan ansietas mungkin menunjukkan perubahan fungsi spiritual.
 PATOFISIOLOGI DISTRESS
SPIRITUAL
Kozier (2004) juga mengidentifikasi beberapa faktor yang berhubungan dengan distres spiritual
seseorang meliputi masalah-masalah fisiologis antara lain diagnosis penyakit terminal, penyakit yang
menimbulkan kecacatan atau kelemahan, nyeri, kehilangan organ atau fungsi tubuh atau kematian bayi
saat lahir, masalah terapi atau pengobatan antara lain anjuran untuk transfusi darah, aborsi, tindakan
pembedahan, amputasi bagian tubuh dan isolasi, masalah situasional antara lain kematian atau
penyakit pada orang-orang yang dicintai, ketidakmampuan untuk melakukan praktek spiritual
(Carpenitto, 2002 dalam Kozier et al, 2004).
 STRATEGI PELAKSANAAN DISTRESS SPIRITUAL

1. Tindakan Psikoterapeutik
Tujuan tindakan keperawatan gangguan spiritual untuk pasien adalah agar pasien :
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.
c. Mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang diyakininya.

2. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
b. Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien.
c. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap spiritual yang diyakininya.
 MEKANISME KOPING DISTRESS SPIRITUAL

Menurut Mooss (1984) yang dikutip dari Brunner dan Suddarth menguraikan yang positif (Teknik
Koping) dalam menghadapi stress, yaitu :
1. Pemberdayaan Sumber Daya Psikologis (Potensi diri)
2. Rasionalisasi (Teknik Kognitif)
Dalam menghadapi situasi stres, respons individu secara rasional adalah dia akan menghadapi secara
terus terang, mengabaikan, atau memberitahukan kepada diri sendiri bahwa masalah tersebut bukan
sesuatu yang penting untuk dipikirkan dan semuanya akan berakhir dengan sendirinya
3. Teknik Perilaku
Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu individu dalam mengatasi situasi stres. Beberapa
individu melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam menunjang kesembuhannya
 PENATALAKSANAAN MEDIS

Jika klien mengalami distres spiritual atau mempunyai masalah kesehatan yang menyebabkan
keputusasaan, maka akan timbul perasaan kesepian. Klien akan merasa terisolasi dari orang yang
biasanya memberikan dukungan. Apapun keragaman intervensi yang mungkin dipilih oleh perawat
untuk klien, hubungan mengasihi dan saling memahami penting. Baik klien dan perawat harus merasa
bebas utnuk merelakan dan menemukan bersama makna penyakit yang dialami pasien dan dampaknya
pada makna dan tujuan hidup klien.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian :
a) Nama :
b) Usia
c) Jenis Kelamin
d) Pekerjaan
e) Alamat
B. Diagnosa
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi
B. Analisa Kasus

Data Fokus Masalah


DS : Distres Spiritual
o Klien mengatakan bahwa dirinya cemas.
o Klien mengatakan sulit tidur.
o Klien mengatakan takut bertemu orang tuanya.
o Klien mengatakan bahwa ia merasa tidak dicintai lagi.
o Klien mengatakan merasa bersalah kepada orang tuanya.
o Klien merasa tidak diterima dikeluarganya.
 
DO :
o Klien terlihat menunjukkan ekspresi cemas.
o Klien terlihat ketakutan.
o Klien datang ke klinik sendirian.
o Klien terlihat menangis.

C. Diagnosa Keperawatan
Distress Spiritual
 POHON MASALAH

Afek

Distress
Spiritual Masalah Utama

Koping individu
tidak efektif Couse
D . Intervensi

Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Distress spiritual b.d kejadian Individu akan : o Observasi faktor- faktor penyebab
hidup tak terduga o Melanjutkan pelaksanaan spiritual penunjang.
yang bukan merusak kesehatan. o Hilangkan atau kurangi faktor penyebab dan
o Mengekspresikan penurunan penunjang, bila mungkin.
perasaan bersalah dan ansietas. o Pembatasan dimungkinkan oleh rumah sakit
o Mengekspresikan kepuasan dengan atau lingkungan keperawatan.
kondisi spiritual. o Keterbatasan yang berhubungan dengan
proses penyakit atau aturan tindakan.
o Pemisahan dari artikel kitab suci, atau
lingkungan spiritual bermakna.
o Rasa takut menentang atau rasa malu.
E. Implementasi dan Evaluasi
Tanggal Implementasi Evaluasi

18 Maret 2018 o Mengobservasi faktor-faktor penyebab S : Klien mengatakan apa yang menjadi penyebab kecemasan yang dialami.
penunjang. O : Ketika klien menceritakan masalahnya klien menangis.
o Mengurangi faktor penyebab dan penunjang, bila A : Klien nampak sudah mampu menyadari kesalahan kemudian mau untuk
mungkin. berubah.
P : Menganjurkan klien untuk menerapkan rencana kegiatan yang telah di buat
bersama.

19 Maret 2018 o Pembatasan dimungkinkan oleh rumah sakit atau S : Klien mengatakan ingin berubah dan kembali seperti dahulu.
lingkungan keperawatan. O : Klien nampak bisa menerima kesalahannya.
o Keterbatasan yang berhubungan dengan proses A : Klien mampu untuk menjalankan ibadah seperti sebelumnya.
penyakit atau aturan tindakan. P : Memberi pengarahan lebih lanjut.

20 Maret 2018 o Memisahan dari artikel kitab suci, atau S : Klien mengatakan sudah menjalankan ibadah seperti dahulu dan rasa takut
lingkungan spiritual bermakna. dan cemasnya hilang.
o Rasa takut menentang atau rasa malu. O : Klien menggunakan hijabnya kembali dan tampak lebih tenang dan santai.
A : Klien mampu mempertahankan ibadahnya.
P : Menganjurkan klien untuk tetap beribadah dan lebih istiqomah.

Anda mungkin juga menyukai