DIGESTI
Agus Sjafarjanto, drh., M.Kes.
Ady Kurnianto, drh., M.Si
GEJALA UMUM PENYAKIT
SISTEMA DIGESTIVUS
1. Dysphagia
2. Hypersalivasi
3. Haematemesis
4. Melena
5. Dyschezia dan Haematochezia
6. Konstipasi dan Obstipasi
7. Vomit
8. Diare
DYSPHAGIA
• Dysphagia adalah gejala kesulitan menelan
• Kesulitan menelan dapat disebabkan :
- Ketidak mampuan mengunyah (mastikasi),
membentuk dan memindahkan bolus makanan
ke dalam oesophagus melalui oropharynx
(BEDAKAN dengan ANOREKSIA)
ETIOLOGI
DEFFERANSIAL DIAGNOSA
• Bedakan dysphagia dengan vomit atau regurgitasi dari
penyakit oesophagus
• Vomit berkaitan dengan kontraksi abdominal, sementara
pada dysphagia tidak
TERAPI
• Support nutrisi merupakan aspek penting dalam mengatasi
kondisi dysphagia.
• Pada dysphagia oral, pasien dapat menelan bila bolus makan
ditempatkan pada kaudal pharynx.
• Hati-hati agar tidak terjadi aspirasi pneumonia.
• Kepala dan leher dinaikkan akan mempermudah proses menelan
pada pasien dysphagia pharyngeal atau crycopharyngeal bila
tidak bisa, lakukan terapi cairan secara parenteral.
• Dysphagia tidak mudah diatasi dan pengobatan hendaknya
diarahkan pada penyebab penyakit.
• Berikan antibiotika spektrum luas dan kortikosteroid sebagai
antiinflammasi, bila tidak ditemukan penyakit yang spesifik.
HYPERSALIVASI
• Hypersalivasi suatu gejala terjadinya produksi saliva yang
berlebihan
• Hypersalivasi dikenal dengan sebutan Ptyalism atau Drooling.
• Pseudoptyalism ditandai adanya saliva yang berlebihan,
karena terakumulasi di dalam rongga mulut
• Pseudoptyalism produksi saliva tidak bertambah, namun saliva
tidak dapat ditelan shgg mengalami akumulasi
dan menyebabkan gejala yang mirip dengan
hypersalivasi
• Hewan muda :
- umumnya akibat problem kongenital (portosistemik shunt) atau
akibat menelan bahan kaustik, toksin atau benda asing.
ETIOLOGI
• Penyakit oral dan pharynx
• Benda asing, neoplasia, gingivitis, stomatitis, uremia, ingesti bahan kaustik
atau terbakar (menggigit kabel listrik)
• Syaraf atau neurologis
• Rabies pseudorabies pada anjing dan sapi, gangguan yang
menyebabkan dysphagia, gangguan yang menyebabkan syaraf fasial rusak
atau drop jaw, gangguan yang menyebabkan seizure
• Gastrointestinal, gangguan metabolik, hepatoencephalopati, hipertermia,
uremia
• Obat atau toksin
• Bisa (venom) laba-laba black widow, North American scorpion, gila monster.
• Bahan kaustik untuk pembersih peralatan rumah tangga atau kebun
• Pembasmi serangga (organofosfate, pyrethrin, pyrethroid, organochlorine),
ivermectin, obat kolinergik, asam bensoat, cafein, cocain, opiat.
PATOFISIOLOGI
• GEJALA KLINIS :
- Tenesmus, faeces sangat keras, jika pasien mengalami konstipasi
- Pasien dengan gejala haematochezia biasanya ditemukan massa
atau polip, lewat palpasi digital dan atau tangan pada rektum
• DIAGNOSIS :
- Differensial diagnosa, bedakan dari dysuria dan stranguria
TERAPI
• Berikan antibiotika infeksi bakterial.
• Berikan antiinflammasi colitis (R/. Sulfasalazine atau R/.
Prednisone).
• Berikan obat laxantia (R/. Lactulosa, R/. Docusate, R/. Docusate
calcium).
• Sebaiknya tidak memberikan bahan yang dapat meningkatkan isi
faeces (serat), kecuali memang ada indikasi colitis
• Laxantia digunakan untuk memudahkan defekasi pada penderita
penyakit rektoanal
• Penyakit rektoanal (fistula perianal atau hernia perinealis) tindakan
operatif
• Penderita strictura baloon dilatation
KONSTIPASI DAN OBSTIPASI
• Konstipasi defaekasi yang infrekuen, inkomplet atau
mengalami kesulitan
• Obstipasi konstipasi yang berkepanjangan, disebabkan
retensi faeces yg lama, keras dan kering dan hewan tidak
bisa melakukan defekasi
• Penyakit ini dikenal Faecal Impaction.
• Faktor risiko hewan mengalami melena :
- terapi obat-obatan, penyakit metabolik yg mengakibatkan
dehidrasi, hernia perineal (pada anjing jantan), pica,
memandikan hewan yang berlebihan, kurang minum,
fraktur pelvis
ETIOLOGI
• Diet, Tulang, rambut, benda asing, serat
• Lingkungan, kurang exercise, perubahan lingkungan, obat-obatan
• Antikolinergik, antihistamin, opioid, barium sulfat, antasida, kaopectolin,
supplementasi zat besi, diuretik, defekasi yang menyakitkan
• Penyakit anorektal (anal sacculitis, anal sac abses, anal striktura, anal spasmus,
prolapsus rektal, pseudocoprostasis), trauma (fraktur pelvis, fraktur kaki belakang,
dislokasi, luka gigitan, abses perineal)
• Obstruksi mekanik
• Ekstraluminal (penyembuhan fraktur pelvis dekat kanal pelvis, hipertrophi prostat,
prostatitis, neoplasia prostat, pseudocoprostasis), intraluminal dan intramural
(neoplasia atau polip pada kolon atau rektal, striktura rektal, divertikulum rektum,
hernia perineal, prolapsus rektal, atresia ani)
• Penyakit Neurologis : SSP (paraplegia, penyakit tulang belakang, penyakit cerebral),
syaraf perifer (dysautonomia, penyakit syaraf pada sakral), disfungsi syaraf kolon
intrinsik (idiopathic megacolon)
• Penyakit metabolik atau endokrinologik
• Gangguan fungsi otot polos kolon (hiperparatiroidism, hipotiroidism, hipokalemia (CHF
kronis)
PATOFISIOLOGI
• Konstipasi terjadi dengan penyakit yang menyebabkan
gangguan aliran faeces melalui kolon
• Transit faecal yang tertunda, menyebabkan hilangnya
garam dan air lebih banyak.
• Kontraksi peristaltik meningkat saat konstipasi namun
motilitasnya Terbatas, karena degenerasi otot polos secara
sekunder akibat overdistensi kronis.
GEJALA KLINIS
• Anamnesis mengalami tenesmus dengan volume faeces sedikit.
• Faeces keras, kering
• Defaekasi tidak frekuen
• Setelah merejan lama baru keluar faeces yang sedikit, kadang setelah
itu masih merejan lama
• Vomit dan depresi
• Pemeriksaan fisik :
- faeces masih di dalam kolon, hasil pemeriksaan yang lain tergantung
dari penyebab
• Pemeriksaan rektal :
- teraba adanya massa, striktura, hernia perianal, penyakit anal sac,
benda asing, pembesaran prostat, kanal pelvis yang sempit
DEFFENTIAL DIAGNOSIS
PATOFISIOLOGI :
• Pusat emetik (muntah) hanya diaktifasi oleh impuls syaraf dari berbagai
sumber :
1. Rasa takut, emosi
2. Kelainan intracranial (Comottio cerebri = gegar otak), hypoksia otak
3. Gangguan keseimbangan dan motion sickness (mabuk)
4. Gangguan visceral : gastritis, corpora aliena gastrointestinal,
peritonitis, neoplasia abdominal
5. gangguan pada organ dalam tubuh lainnya.
PATOFISIOLOGI
•
TERAPI
• Jangan berikan makanan atau susu yang sudah basi
• Recording data pemberian obat
• Beri obat penenang (sedasi)
• Pengawasan pemberian ransum pakan (sehat, bersih, aman, bergizi,
asli)
• Hilang agen penyakit :
1. Bakterial : Antibiotika gram negative atau broad spectrum (R/.
Chloramphenicole, R/. Thiamphenicole, R/. Bactrim, R/. Amoxicillin, dll)
2. Viral (Parvovirus, Bovine Viral Diarrhea, dll) : supportif, roborantia.
3. Parasit (cacing, protozoa) : Anthelmintika : R/. Mebendazole, R/.
Piperazine, R/. Thiabendazole, R/. Ivermectin, R/. Metronidazole
TERIMA KASIH