Anda di halaman 1dari 27

PENYAKIT PADA MULUT,

KELENJAR SALIVA, OESOPHAGUS


DAN LAMBUNG

Agus Sjafarjanto, drh., M.Kes


Ady Kurnianto, drh., M.Si.
STOMATITIS
• Stomatitis  inflamasi pada mukosa mulut
• Stomatitis terjadi :
- faktor lokal
- faktor sistemik
ETIOLOGI
a. Degeneratif
b. Anatomis (kongenital) : Malocclusi, retensi gigi susu (decidua), cleft
palatum (primer, sekunder)
c. Metabolik : Uremia, diabetes millitus, hipoparatiroidism
d. Nutrisional : Malnutrisi protein, malnutrisi kalori, hipervitaminosis A
e. Neoplastik : Malignant melanoma, squamous cell carcinoma, fibrosarcoma
f. Infeksius Bakterial : Penyakit periodontal, Ulceromembranous stomatitis
karena Fusobacterium dan Spirochaeta, Actinomyces, Nocardia,
Mycobacterium leprae, Leptospira spp.
g. Mikotik : Candida albican, Aspergillus dan Penicillinum (sebaran dari
rongga hidung), Blastomycosis, Histoplasmosis.
h. Viral : Jarang pada hewan besar ; hewan kecil  Feline viral rhino-
tracheitis, Feline calicivirus, Feline leukemia virus, Feline
immunodeficiency virus, Feline infectious peritonitis, Feline panleukopenia,
Canine distemper.
IMUNOLOGIS
• Reaksi hipersensitif  Induksi obat (toxic epidermal
necrolysis), gigitan serangga
• Penyakit autoimmun  Pemfigus vulgaris, Bullous
pemfigoid, Systemic Lupus Erythematosus (SLE),
Dyscoid Lupus Erythematosus
• Traumatik  Laserasi, lesi Cheek-chewers,
tersengat listrik, benda asing (tulang, kawat), gigitan
ular
• Idiopathic  Eosinophylic granulomatous, Vasculitis
• Toksik  Bahan kimia iritan, kemoterapi,
krisoterapi, toksin (Difenbachia, Thallium)
PATOFISIOLOGIS DAN GEJALA
KLINIS
• PATOFISIOLOGIS :
a) Lokasi dan keparahan penyakit bergantung pd penyebab
b) Kasus infeksi bakteri sekunder  gejala klinis lebih buruk

• GEJALA KLINIS :
1. Halitosis, rasa sakit, mulut terbuka, anoreksia, hipersalivasi
2. Perdarahan dari gusi atau mulut
3. Inflammasi atau ulcerasi pada rongga mulut
4. Akumulasi plaque atau tartar
DIAGNOSIS
• Pemeriksaan laboratorium  mendeteksi penyakit
sistemik
• Kultur  bakteri atau fungi
• Uji lab  uji imunologis, serologi
• Uji serum protein elektrophoresis
• Toksikologi
• Radiography  melihat adanya abnormalitas
dental atau tulang
TERAPI
• Terapi cairan  pada yang mengalami anoreksia
• Bila masih bisa menelan, berikan pakan yang lunak
• Lakukan dental prophylaxis  terapi periodontal / ektraksi gigi bermasalah
• Antimikrobial  infeksi bakterial primer atau sekunder :
- R/. Amoxicillin 12.5-25 mg/kg q12 jam PO
- R/. Clindamycin 11 mg/kg q12 jam PO
- R/. Metronidazole 10 mg/kg q12 jam PO atau 30 mg/kg q24 jam PO
• Anti inflamasi  hewan nyaman (tidak merasa sakit) sehingga mau makan
- R/. Prednison 0,5-1 mg/kg q12-24 jam PO, diturunkan hingga q48 jam.
• Topikal  menghilangkan plaque dan mempercepat kesembuhan jaringan
- R/. Larutan atau gel chlorhexidine 2-3 kali sehari
- R/. Larutan atau gel zinc organic acid
• Immunosupresif  berkaitan dengan immunologis, bergantung pada penyakit
spesifik
SALIVARY MUCOCELE
• Salivary mucocele  dikenal sublingual
gland and diet injury
• Salivary Mucocele :
- pengumpulan mukus saliva yang
di sebabkan buntunya saluran saliva
atau kerusakan jaringan saliva akibat
inflammasi
ETIOLOGI
1. Traumatik :
- akibat penetrasi benda asing atau gigitan
2. Inflammasi :
- berupa sialoadenitis atau adanya benda asing
3. Infeksi sekunder :
- Carnassial Abcess atau Neoplasia
GEJALA KLINIS
• Gejala bervariasi  tergantung tingkat keparahan
dan lokasi lesi
• Kelenjar sublingual  merupakan kelenjar saliva
yang sering terkena
• Kadang ditemukan rasa sakit, kadang tidak
• Hewan penderita  dysphagia, anoreksia, stridor,
haemorrhagi atau dyspnea
DIAGNOSIS
• Bedakan Salivary Mucocele dengan Sialoadenitis, Sialolith,
Neoplasia, Congenital Bronchial Cleft Cyst atau
Lymphoadenopathy
• Diagnosis peneguhan  FNA (fine needle aspiration), biopsi
atau sialography
• Uji hematologi  normal, kecuali bila disertai inflammasi, akan
tampak perubahan leukogram
• Hasil FNA  ditemukan warna grey gold dan mukus disertai
bercak darah
• Pewarnaan mukus spesifik dapat membantu (Periodic Acid
Schiff)

TERAPI
• Prinsip : tidak ada obat yang dapat digunakan.
• Terapi yang disarankan  tindakan operatif
• Lakukan drainage / lancing  untuk mengurangi / membuang hasil produksi
saliva, sehingga dapat keluar dari kelenjar
• Bisa dengan melakukan drainage secara periodik
• Tindakan definitif  melakukan drainage atau reseksi mucocele
• Biasanya kelenjar submandibula dan sublingual secara bersama-sama
direseksi
• Langkah alternatif  melakukan reseksi marsupialisasi atau redireksi aliran
saliva
• Amati abnormalitas pasca operasi.
• Disfungsi episodik jarang terjadi dan biasanya bersifat transient
• Kambuh umumnya dibawah 5% dan lebih disebabkan reseksi yang tidak total,
reseksi pada kelenjar yang salah atau adanya kerusakan kelenjar akibat
penanganan (iatrogenik).
• Prognosis  baik pada kasus yang tidak disertai penyakit lain
DIVERTIKULUM
OESOPHAGUS
• Suatu kondisi dimana oesophagus mengalami abnormalitas anatomis,
pembesaran atau dilatasi, sehingga terjadi ruang tempat berkumpul
atau akumulasi ingesta

• Kondisi ini terbagi menjadi 2 kategori tergantung penyebab :


1. Pulsi Divertikulum :
a. Divertikulum sesungguhnya  berkaitan dengan tekanan intraluminal
yang tinggi, menyebabkan herniasi pada muskosa muskularis
b. Secara histologis sisa jaringan berupa epithelium dan jaringan ikat.
2. Traksi Divertikulum :
- disebabkan tarikan dari luar pada jaringan ikat oesophagus dan
keempat lapisan penyusunnya (mukosa, submukosa, muskularis
dan adventitia) masih tetap ada
ETIOLOGI
A. Kongenital : kelemahan dinding oesophagus,
abnormalitas separasi embrional / pembentukan eksentrik
vacoule pada dinding oesophagus
B. Perolehan :
1. Pulsi  disebabkan tekanan intraluminal yg tinggi dan
regional peristalis abnormal, oesophagistis, striktura,
benda asing, neoplasia, megaoesophagus atau gangguan
motilitas
2. Traksi : proses inflammasi trachea, paru-paru atau
perikardium  menyebabkan pembentukan fibrous di
sekitar oesophagus
GEJALA KLINIS DAN
DIAGNOSIS
• Gejala Klinis :
- Regurgitasi postprandial (setelah makan), dysphagia,
berat badan turun, anoreksia, batuk / distress respirasi

• Diagnosis :
1. Haemogram  umumnya normal
2. Gambaran radiography  adanya udara atau massa
jaringan lunak di kranial diaphragma atau kranial inlet
thoraks
3. Gambar kontras oesophagus  tampak daerah oesophagus
yg mengalami dilatasi. Oesophaguskopi dapat dilakukan
untuk mengambil ingesta dan mengevaluasi mukosa
DIAGNOSIS DEFERENSIAL
• Oesophageal redundancy  akumulasi kontras
pada daerah inlet thoraks normal pada hewan
muda, terutama bangsa brachycephalic
• Dengan menjulurkan leher selama oesophagram
akan menghilangkan lesi tersebut
• Megaoesophagus  dibedakan dengan kontras
oesophagus atau endoskopi
TERAPI
• Jika divertikulum kecil dan tidak menyebabkan gejala klinis  pasien dapat
diterapi secara umum, dengan memberikan makan yang lunak dan kemudian
berikan air minum
• Jika divertikulum besar dan menimbulkan gejala klinis  pertimbangkan untuk
dilakukan tindakan operatif
• Kondisi ini menjadi predisposisi  terjadinya perforasi, fistula, striktura dan dehi
sensi pasca operasi
• Evaluasi  dilakukan bila hewan mengalami peningkatan suhu tubuh, dyspnea,
tachypnea, leukogram meningkat atau sepsis
• Terapi : Antagonis Histamin H2 (Cimetidine, Ranitidine)  bila hewan
mengalami oesophagitis kambuhan
• Berikan antibiotika  bila mengalami Aspirasi Pneumonia
• Hindari pemberian Metoclopramide  kecuali bila pasien mengalami ulcerasi
oesophagus / oesophagitis, akan menimbulkan efek pada sphincter oesophagus
bagian bawah (khusus kasus obstruksi pylorus)
MEGAOESOPHAGUS
• Penyakit ini dikenal  Achalasia
• Terjadinya dilatasi oesophagus dan hipomotilitas
• Gangguan tersebut  terjadi akibat gangguan primer /
sekunder
• Gangguan sekunder  obstruksi / disfungsi neuromuskular
• Congenital idiopathic megaoesophagus  menurun pada
Simple Autosomal Recessive dan Simple Autosomal
Dominant, atau 60% Penetrance Autosomal Recessive
• Congenital Megaoesophagus  gejala regurgitasi pertama
kali tampak pada saat disapih
ETIOLOGI
• Congenital Idiopathic Megaoesophagus
• Obstruksi oesophageal  terjadi adanya benda asing, striktura,
neoplasia, granuloma, vascular ring anomalies (persistent right aortic
arch), kompresi erioesophageal
• Penyakit neurologic dan neuromuskular  myasthenia gravis (focal or
generalized), polymyositis (Systemic Lupus Erythematosus [SLE]),
polyneuritis / polyradiculoneuritis, botulism, dysautonomia, gangguan
central nervous system (CNS), degenerative, infeksius/inflammasi,
neoplasia, traumatik pd brainstem dan spinal cord, kerusakan vagal
bilateral
• Penyebab lain  oesophagitis, hypothyroidism, hypoadrenocorticism,
thymoma (dengan Secondarily Acquired Myasthenia Gravis),
toksikosis (lead, thallium, acetylcholinesterase inhibitors)
PATOFISIOLOGI
• Motilitas oesophagus menurun atau tidak ada  menyebabkan
akumulasi atau retensi makanan dan cairan di dalam oesophagus
• Motilitas refleks oesophageal  bermula saat makanan merangsang
sensory afferents pada mukosa oesophagus, selanjutnya mengirim
pesan menuju pusat menelan di batang otak melalui syaraf vagus
• Pesan efferent dari lower motor neurons (LMN) pada nucleus
ambiguus travel melalui vagus  merangsang kontraksi otot lurik dan
polos oesophagus
• Lesi yang terjadi sepanjang jalur termasuk myoneural junction 
menyebabkan hipomotilitas oesophagus dan distensi
• Tidak seperti megaoesophagus manusia  meningkatnya tonus
sphincter pada oesophagus bagian bawah, jarang berkaitan
dengan terjadinya megaoesophagus
GEJALA KLINIS
• Terjadi regurgitasi pakan dan minum, berat badan turun atau
pertumbuhan terhambat, hipersalivasi, halitosis dan terdengar suara
saat menelan
• Reaksi sakit  dipalpasi pada cervical oesophagus
• Gejala lain  kelemahan, paresis atau paralisis, ataksia, gagging,
dysphagia, rasa sakit atau depresi, batuk, discharge nasal
mukopurulent dan dyspnea akibat Aspirasi Pneumonia.
• Perubahan lain berkaitan megaoesophagus  respiratori crackles,
tachypnea, pireksia, myalgia, lemah otot, atrofi otot, hiporefleksia,
defisit proprioceptive and postural, gangguan autonomik (mydriasis
dengan tidak adanya pupillary light reflex, nasal kering dan
membrana mukosa okular, diarrhea, bradikardi), defisit syaraf
kranial (khususnya SK VI, IX, dan X), paresis atau paralisis dan
perubahan mental.
DIAGNOSIS
• Penyakit obstruksi pharyngeal (benda asing, inflammasi, neoplasia,
cricopharyngeal achalasia) dan gangguan palatum 
menyebabkan regurgitation dengan motilitas oesophaguas normal
• Rasa sakit pharyngeal dan dysphagia  terjadi pada Obstructive
Pharyngeal Disease.
• Bedakan regurgitasi dari dysphagia and vomit
• Evaluasi :
- Titer reseptor antibody acetylcholine  Myasthenia Gravis
- Titer antibodi antinuclear untuk  SLE
- Stimulasi ACTH  fungsi adrenal
- Kadar T4/TSH  fungsi tiroid
- Tembaga dalam serum & kadar cholinesterase  toksisitas
TERAPI
• Sebagian besar dapat ditangani melalui rawat jalan
• Kasus dengan komplikasi aspirasi pneumonia, obstructive megaoesophagus,
atau penyakit neurologis berat  diperlukan rawat inap
• Pada kasus aspirasi pneumonia dan dehidrasi  diperlukan antibiotika dan
terapi cairan (fluid therapy)
• Pemberian pakan  posisikan kepala 45–90° dari lantai, biarkan pada
posisi demikian dalam 10–15 menit setelah pemberian pakan
• Pemberian pakan dalam bentuk gruel  mengurangi regurgitasi
• Pasien dengan regurgitasi berat  membutuhkan pemberian pakan melalui
feeding tube (gastrotomy tube)
• Tindakan operatif  kasus adanya benda asing di oesophagus atau
neoplasia atau untuk mengkoreksi anomali cincin vaskular.
• Tindakan operatif tidak akan memperbaiki motilitas oesophagus..!!!
• Sejauh ini tidak ada obat  digunakan untuk terapi megaoesophagus
TERAPI (lanjutan)
• Refluks Oesophagistis :
- R/. Sucralfate (0,5–1,0 g/PO q8h),
- R/. Famotidine (H2 blockers) 0,5 mg/kg PO q12–24h
- R/. Omeprazole (0,7 mg/kg PO q24h) .
- R/. Metoclopramide (0,2–0,5 mg/kg PO q6–8h) :
Mempercepat pengosongan lambung, meningkatkan tonus sphincter
gastroesophageal, dan sangat berguna pada kasus yang disertai
refluks oesophagitis atau sebab promernya adalah oesophagistis
• Antibiotika broad spektrum  pasien yang mengalami Aspirasi Pneumonia
• Pemberian secara parenteral atau enteral melalui feeding tube (gastrotomy
tube)  diperlukan pada kasus regurgitasi berat
• Bahan immunosuppressive  R/. Prednisone, R/. Cyclofosfamide, R/.
Azathioprine diperlukan pada kasus yang berkaitan dengan penyakit
immunolgis.
• Prednisone dan Acetylcholinesterase Inhibitors  R/. Pyridostigmine
digunakan untuk terapi Myasthenia Gravis
GEJALA KLINIS
• Batuk kering paroxysmal dan resonan : timbul setelah exercise (latihan), saat tali
leher ditarik, perubahan cuaca atau setelah makan,
• Retching (batuk berdahak) produktif setelah batuk,
• Dyspnoea atau Tachypnoea
• Suara Bronchial dan Vesiculer jelas dan ronchi,
• Pada kondisi yang parah, akan ditandai :
• Batuk basah produktif
• Rasa sakit di daerah dada
• Gogging, retching
• Vomit, Febris, Anoreksia, Depresi
• Exudat nasal mucopurulen
• Membrane mukosa hyperemis
• Frekuensi respirasi meningkat
• Suara Bronchial keras, berisik oleh cairan
• Setelah batuk, ada suara decak karena mucous
GEJALA KLINIS (lanjutan)
• Tidak selalu timbul batuk
• Sering bersin
• Conjungtivitis, Fotophobia
• Dehidrasi, Anoreksia
• Ulsera rongga mulut
• Hilangnya stimuli nafsu makan, karena radang
• Hypersalivasi
• Exudat nasal
• Suara Bronchial keras, berisik oleh cairan
• Setelah batuk, ada suara decak karena mucous

• Terapi : Periksa PRINSIP TERAPI !!!


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai