Anda di halaman 1dari 17

PATOFISIOLOGI SALURAN PENCERNAAN

Fitria Ramadhany Nuripto


31119185
1D-Farmasi
DIARE

Diare adalah penyakit yang membuat


penderitanya menjadi sering buang air
besar, dengan kondisi tinja yang encer.
Pada umumnya, diare terjadi akibat
makanan dan minuman yang terpapar
virus, bakteri, atau parasit.
Klasifikasi Diare
Diare kronis
Diare akut
Diare kronis yaitu diare yang berlangsung
Diare akut yaitu diare karena infeksi usus yang selama 2 minggu atau lebih. Sedangkan
bersifat mendadak, berhenti secara cepat atau berdasarkan ada tidaknya infeksi, dibagi diare
maksimal berlangsung sampai 2 minggu, namun spesifik dan non spesifik. Diare spesifik adalah
dapat pula menetap dan melanjut menjadi diare diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri,
kronis. Hal ini dapat terjadi pada semua umur dan virus, atau parasit. Diare yang disebabkan oleh
bila menyerang bayi biasanya disebut gastroenteritis
makanan disebut diare non spesifik.
infantil. Penyebab tersering pada bayi dan anak-
anak adalah intoleransi laktosa. Berdasarkan organ yang terkena, diare dapat
diklasifikasikan menjadi diare infeksi enteral
Setiap diare akut yang disertai darah dan atau lendir dan parenteral.
dianggap disentri yang disebabkan oleh shigelosis Diare persisten lebih ditujukan untuk diare
sampai terbukti lain. Sedangkan kolera, memiliki akut yang melanjut lebih dari 14 hari,
manifestasi klinis antara lain diare profus seperti umumnya disebabkan oleh agen infeksi.
cucian air beras, berbau khas seperti
Sedangkan, diare kronik lebih ditujukan untuk
“bayklin/sperma”, umur anak lebih dari 3 tahun dan
ada KLB dimana penyebaran pertama pada orang diare yang memiliki manifestasi klinis hilang-
dewasa kemudian baru pada anak. Sedangkan kasus timbul, sering berulang atau diare akut dengan
yang bukan disentri dan kolera dikelompokkan gejala yang ringan yang melanjut lebih dari 14
kedalam diare akut. hari, umumnya disebabkan oleh agen non
infeksi.
Penyebab Diare

1. Hygiene personal dan sanitasi.


2. Perilaku masyarakat.
3. Lingkugan hidup, rumah, iklim.
4. Kasus infeksi yang tinggi.
5. Kekurangan enzim.
6. Pendidikan dan sosio ekonomi.
7. Pengaruh psikis, terkejut, ketakutan.
Patofisiologi Diare

7. Diare sekretori dapat terjadi jika dalam


1. Diare adalah ketidakseimbangan antara saluran pencernaan terdapat zat-zat
absorpsi air dan sekresi air atau elektrolit. sejenis vasoaktif peptide intestinal atau
Pada keadaan normal, absorpsi air dan toksin bakteri yang meningkatkan sekresi
elektrolit lebih besar di bandingkan atau menghambat absorbs air atau
ekskresi. elektrolit dalam jumlah yang besar.
2. Empat mekanisme yang menyebabkan 8. Adanya gangguan absorpsi suatu zat
ketidakseimbangan dan elektrolit. dalam intestinal yang menyebabkan diare
3. Perubahan transfor aktif yang berakibat osmotic.
pada pengurangan absorpsi sodium (Na) 9. Inflamasi di usus halus yang
dan peningkatan sekresi klorida. menyebabkan diare eksudatif dan terjadi
4. Perubahan motilitasnsaluran sekresi mucus, protein atau darah dalam
pencernaan. usus halus.
5. Peningkatan osmolaritas luminal 10. Obat antimikroba dapat merubah
saluran pencernaan. flora normal dalam saluran pencernaan,
6. Peningkatan tekanan hidrostatik sedangkan obat lain seperti laksatif dapat
jaringan. meningkatkan motilitas saluran
pencernaan.
Gejala Diare

Gejala diare bervariasi, penderita bisa merasakan satu atau


lebih gejala. Namun, gejala yang paling sering dirasakan
penderita diare antara lain:
 Perut terasa mulas.
• Tinja encer (buang air besar cair) atau bahkan
berdarah.
• Mengalami dehidrasi.
• Pusing, lemas, dan turgor kering.
Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi kuman di
usus besar. Namun, diare yang berlangsung lama dapat
terjadi akibat radang di saluran pencernaan.
KONSTIPASI

Konstipasi atau yang dikenal juga dengan sebutan


sembelit adalah kondisi sulit buang air besar,
seperti tidak bisa buang air besar sama sekali atau
tidak sampai tuntas. Walaupun frekuensi buang air
besar setiap orang bisa berbeda-beda, seseorang
dapat dinyatakan mengalami konstipasi jika buang
air besar kurang dari 3 kali dalam seminggu.
Klasifikasi Konstipasi

Ada 2 jenis konstipasi berdasarkan lamanya


keluhan yaitu konstipasi akut dan konstipasi
kronis. Disebut konstipasi akut bila keluhan
berlangsung kurang dari 4 minggu. Sedangkan
bila konstipasi telah berlangsung lebih dari 4
minggu disebut konstipasi kronik. Penyebab
konstipasi kronik biasanya lebih sulit
disembuhkan.
Penyebab Konstipasi

Konstipasi atau sembelit paling sering terjadi karena tinja bergerak


terlalu lambat melalui saluran pencernaan atau tidak bisa
dikeluarkan secara efektif, sehingga menyebabkan tinja menjadi keras
dan kering. Beberapa faktor risiko di atas bisa menjadi pemicu
terjadinya kondisi tersebut.
Namun, konstipasi juga bisa menjadi gejala dari suatu penyakit,
seperti:
1. Penyakit pada usus atau rektum, seperti penyumbatan usus,
kanker usus besar, fisura ani, dan kanker rektum.
2. Gangguan saraf, yang biasanya terjadi pada pengidap penyakit
Parkinson, cedera saraf tulang belakang, stroke, dan multiple
sclerosis.
3. Gangguan pada otot penggerak usus, seperti pada dyssynergia.
4. Gangguan hormon, yang bisa disebabkan oleh diabetes,
hiperparatiroidisme, kehamilan, atau hipotiroidisme.
Patofisiologi Konstipasi

Pengeluaran feses merupakan akhir proses pencernaan. Sisa-sisa makanan yang


tidak dapat dicerna lagi oleh saluran pencernaan, akan masuk kedalam usus besar
( kolon ) sebagai massa yang tidak mampat serta basah. Di sini, kelebihan air dalam
sisa-sisa makanan tersebut diserap oleh tubuh. Kemudian, massa tersebut bergerak
ke rektum ( dubur ), yang dalam keadaan normal mendorong terjadinya gerakan
peristaltik usus besar. Pengeluaran feses secara normal, terjadi sekali atau dua kali
setiap 24 jam .
Kotoran yang keras dan sulit dikeluarkan merupakan efek samping yang tidak nyaman
dari kehamilan. Sembelit terjadi karena hormon-hormon kehamilan
memperlambat transit makanan melalui saluran pencenaan dan rahim yang
membesar menekan poros usus ( rektum ). Suplemen zat besi prenatal juga dapat
memperburuk sembelit. Berolahraga secara teratur, menyantap makanan yang kaya
serat serta minum banyak air dapat membantu meredakan masalah tersebut.
Gejala Konstipasi

d.Aktivitas sehari-hari terganggu


Menurut Akmal, dkk (2010), ada karena menjadi kurang percaya diri,
beberapa tanda dan gejala yang umum tidak bersemangat, tubuh terasa
ditemukan pada sebagian besar atau terbebani, memicu penurunan
terkadang beberapa penderita sembelit kualitas, dan produktivitas kerja.
sebagai berikut: e.Feses lebih keras, panas, berwarna
a.Perut terasa begah, penuh dan kaku. lebih gelap, dan lebih sedikit daripada
b.Tubuh tidak fit, terasa tidak nyaman, biasanya.
lesu, cepat lelah sehingga malas f.Feses sulit dikeluarkan atau dibuang
mengerjakan sesuatu bahkan terkadang ketika air besar, pada saat bersamaan
sering mengantuk. tubuh berkeringat dingin, dan
c.Sering berdebar-debar sehingga terkadang harus mengejan atupun
memicu untuk cepat emosi, menekan-nekan perut terlebih dahulu
mengakibatkan stress, rentan sakit kepala supaya dapat mengeluarkan dan
bahkan demam. membuang feses ( bahkan sampai
mengalami ambeien/wasir ).
Ulkus Peptikum

Ulkus peptikumperforasididefinisikan sebagai suatu defek


mukosa atau submukosa yang berbatas tegas yang
menembus lapisan muskularis mukosa sampai lapisan serosa
sehingga terjadi perforasi .
Ulkus gaster merupakan suatu gambaran bulat atau
semibulat/oval dengan ukuran lebih dari 5 mm dari
kedalaman submukosa pada mukosa gaster akibat
terputusnya kontinuitas/integritas mukosa gaster dengan
dasar ulkus ditutupi debris.
Klasifikasi Ulkus Peptikum

3.Berdasarkan bentuk dan


besarnya ulkus :
1. Berdasarkan waktu timbulnya :
• Bentuk bulat
• Akut
• Bentuk garis
• Kronis
• Bentuk ganda (multiple ulcer).
2. Berdasarkan letak ulkus
• Esofagus (jarang)
4. Berdasarkan dalamnya ulkus :
• Gaster
I.Mukosal
• Duodenum
II. Sub mukosal
• Jejunum (jarang)
III. Muskularisl
IV. Serosa
Penyebab Ulkus Peptikum

Ulkus peptikum bisa muncul pada lambung, duodenum (bagian


pertama usus kecil), atau kerongkongan (esofagus). Berikut
adalah beberapa penyebab ulkus peptikum yang perlu diketahui:
• Infeksi bakteri Helicobacter pylori.
• Penggunaan obat anti inflamasi non-steroid, seperti
ibuprofen, aspirin, atau diclofenac.
• Kebiasaan merokok dan minum alkohol.
• Stres yang tidak segera diatasi.
• Masalah kesehatan, seperti tumor pankreas dan
pengobatan radiasi pada area lambung.
Patofisiologi Ulkus Peptikum

Infeksi H. pylori
Infeksi H. pylori merupakan penyebab ulkus
peptikum terbanyak. Mekanisme kerusakan mukosa
Konsumsi NSAID
oleh bakteri H. pylori merupakan proses yang
kompleks, namun pada dasarnya bakteri H. pylori
Konsumsi nonsteroidal antiinflammatory drugs
mengandung enzim urease yang mampu
(NSAID) dalam jangka panjang dapat menyebabkan
memproduksi ammonia (NH3) dari urea. Amonia
terhambatnya produksi prostaglandin.
akan bereaksi dengan asam lambung (HCl)
Prostaglandin sendiri berfungsi dalam mengatur
membentuk monochloramine (NH2Cl).
aktivitas molekuler pada sel lambung, antara lain
mengurangi aktivitas sel mast dan menghambat
Amonia bersifat asam lemah. Adanya amonia
adhesi leukosit, serta mengatur kecukupan
menyebabkan kondisi lambung menjadi lebih basa,
peredaran darah untuk mukosa lambung.
sehingga menguntungkan bagi H. pylori. Selain itu,
amonia juga bersifat destruktif terhadap epitel
NSAID juga berperan langsung dalam kerusakan
lambung.
mukosa dengan mengerahkan neutrofil dan
memproduksi reactive oxygen species (ROS) yang
Infeksi H.pylori juga memicu reaksi radang. Sel
menimbulkan stress oksidatif.
radang yang berkumpul akan menginduksi nekrosis
sel lambung. H. pylori juga secara langsung
menstimulasi pembentukan reactive oxygen species
yang dapat menyebabkan stress oksidatif dan pada
akhirnya menyebabkan kematian sel.
Gejala Ulkus Peptikum

Gejala yang muncul adalah sakit maag


atau nyeri ulu hati. Nyeri tersebut
memiliki karakteristik sebagai berikut:
Gejala lain yang bisa muncul pada tukak
lambung adalah:
1. Berlangsung dalam hitungan menit
hingga jam.
1. Mual dan muntah
2. Hilang timbul selama beberapa hari,
2. Perut kembung
minggu, atau bulan.
3. Sering bersendawa
3. Memburuk di antara waktu makan,
4. Dada terasa seperti terbakar
saat malam hari, atau pagi-pagi
5. Hilang nafsu makan atau mudah
sekali.
kenyang.
4. Makin parah ketika perut kosong
6. Berat badan turun
atau tidak terisi makanan.
7. Sulit menarik napas
5. Reda bila perut diisi makanan atau
8. Lemas
setelah minum obat sakit maag,
tetapi kemudian akan muncul
kembali.
Daftar Pustaka

Mustafa M, Menon J, Muiandy RK, et al. Risk factor,


diagnosis, and management of peptic ulcer disease. IOSR J
of Dental and Med Sci, 2015. 14(7): 40-46.
Choudhary, A. Singh, Peptic Ulcer: A Review on
Epidemiology, Molecular Mechanism of Pathogenesis and
Management, 2014, 2(4) : 788-796.
Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi Untuk Para
Medis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai