Anda di halaman 1dari 55

Modul 4

inkontinensia
urin
Kelompok 4
Tutor : dr. nurfachanti fattah, m.kes
Kelompok 4
Haerul Ikhsan Haermiansyah 110 2015 0047
M. Farizan Atjo 110 2016 0032
Moudyana Lukman 110 2016 0077
Muhammad Al-Qidam Alqifari M. 110 2016 0087
Jumarti Ika Wulandari MZ 110 2016 0093
A Zihni Amalia 110 2016 0139
Masitha 110 2017 0002
Rahmi Utami 110 2017 0024
Widya Islamiyah Tahir 110 2017 0036
Yeyen Anugrah Harmin 110 2017 0037

2
Skenario 1
Anamnesis : Perempuan 79 tahun dibawa ke Rumah Sakit oleh keluarganya dengan
keluhan selalu mengompol. Keadaan ini dialami sudah sejak 6 bulan dimana penderita
sama sekali tidak dapat menahan bila ingin buang air kecil, sehingga kadang air
seninya berceceran di lantai. Tidak ada keluhan nyeri saat berkemih. Menurut
keluarganya sejak 2 minggu yang lalu penderita terdengar batuk-batuk, banyak lendir
kental dan agak sesak nafas, serta nafsu makannya sangat berkurang, tetapi tidak
demam. Penderita mempunyai 9 orang anak yang terdiri dari 4 laki-laki dan 5
perempuan. Riwayat sejak 10 tahun penderita mengidap kencing manis dan berobat
teratur dengan obat Glibenklamide 5 mg, tekanan darah tinggi dengan obat Captopril
25 mg dan kedua lutut sering bengkak dan sakit.

3
Skenario 1
Pemeriksaan fisik : Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah baring 180/80
mmHg dan duduk 160/80 mmHg, nadi 90x/menit, suhu aksiler 36,9 OC, pernapasan
23x/menit. Pada auskultasi paru-paru ditemukan adanya ronkhi basah kasar pada
bagian medial paru kanan dan kiri. Jantung, hati dan limpa kesan dalam batas normal.
Berat badan 80 kg dan tinggi badan 156 cm.
Pemeriksaan Penunjang : Pem. laboratorium kadar Hb 11,5 gr%, Leukosit 13.400
/mm3, GDS 273 mg/dl, ureum 61 mg/dl, kreatinin 1,84 mg/dl, asam urat 9,7 mg/dl.
Analisa urin : Sedimen leukosit : 1-3/lpb, Pemeriksaan toraks foto ditemukan adanya
perselubungan homogen di daerah medial kedua paru.
USG Abdomen tidak ditemukan kelainan.

4
Kata kunci
‐ Perempuan 79 tahun
‐ Keluhan selalu mengompol sejak 6 bulan yg lalu
‐ Tidak dapat menahan bila ingin buang air kecil
‐ Tidak ada keluhan nyeri saat berkemih
‐ Sejak 2 minggu lalu penderita batuk-batuk, banyak lendir kental, dan sesak nafas
‐ Riwayat kencing manis sejak 10 tahun yang lalu
‐ Penderita mempunyai 9 orang anak
‐ tekanan darah tinggi dengan obat Captopril 25 mg dan kedua lutut sering bengkak
dan sakit.
‐ Gula darah tinggi dan mengomsumsi obat Glibenklamide

5
Analisis skenario
Anamnesis
‐ Perempuan 79 tahun  Usia lanjut, menopause
‐ Selalu mengompol sejak 6 bulan lalu  Inkontinensia Urin
‐ Batuk-batuk, banyak lendir kental dan sesak nafas  Pneumonia
‐ Mempunyai 9 anak : 4 laki-laki dan 5 perempuan  Multipara
‐ Kencing manis sejak 10 tahun lalu dan berobat teratur dengan Glibenklamide 5 mg
 DM
‐ Tekanan darah tinggi dengan obat Captopril 25 mg  Hipertensi
‐ Kedua lutut sering bengkak dan sakit  OA

6
Analisis skenario
Pemeriksaan Fisik

Hasil Pemeriksaan Interpretasi


TD baring 180/80 mmHg
Hipotensi ortostatik
TD duduk 160/80 mmHg
Nadi 90x/menit Normal
Suhu aksiler 36,9OC Normal
Pernapasan 23x/menit Normal
Auskultasi paru : adanya ronkhi basah kasar pada bagian medial
Pneumonia
paru kanan dan kiri
BB 80 kg
IMT = 32,9kg/m2 (Obes II)
TB 156 cm

7
Analisis kenario
Pemeriksaan Penunjang

Hasil Pemeriksaan Normal Interpretasi


Hb 11,5 gr% 12 – 15 gr% Menurun
Leukosit 13.400 /mm3 4000 – 10.000/mm3 Meningkat
GDS 273 mg/dl < 110 mg/dl DM
Ureum 61 mg/dl 10 – 50 mg/dl Meningkat
Kreatinin 1,84 mg/dl 0.5 – 1.5 mg/dl Meningkat
Asam urat 9,7 mg/dl 2.4 – 5.7 mg/dl Meningkat
Sedimen leukosit 1-3/lpb 0 – 3/lpb Normal
Foto toraks : ditemukan adanya
perselubungan homogen di daerah medial - Pneumonia
kedua paru

8
Daftar masalah

Inkontinensia Diabetes Melitus


obesitas Hipertensi
Urin Tipe 2

Osteoarthritis Chronic Kidney


Pneumonia
Genu Disease (CKD)

9
Skala prioritas
Inkontinensia Urin
Terapi suportif non
Antikolinergik
spesifik
Non Farmakologis
Intervensi tingkah
laku Antispasmodik
Tatalaksana IU
Agonis adrenergik
Farmakologis Golongan
a

Estrogen topikal

Antagonis
adrenergik

11
Setiati S, Pramantara IDP. Inkontinensia Urin dan Kandung Kemih Hiperaktif. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2015:3774.
Inkontinensia Urin
Non Farmakologis

Terapi Suportif Non


Intervensi Tingkah Laku
Spesifik
• Edukasi • Latihan otot dasar panggul
• Manipulasi lingkungan • latihan kandung kemih
• Pakaian • penjadwalan berkemih
• Latihan kebiasaan

12
Setiati S, Pramantara IDP. Inkontinensia Urin dan Kandung Kemih Hiperaktif. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2015:3774.
Inkontinensia Urin

13
Setiati S, Pramantara IDP. Inkontinensia Urin dan Kandung Kemih Hiperaktif. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2015:3774.
pneumonia

Pneumionia Terapi suportif : istirahat,


pemberian cairan cukup dan
Virus nutrisi yang baik.

Pneumonia Antibiotik empirik terhadap


penyebab
Bakteri

14

Dahlan Z. Pneumonia. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2015:1610.
Obesitas

Merubah gaya hidup : merubah kebiasaan makan, meningkatkan aktifitas


fisik pada kegiatan sehari-hari, meluangkan waktu berolahraga secara teratur
Terapi diet : diet rendah kalori
Peningkatan aktifitas fisik
Terapi perilaku : pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan
aktifitas fisik, manajemen stress, dan dukungan social

15
Husnah. 2012. Tatalaksana Obesitas. Aceh: Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 12 Nomor 2 Agustus 2012.
Osteoarthritis
Edukasi

Non Terapi fisik dan


Farmakologis rehabilitasi

Tatalaksana OA Penurunan BB

Farmakologis Analgetik

16

Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2015:3199.
Hipertensi
Non Farmakologi
• Modifikasi gaya hidup
• Berhenti merokok
• Pengendalian berat badan
• Mengurangi stres mental
• Pembatasan konsumsi garam & alkohol
• Asupan Na untuk usia >70 tahun 1200 mg

Farmakologi
• Prinsip : start low go slow
• Hipertensi yang disertai DM dapat diberikan ARB  menurunkan resistensi insulin
• Thiazid dan loop diuretik tidak diberikan karena dapat menyebabkan hiperurisemia

17

Suhardjono. Hipertensi pada usia lanjut. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Interna Publishing; 2015.
Diabetes melitus
Lifestyle modification
Hyperglycemic lowering agents
Insulin
Kontrol gula darah , hindari pemakaian metformin dan obat-obat
sulfonilurea dengan masa kerja panjang. Jadi dapat diganti dengan
Thiazolidine, DPP 4 dan insulin
Target HbAIC untuk DM tipe 1 0,2 diatas nilai normal tertinggi, untuk DM tipe
2 adalah 6%

18

Rochmah, Wasilah. Diabetes Melitus Pada Usia Lanjut. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2015: 2420.
Chronic kidney disease (CKD)
Dilakukan pada populasi sehat dengan perilaku “ CERDIK ” yaitu
C: Cek kesehatan secara berkala,
E: Enyahkan asap rokok,
R: Rajin aktifitas fisik,
D: Diet sehat dengan kalori seimbang,
I: Istirahat yang cukup dan
K: Kelola stress
Menangani DM dan Hipertensi

19
kementerian kesehatan republik Indonesia DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULARDIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKITp2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/diagnosis-klasifikasi-pencegahan-terapi-penyakit-ginjal-kronis
DAFTAR PERTANYAAN
1. Apa saja perubahan fisiologi yg terjadi pada geriatri terutama pada sistem
urologi?
2. Definisi dan tipe-tipe inkontinensia urin?
3. Bagaimana mekanisme diuresis normal?
4. Bagaimana patomekanisme inkontinensia urin pada geriatri?
5. Jelaskan faktor resiko inkontinensia urin berdasarkan skenario?
6. Bagaimana hubungan riwayat paritas dengan keluhan pada skenario?
7. Bagaimana langkah-langkah diagnosis sesuai skenario?
8. Bagaimana pencegahan sesuai skenario?
9. Apa perspektif islam pada skenario?

20
1.
apa saja perubahan fisiologis
yang terjadi pada geriatri
terutama pada sistem
urologi?
Perubahan fisiologis yang terjadi pada
geriatri
Sistem Panca Indra Sistem gastro-intestinal

perubahan fungsional diantaranya


Perubahan yang bersifat degeneratif
gangguan mengunyah dan menelan,
pada anatomik & fungsional
perubahan nafsu makan sampai pada
Kemungkinan dapat terjadi :
• ektropion / entropion, berbagai penyakit, diantaranya adalah:
• ulkus kornea,
• Disfagia
• glaukoma dan katarak
• Hiatus hernia
• keadaan konfusio akibat
• Perubahan sekresi lambung
penglihatan terganggu
• Ulkus peptikum
• tuli konduktif,
• Divertikulosis
• sindroma meniere
• Pankreatitis
(keseimbangan)
• Sindroma malabsorbsi

22

Martono, Hadi.2016.Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).Edisi 5.Hal 63-71.Jakarta:Badan Penerbit FKUI.
Sistem kardiovaskuler Sistem endokrinologik
penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan penurunan toleransi glukosa, penurunan faktor
curah jantung, seperti kekuatan kontraksi, kecepatan hormonal, Kemungkinan dapat terjadi :
kontraksi pada keadaan latihan/exercise. Penyakit
yang dapat menyertai diantaranya : • DM
• Infark miokard akut • Osteoporosis
• Gagal jantung • Hipotensi • hipertiroid
• Embolus • Konfusio

Sistem Respirasi Sistem hematologik


Pertumbuhan SDP/SDM secara kualitatif tak berubah
Elastisitas paru, kekuatan otot dada menurun pada penuaan, tetapi sumsum tulang mengandung lebih
sehingga menurun rasio ventilasi-perfusi. Gerak sedikit sel hemopoitik, akibat stimuli pebuatan agak
silia di dinding sistem respirasi dan refleks batuk menurunan menurun. anemia pada usia lanjut antara lain adalah:
Rentan terjadi infeksi akut pada saluran nafas bawah
diantaranya : • Anemia defisiensi besi
• penyakit paru obstruktif / PPOK • Anemia megaloblastik
• penyakit infeksi akut/kronis
• • Anemia pada/akibat penyakit kronis
keganasan paru-bronkus
Sistem urogenital dan tekanan
darah

Perubahan ginjal, antara lain penebalan kapsula bouwman dan gangguan


permeabilitas terhadap solut yang difiltrasi. Nefron mengalami penurunan
dalam jumlah dan mulai atrofi. Aliran darah di ginjal pada usia 75 tahun
sekitar 50% dibanding usia muda. Apabila terjadi stres fisik (latihan berat,
infeksi, gagal jantung, dll.) ginjal tidak dapat mengatasi peningkatan
kebutuhan tersebut dan mudah terjadi gagal ginjal.

pembuluh darah sedang sampai besar pada usia lanjut mengalami berbagai
perubahan. Terjadi penebalan intima (akibat proses aterosklerosis) atau
tunika media (akibat proses menua) yang pada akhirnya menyebabkan
kelenturan pembuluh darah tepi meningkat. Hal ini akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah (terutama tekanan darah sistolik)

Martono, Hadi.2016.Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).Edisi 5.Hal 63-71.Jakarta:Badan Penerbit FKUI.
Infeksi dan Sistem syaraf pusat dan
imunologi otonom
Perubahan imunologik timus sudah mengalami akkibat proses menua pembuluh darah terjadi
resorbsi, infeksi cenderung menjadi berat pada penebalan intima akibat proses aterosklerosis dan
usia lanjut tunika media. Akibatnya sering terjadi gangguan
vaskularisasi otak yang berakibat dengan
terjadinya TIA, stroke, dan dementia vaskuler.

Sistem kulit dan


integumen Otot dan tulang
atrofi dari epidermis, kelenjar keringat, folikel
rambut serta berubahnya pigmentasi dengan
akibat penipisan kulit, Kuku menipis mudah bertambahnya usia, otot-otot mengalami atrofi,
proses perusakan dan pembentukan tulang
patah, rambut rontok
melambat, terutama pembentukannya dan sering
berakibat patah tulang baik akibat benturan
ringan maupun spontan.
25

Martono, Hadi.2016.Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).Edisi 5.Hal 63-71.Jakarta:Badan Penerbit FKUI.
2.
jelaskan definisi dan tipe-tipe
inkontinensia urin?
Inkontinensia urin

Keluarnya urin yang tidak terkendali pada


waktu yang tidak dikehendaki tanpa
memperhatikan frekuensi dan jumlahnya,
yang mengakibatkan masalah social dan
higienis penderitanya

27

Pranarka, Kris. 2015. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi Ke-5. Jakarta: Badan Penerbit FK UI.
Tipe-tipe inkontinensia urin

Inkontinensia
tipe akut

Inkontinensia
tipe persisten

Inkontinensia
tipe fungsional

28

Setiati, Siti dkk. 2014. Inkontinensia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta : Interna Publishing
3.
bagaimana mekanisme
diuresis normal?
Mekanisme diuresis normal

30

Setiati, Siti dkk. 2014. Inkontinensia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta : Interna Publishing
4.
bagaimana patomekanisme
inkontinensia urin pada
geriatri?
Patomekanisme inkontinensia urin pada
geriatri

↑Fibrosis dan
Penurunan Hormon berkurangnya Fungsi Kontraktil tidak
kandungan kolagen Inkontinensia Urin
Estrogen efektif
pada dinding kandung
kemih

32
Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono. Inkontinensia urin. Dalam : Buku ajar Geriatri kesehatan usia lanjut Ed. 5 Edit R. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 2015. Hal: 246-262
5.
jelaskan faktor resiko
inkontinensia urin sesuai
skenario?
Faktor resiko inkontinensia urin

Usia Jenis kelamin

Paritas

Riwayat
Obesitas
pengobatan

34
Buku Ajar Boedhi-Darmojo. 2015. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 5. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
6.
bagaimana hubungan riwayat
paritas dengan keluhan pada
skenario?
Hubungan riwayat paritas dengan
keluhan pada skenario

KELEMAHA
N OTOT INKONTINENSIA
MULTIPARA DASAR URIN
PANGGUL

36

Özlem Çınar Özdemır, PT, PhD, Yesim Bakar, PT, Nuriye Özengın, PT, Bülent Duran, MD. 2015. The effect of parity on pelvic floor muscle strength and quality of life in women with urinary incontinence: a cross sectional study. Turkey : J. Phys. Ther. Sci.
7.
bagaimana langkah-langkah
diagnosis sesuai skenario?
anamnesis
Riwayat penyakit sekarang :
Identitas pasien : Perempuan 79 Tahun
• Diabetes melitus tipe 2
Keluhan utama :
• Hipertensi
• Selalu mengompol, penderita sama
• Osteoarthritis
sekali tidak dapat menahan bila ingin
• Pneumonia
buang air kecil, sehingga air seninya
• Hipotensi ortostatik
berceceran di lantai
• Onset : 6 bulan Riwayat penyakit dahulu : -
Riwayat keluarga :
Keluhan penyerta :
• Mempunyai 9 orang anak
• Batuk-batuk, lender kental dan agak
Riwayat konsumsi obat :
sesak nafas
• Glibenklamid 5 mg
• Nafsu makannya berkurang
• Captopril 25 mg

38
Pemeriksaan
Fisik • Mata​​: tidak diketahui
• Tekanan Darah​: baring 180/70 mmHg dan • Paru​​: didapatkan ronki basah kasar di seluruh
duduk 160/70 mmHg ( hipertensi grade 2 JNC- lapangan kedua paru
7, hipertensi ortostatik) • Kardiovaskuler​:  dalam batas normal
• Pernapasan​​: 24 x/menit ( normal16-24 x/menit) • Abdomen : hepar dan limpa dalam batas normal
• Suhu​​: 37,o C (Normal) • Ekstremitas​​: badan sebelah kiri lemah oleh
• Berat Badan​​: 47 kg karena serangan strok sehingga berjalan tidak
• Tinggi Badan ​​: 165 cm stabil.
• IMT​​: BB/TB2 = 47/(1.65)2 = 17,2 kg/bb • Gangguan kognitif : Penilaian AMT
(underweight) ( abbreviated Mental Test)
• Kulit​​:  Menilai turgor, trauma, • Status Fungsional : merupakan kemampuan
kepucatan  tidak diketahui seseorg melaksanakan aktivitas hidup setiap
hari-harinya.

39

Tallis RC.; Fillit HM. (eds): Brocklehurst’s textbook of geriatric medicine and gerontology, ed 6, London, 2003, Churchill Livingstone.
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan laboratorium : Analisa urin :
• Hb 11,5 gr% • Sedimen leukosit : 1-3/lpb
• Leukosit 13.400 /mm3 Radiologi :
• GDS 273 mg/dl • Pemeriksaan foto thorax ditemukan
• ureum 61 mg/dl adanya perselubungan homogen di
• kreatinin 1,84 mg/dl daerah medial kedua paru.
• asam urat 9,7 mg/dl
• SGOT/SGPT :-
• Fraksi lipid : -
• Elektrolit darah : -

40
8.
bagaimana penanganan dan
pencegahan sesuai skenario?
Inkontinensia
urin Terapi suportif non
spesifik Antikolinergik
Non Farmakologis
Intervensi tingkah
Antispasmodik
Tatalaksana IU laku

Agonis adrenergik
Farmakologis Golongan a

Pencegahan Estrogen topikal


• Dekatkan kamar mandi.
• Hindari alkohol & kafein.
• Perbaikan gizi & hindari obesitas Antagonis
• cukup cairan dan serat dalam diet dan berolahraga secara adrenergik
teratur
• Latihan menahan berkemih
• Latihan dasar panggul

42

Nursalam. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika. World Health Organization. Global action plan for prevention and control of pneumonia. 2009.
pneumonia
Pneumionia Terapi suportif : istirahat,
pemberian cairan cukup dan
Virus nutrisi yang baik.

Pneumonia Antibiotik empirik terhadap


Bakteri penyebab

Pencegahan
Pemberian vaksin/ imunisasi 1 kali seumur hidup pada usia ≥ 60
tahun & diberikan 2 kali seumur hidup pada pasien dengan usia
< 60 tahun.

43
obesitas
Penatalaksanaan
Merubah gaya hidup : merubah kebiasaan makan, meningkatkan aktifitas fisik pada kegiatan sehari-
hari, meluangkan waktu berolahraga secara teratur
Terapi diet : diet rendah kalori
Peningkatan aktifitas fisik
Terapi perilaku : pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan aktifitas fisik, manajemen
stress, dan dukungan social

Pencegahan
• Pencegahan primer
• Pencegahan sekunder
• Pencegahan tersier
• mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluarnya energi
dengan cara pengaturan pola makan, peningkatan aktivitas fisik,
modifikasi gaya hidup serta dukungan secara mental dan sosial.
44
Hasdianah, H.R. 2014. Gizi Pemanfaatan Gizi, Diet, Dan Obesitas. Yogyakarta: Nuha Medika. Misnadiarly. 2010. Osteoartritis : Penyakit Sendi pada Orang Dewasa dan Anak. Jakarta: Pustaka Populer
Osteoarthritis
Penatalaksana
an Edukasi

Non Terapi fisik dan


Farmakologis rehabilitasi

Tatalaksana OA Penurunan BB

Farmakologis Analgetik

45
Osteoarthritis
pencegahan
• Berdiri, berjalan, mengangkat barang pada posisi yang benar
• Senantiasa berhati-hati
• Menekan lembut dengan hati-hati pada bagian yang bengkak dan kaku sambil memberi terapi
pemanasan sederhana dengan minyak oles atau krim balsem
• Untuk nyeri pada jari tangan, dianjurkan merendam tangan dalam campuran parafin panas
dengan minyak mineral pada suhu 45-520C atau mandi dengan air hangat.
• Menghindari setiap faktor risiko
• Istirahat atau proteksi terhadap sendi yang terkena
• Olahraga
• Menjaga berat badan agar senantiasa dalam kondisi seimbang
• Menjaga pola makan dan minum (diet) agar selalu baik dan seimbang sehingga pertumbuhan
sendi dan tulang rawan sempurna dan normal

46
Misnadiarly. 2010. Osteoartritis : Penyakit Sendi pada Orang Dewasa dan Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Diabetes melitus
penatalaksanaan
Lifestyle modification
Hyperglycemic lowering agents
Insulin
Kontrol gula darah , hindari pemakaian metformin dan obat-obat
sulfonilurea dengan masa kerja panjang. Jadi dapat diganti dengan
Thiazolidine, DPP 4 dan insulin
Target HbAIC untuk DM tipe 1 0,2 diatas nilai normal tertinggi, untuk DM tipe
2 adalah 6%

47
Diabetes melitus
pencegahan
 Pencegahan tingkat dasar:  Pencegahan tingkat pertama:
Mencegah timbulnya kebiasaan baru dalam Mempertahankan perilaku makan yang sehat
masyarakat atau mencegah generasi yang & seimbang .
sedang bertumbuh untuk tidak melakukan Mempertahankan berat badan normal
kebiasaan hidup yang dapat menimbulkan Melakukan kegiatan jasmani yang cukup
resiko terhadap beberapa penyakit.

 Pencegahan tingkat ketiga:


mencegah proses penyakit lebih lanjut, seperti
 Pencegahan tingkat kedua: perawatan & pengobatan khusus pada
Pem. Berkala & screening untuk penderita DM, TD tinggi, gangguan saraf
pencarian penderita dini. serta mencegah terjadinya cacat maupun
kematian karena penyebab tertentu, serta
usaha rehabilitas.

48

Wiryowidigdo Noor, N.N. 2002. Epidemiologi. Makassar. Lembaga Hasanuddin.Sidartawan, S. 2001. Pengalaman Klinis Pengobatan Diabetes Mellitus Tipe 2 (Volume 51). Jakarta Majalah Kedokteran Indonesia.
Hipertensi
penatalaksana
an
Non Farmakologi
• Modifikasi gaya hidup
• Berhenti merokok
• Pengendalian berat badan
• Mengurangi stres mental
• Pembatasan konsumsi garam & alkohol
• Asupan Na untuk usia >70 tahun 1200 mg

Farmakologi
• Prinsip : start low go slow
• Hipertensi yang disertai DM dapat diberikan ARB  menurunkan resistensi insulin
• Thiazid dan loop diuretik tidak diberikan karena dapat menyebabkan hiperurisemia

49
Hipertensi
• Intervensi untuk menurunkan TD di populasi dengan tujuan
menggeser distribusi tekanan darah kearah yang lebih rendah.
• strategi penurunan tekanan darah ditujukan pada mereka yang
mempunyai kecenderungan meningginya TD, termasuk yang
mengalami TD normal dalam kisaran yang tinggi (TDS 130-139
mmHg /TDD 85-89 mmHg), riw. keluarga, obesitas, tidak aktif
secara fisik & banyak minum alcohol dan garam.

50
Muljadi Budisetio. 2001, Pencegahan Dan Pengobatan Hipertensi pada Penderita Usia Dewasa. Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. 20(2): 104.
Chronic kidney
disease (CKD)
penatalaksanaan
Dilakukan pada populasi sehat dengan perilaku “ CERDIK ” yaitu
C: Cek kesehatan secara berkala,
E: Enyahkan asap rokok,
R: Rajin aktifitas fisik,
D: Diet sehat dengan kalori seimbang,
I: Istirahat yang cukup dan
K: Kelola stress
Menangani DM dan Hipertensi

51
Chronic kidney
disease (CKD)
pencegahan
Pencegahan CKD sebaiknya mulai dilakukan pada stadium dini
penyakit ginjal kronik
Pengobatan hipertensi (makin rendah tekanan darah makin kecil risiko
penurunan fungsi ginjal),
• Pengendalian gula darah, lemak darah & anemia
• peningkatan aktivitas fisik & pengendalian BB
• Mengatur pola makan & mengonsumsi obat
• Hindari konsumsi obat pereda nyeri golongan OAINS yang dapat
memperburuk kondisi ginjal.

52
Suwitra, K. 2007. Penyakit Ginjal Kronik. Aru WS, Bambang S, Idrus A, Marcellus SK, Siti S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 4 Jilid I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hlm 570-3.
9.
perspektif islam?
Perspektif islam
Artinya :
23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada
ibu bapak. Jika salah seorang diantaranya atau kedua-
duanya sampai berusianlanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-sekali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak
keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang
baik.
24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanyan dengan
penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku!
Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku pada waktu kecil” (QS. Al-Isra : 23-24)

54
THANKS!
Any questions?

55

Anda mungkin juga menyukai