Anda di halaman 1dari 64

FG 2

Adzani Indah Utami 1806139834


Ana Priyanti 1806139885
Annisa Ihda Tartila 1806203540
Carla Atsiilah Mayandina 1806139935
Elvira Dewina 1806203780
Fatwasari Insani kamil 1806140041
Izwal Wiranto 1806140060
Rizkah Afifah 1806203736

Cedera Cerebrovaskuler (Stroke)


OUTLINE
1. Anatomi Fisiologi Otak dan Overview Stroke
2. Etiologi dan Patofisiologi Stroke
3. Pengkajian dan Pemeriksaan Fisik
4. Pemeriksaan Laboratorium dan Pemeriksaan Diagnostik
5. Penatalaksanaan Farmakologis dan NonFarmakologis
6. Asuhan keperawatan dx: ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
7. Asuhan keperawatan dx: hambatan mobilitas fisik
8. Asuhan keperawatan dx: hambatan komunikasi verbal
Anatomi Fisiologi Otak
1. Anatomi Fisiologi Otak dan Overview Stroke
Forebrain (Otak Depan)
Terdiri dari :

1. Diensefalon
➔ Tersusun atas thalamus, hypothalamus, dan
epithalamus
1. Cerebrum
➔ Mengontrol kecerdasan, kreatifitas, memori
➔ Terdiri dari belahan kanan dan kiri yang
bergabung dengan korpus kolosum
➔ Terdapat ganglia basal untuk mengatur fungsi
motoric
1. Korteks serebral
➔ Bagian dari cerebrum, tersusun atas substansia
griseria
➔ Terbagi menjadi 4 lobus : lobus frontal, lobus
parietal, lobus temporal, dan lobus oksipital
(Black & Hawks, 2014)
Lobus Otak

Sherwood, L.(2016). Human Physiology from Cells to Systems (9th Ed). USA: Cengage Learning
Cerebellum
➔ Terdiri dari substansia alba dan griseria
➔ Pusat koordinasi untuk keseimbangan
dan tonus otot
➔ Fungsi : Koordinasi gerakan otot skelet
dan mengatur kekuatan otot untuk
menjaga keseimbangan tubuh dan
postur tubuh
➔ Kontrol serebral tubuh terletak di sisi
yang sama dimana sisi kanan
serebelum mengontrol sisi kanan
tubuh, dan serebelum kiri mengontrol
sisi kiri tubuh
(Ignatavicious et al., 2018)
Brainstem (Batang Otak)
Fungsi brainstem : pengaturan refleks fungsi vital tubuh
Terdiri atas :
1. Midbrain (Mesencephalon)
➔ Fungsi : pengantar stimulus pergerakan otot dari
dan ke otak
1. Pons
➔ Fungsi : menghubungkan midbrain dengan medulla
oblongata, sebagai pusat refleks pernapasan,
mempengaruhi tingkat CO2, dan aktivitas
vasomotor
1. Medulla oblongata
➔ Fungsi : pusat refleks pernapasan, bersin, menelan,
batuk, muntah, sekresi saliva, dan vasokontriksi
(Ignatavicious et al., 2018)
Overview Stroke
Stroke
Stroke merupakan gangguan
neurologis akibat adanya gangguan
suplai darah ke bagian otak. Stroke
dapat disebut juga dengan istilah
lain yakni cerebrovascular accident
(CVA) dan serangan otak (Lewis et
al., 2014)
Jenis-Jenis Stroke
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L., & Harding, M. M. (2014). Medical Surgical Nursing Assessment and Management of Clinical Problems. Mosby: Elsevier
Stroke Iskemik
Stroke Hemoragik
Faktor Risiko Penyebab Stroke

(Grossman & Porth, 2014)


Manifestasi Pasca Stroke
➔ Defisit motoric, meliputi gangguan mobilitas seperti hemiparesis
(kelemahan) dan hemiplegia (paralisis), gangguan fungsi menelan (disfagia),
dan gangguan gag refleks.
➔ Gangguan komunikasi, pasca stroke bisa terjadi aphasia, termasuk aphasia
ekspresif (ketidakmampuan untuk menghasilkan bahasa), aphasia reseptif
(hilangnya pemahaman), atau aphasia global (tidak mampu berkomunikasi
total). Juga, dapat mengalami dysarthria dimana kontrol otot bicara
terganggu sehingga pengucapan dan artikulasi yang kurang jelas.
➔ Gangguan intelektual, termasuk gangguan memori dan kemampuan
berpikir
➔ Gangguan eliminasi, termasuk inkontinensia urin dan fekal dimana ini juga
dikaitkan dengan ketidakmampuan untuk mengekspresikan kebutuhan
eliminasi

Lewis et al. (2014)


Etiologi dan Patofisiologi Stroke
2. Etiologi dan Patofisiologi Stroke

Berikut adalah penyebab (etiologi) stroke menurut Doenges, et.al , (2014) :

a. Stroke iskemik

● Trombotik pembuluh darah besar dan stroke emboli terjadi hipoperfusi, hipertensi, dan emboli
yang berpindah dari arteri besar ke cabang distal.
● Stroke trombotik pembuluh kecil biasanya berasal dari plak, diabetes melitus, atau hipertensi.
● Hasil stroke kardio emboli dari fibrilasi atrium, penyakit katup, atau trombus ventrikel.
● Jenis stroke iskemik lainnya disebabkan oleh hiperglikemia dan hiperinsulinemia, diseksi arteri,
arteritis, dan penyalahgunaan obat.
Etiologi dan Patofisiologi Stroke

b. Stroke hemoragik

● Disebabkan oleh perdarahan subaraknoid atau intracerebral dari kondisi seperti ruptur aneurisma,
malformasi arteriovenosa (AVM), trauma, infeksi, tumor, atau defisiensi pembekuan darah.
● Faktor risiko utama: hipertensi
Pengkajian dan Pemeriksaan
Fisik
Pengkajian Stroke

Anamnesa Pemeriksaan Fisik


Anamnesa
1. Kondisi klien saat ini, meliputi:
a. Gejala awal terutama onset dan durasi gejala,
b. penyakit bersifat intermenen atau kontinu, dan
c. perubahan-perubahan yang dialami oleh klien. Perubahan-perubahan umum yang dirasakan
saat klien terkena stroke diantaranya:
- Aktivitas/Istirahat
- Emosional
- Eliminasi
- Makanan/Cairan
- Nyeri/Kenyamanan
- Interaksi sosil
2. Pengobatan yang sedang dilakukan klien saat ini
Anamnesa
3. Riwayat dan penyakit lain yang diderita klien

Riwayat atau faktor risiko yang dimiliki seperti, hipertensi, penggunaan


kontrasepsi oral, pola gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan minuman
alkohol, berat badan berlebih atau obesitas, serta penyakit diabetes mellitus
(Doenges, 2012).

4. Riwayat keturunan keluarga

Baik keturunan hipertensi ataupun diabetes mellitus, dan keturunan Amerika atau
Afrika memiliki faktor risiko lebih tinggi (Doenges, 2012).
Pemeriksaan Fisik
Data pengkajian juga dapat diperoleh dari pemeriksaan fisik klien. Dimana penilaian meliputi pemeriksaan neurologis secara komprehensif
(Lewis, 2014). Pemeriksaan fisik diantaranya:

a. Pemeriksaan tanda-tanda vital klien

b. Pemeriksaan berat badan

c. Pemeriksaan neurosensori, meliputi:

- Kesemutan, kebas, dan kelemahan umumnya dilaporkan selama TIA


- Perubahan fungsi kognitif berupa memori, penyelesaian masalah dan pengurutan
- Mengalami kelemahan dan paralisis kontralateral pada ekstremitas, pegangan tangan tidak sama dan penurunan refleks random
- Mengalami paralisis atau paresis pada wajah
- Mengalami defisit visual berupa pandangan kabur, kehilangan penglihatan secara parsial, dan pandangan ganda
- Gangguan indra pengecapan dan penciuman
- Kesulitan dalam berbicara atau kesulitan memahami pembicaraan
Penilaian National
Institutes of Health
Stroke Scale
(NIHSS)

Sumber gambar: Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L., & Harding, M.
M. (2014). Medical-surgical nursing : assessment and management of clinical problems (9th
ed.). St. Louis: Elsevier.
Pemeriksaan Diagnostik dan
Penunjang
Outline
1. Computed Tomography Scan (CT scan)
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
3. Positron Emission Tomography (PET)
4. Computed Tomography Angiografi (CTA)
5. Digital Subtraction Angiography (DSA)
6. Ultrasonografi Transcranial Doppler (TCD)
7. Lumbal Pungsi (LP)
8. Skala Stroke
9. Tes darah
10.X-ray
11.Elektrokardiogram (EKG)

(Smeltzer, 2010)
Computed Tomography Scan
(CT Scan )
● Fungsi:
○ membedakan antara stroke iskemik dan hemoragik
○ membantu menentukan ukuran serta lokasi stroke.
● Cara kerja:
○ menunjukkan kelainan struktural serta adanya edema,
hematoma, iskemia, dan infark
● CT scan dapat digunakan untuk menilai efektivitas pengobatan
dan untuk mengevaluasi pemulihan
(Doenges, 2012)
(Lewis, 2014)
Magnetic Resonance Imaging (MRI)

● Fungsi:
○ membedakan antara stroke iskemik dan hemoragik
○ membantu menentukan ukuran serta lokasi stroke
● Cara kerja:
○ menunjukkan kelainan struktural dan adanya edema,
hematoma, iskemia, dan infark
● Menilai stroke ringan dalam otak

(Doenges, 2012)
Positron Emission Tomography (PET)

● merupakan prosedur pemeriksaan yang berguna untuk


mendemonstrasikan kecukupan aliran darah otak dan
metabolisme.
● Hasil yang abnormal akan menunjukkan kejadian iskemik

Doenges, (2012)
CT Angiografi (CTA)

● Prosedur yang menggunakan sinar-X dan pewarna buram yang


dapat memberikan visualisasi serebral pembuluh darah untuk
mengidentifikasi kelainan pembuluh darah di dalam otak
● Fungsi:
○ membantu menentukan penyebab spesifik stroke, seperti
perdarahan atau arteri yang tersumbat
○ mendeteksi lesi vaskular
○ menunjukkan lokasi oklusi atau ruptur
○ memberikan perkiraan perfusi
○ mendeteksi kecacatan di arteri serebral
(Doenges, 2012)
(Lewis, 2014)
Intraarterial Digital Subtraction
Angiography (DSA)
● DSA melibatkan suntikan agen kontras untuk memvisualisasikan
pembuluh darah di leher dan pembuluh besar lingkaran willis.
● DSA dianggap lebih aman daripada angiografi serebral karena
lebih sedikit manipulasi vaskular yang diperlukan

(Lewis, 2014)
Ultrasonografi Transcranial Doppler
(TCD)
● Pemeriksaan dengan mengukur kecepatan aliran darah di arteri
serebral.
● Fungsi:
○ mengidentifikasi masalah sirkulasi, seperti berkurangnya
aliran darah atau adanya plak aterosklerotik
○ mendeteksi mikroemboli dan vasospasme
○ mendeteksi SAH (subarachnoid hemorrhage) atau
perdarahan subarachnoid

(Doenges, 2012)
(Lewis, 2014)
Lumbal Pungsi (LP)
● Lumbal Pungsi (LP) dengan cairan serebrospinal (CSF) merupakan
pemeriksaan yang mengukur tekanan intraserebral.
● Hasil normal akan menunjukkan tekanan normal dan CSF terlihat
jelas tanpa perdarahan. Peninggian tekanan dan kemerahan sel
darah dalam cairan serebrospinal menunjukkan perdarahan
subaraknoid dan intraserebral.
● LP harus dilakukan jika dicurigai emboli septik dari endokarditis
bakterial
● LP harus dihindari jika pasien dicurigai mengalami obstruksi
foramen magnum atau tanda lain dari peningkatan TIK (tekanan
intrakranial)
(Doenges, 2012)
(Lewis, 2014)
Skala Stroke

● Skala stroke merupakan pemeriksaan dengan instrumen standar


yang mengukur banyak faktor, termasuk LOC (Level of
consciousness), respons motorik dan sensorik, dan bahasa, pada
skala numerik dari waktu ke waktu
● Semakin tinggi skornya, semakin parah gejala stroke

(Doenges, 2012)
Tes Darah

● Tes darah yang dilakukan untuk pemeriksaan diagnostik stroke


terdiri dari hitung darah lengkap (CBC), laju sedimentasi eritrosit
(ESR), panel metabolik, seperti ginjal dan glukosa
● Fungsi
○ membantu mengidentifikasi kondisi yang berkontribusi
terhadap stroke dan untuk memandu pengobatan.

(Doenges, 2012)
(Lewis, 2014)
X Ray
● X-ray merupakan pemeriksaan dengan mengevaluasi struktur
internal otak.
● Fungsi:
○ menunjukkan pergeseran kelenjar pineal ke sisi berlawanan
dari perluasan massa
○ menunjukkan kalsifikasi karotis internal pada trombosis
serebral
○ menunjukkan kalsifikasi parsial dinding aneurisma dapat
ditemukan pada perdarahan subarachnoid

(Doenges, 2012)
Elektrokardiogram (EKG)
● pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui embolus
yang berasal dari jantung.
● Dua puluh persen stroke adalah akibat dari fibrilasi atrium atau
emboli yang berhubungan dengan penyakit katup jantung,
disritmia, atau endokarditis

(Doenges, 2012)
Penatalaksanaan Farmakologis
dan NonFarmakologis
Non Farmakologi Stroke Iskemik

Intervensi
Pembedahan
Endovaskuler

(Smeltzer, 2010)
Farmakologi Stroke Iskemik
● Terapi trombolitik intravena
Pemberian recombinant tissue plasminogen activator (rTPA)
● Terapi trombolitik intra arteri
Untuk meningkatkan hasil terapi stroke dengan perbaikan
kanal middle cerebral artery (MCA)
● Terapi antiplatelet
Untuk meningkatkan kecepatan rekanalisasi spontan dan
perbaikan mikrovaskuler
● Terapi antikoagulan
Untuk mencegah kekambuhan stroke secara dini dan
meningkatkan outcome secara neurologis
(Smeltzer, 2010)
Non Farmakologi Stroke hemoragik

Pembedahan

(Unnithan, 2021)
Farmakologi Stroke Hemoragik

Terapi Terapi
Suportif Hemostatik

Terapi
Intracranial
Pressure (ICP)
(Unnithan, 2021)
Data Klien
Do:
● Klien ditemukan tidak sadarkan diri
DS:
● TD: 160/90 mmHg
● RR: 16x/menit
● Nadi: 88x/menit
● Pupil isoklor dan reaktif cahaya
● Papilledema
● Terapi heparin 5.000 unit
● Terapi Oksigen 5 L via kanul nasal
● Pemasangan infus 1000 ml D5½NS dalam 24 jam
(Smeltzer, 2010)
Asuhan keperawatan dx:
ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral
6. Asuhan keperawatan dx: ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Ketidakefektifan perfusi Mempertahankan tekanan Memonitor tekanan intracranial Menjaga tekana


jaringan serebral b.d intracranial klien serta respon neurologi klien intrakranial klien tidak
Oksigen di otak menurun terhadap aktivitas meningkat

Definisi: Penurunan oksigen menuju


serebral, yang mengakibatkan
kegagalan dalam memberikan
pasokan oksigen ke jaringan pada

Agar klien mendapat


tingkat kapiler (NANDA-I, 2018). - Mampu mempertahankan Memposisikan klien dalam
mendapat oksigen yang
tingkat kesadaran posisi semi fowler cukup
6. Asuhan keperawatan dx: ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Ketidakefektifan perfusi Klien dapat melakukan Mengkaji respon klien terhadap Menilai respon klien
jaringan serebral b.d aktivitas untuk memperbaiki stimulus terhadap stimulus
Oksigen di otak menurun perfusi jaringan serebral

Fungsi sensori dan motoric Menjaga jumlah cairan


Memonitor intake dan output
membaik yang masuk
cairan

Memonitor apakah terdapat Untuk mengetahui lebih


tanda-tanda perdarahan dini jika terjadi
perdarahan kembali
6. Asuhan keperawatan dx: ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Ketidakefektifan perfusi Tanda vital klien menunjukkan


Memonitor TD, nadi, suhu, dan Menjaga tanda-tanda vital
nilai dalam rentang normal
jaringan serebral b.d RR klien tetap pada rentang
Oksigen di otak menurun normal

Memonitor apakah terjadi Mengetahui sedini


sianosis perifer, dan mungkin jika klien
mengidentifikasi penyebab mengalami sianosi
terjadinya perubahan tanda
vital pada klien

Memastikan bahwa klien


Memonitor suhu, warna kulit
tidak mengalami hipotermia
dan kelembapan pada kulit ataupun hipertermia
Asuhan keperawatan dx:
hambatan mobilitas fisik
7. Asuhan keperawatan dx: hambatan mobilitas fisik
Asuhan keperawatan dx:
hambatan komunikasi verbal
8. Asuhan keperawatan dx: hambatan komunikasi verbal

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Gangguan komunikasi verbal b.d Klien memperlihatkan


Mandiri: Mandiri:
kehilangan kontrol otot facial atau peningkatan kemampuan
oral. berkomunikasi membantu menentukan
Kaji tipe/derajat disfungsi seperti daerah dan derajat
spontan, tidak tampak kerusakan serebral yang
terjadi
memahami kata/mengalami
kesulitan berbicara

Pengertian Klien mampu menerima dan Bedakan antara afasia dan Intervensi yang diberikan
Pengertian: Penurunan, pelambatan, menginterpretasikan pesan disatria sesuai dengan tipe
atau ketiadaan kemampuan untuk verbal dan/atau nonverbal kerusakannya
menerima,

memproses, mengirim, dan/atau Klien mampu berbicara secara Memperpanjang komunikasi Menyediakan sarana
menggunakan sistem symbol lisan, tulisan, nonverbal dan verbal dengan intervensi terapi komunikasi lisan untuk
(Nanda, 2018) mengekspresikannya bicara klien
8. Asuhan keperawatan dx: hambatan komunikasi verbal
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Gangguan komunikasi verbal b.d Klien mampu menerima dan Mempersiapkan klien
Kembangkan metode alternatif
kehilangan kontrol otot facial atau menginterpretasikan pesan dengan sarana komunikasi
oral. verbal dan/atau nonverbal berkomunikasi sebelum jika kemampuan berbicara
hilang
kehilangan keterampilan verbal,
seperti berkedip untuk “iya” dan
“tidak

Klien mampu mengekspresikan Meminta klien untuk mengikuti Melakukan penilaian


pesan verbal dan/atau non perintah sederhana terhadap adanya
verbal yang bermakna kerusakan sensorik

Minta klien untuk mengucapkan Mengidentifikasi adanya


suara sederhana disatria sesuai komponen
motoric dari bicara
(seperti: lidah, gerak bibir,
kontrol napas)
8. Asuhan keperawatan dx: hambatan komunikasi verbal

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Gangguan komunikasi verbal b.d Memberikan komunikasi


Berikan metode alternatif
kehilangan kontrol otot facial atau tentang kebutuhan berdasarkan
oral. seperti menulis di papan tulis keadaan yang mendasarnya

Mempercepat proses
Kolaborasi:
penyembuhan
Konsultasikan kepada ahli
terapi bicara
Daftar Pustaka
● Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawawatan medikal bedah : Manajemen
klinis untuk hasil yang diharapkan (8th Ed). Jakarta : Salemba Medika.
● Grossman, S. C., & Porth, C. M. (2014). Porth’s pathophysiology: Concepts of
altered health states: Ninth edition. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins.
● Ignatavicious, D. D., Workman, M. L., Rebar, C., & Heimgartner, N. M. (2018).
Medical-Surgical Nursing: Concepts for Interprofessional Collaborative Care (9th
Ed). Mosby : Elsevier Inc.
● Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L., & Harding, M. M.
(2014). Medical Surgical Nursing Assessment and Management of Clinical
Problems. Mosby : Elsevier.
Daftar Pustaka
● Smeltzer, S. C., Bare, B.G., Hinkle, J. L., Cheever, K. H. (2010). Brunner & Suddarths
Textbook of Medical Surgical Nursing (Two Volume Set) 12th ed. China: Lippincott
Williams & Wilkins.
● Unnithan, A. K. A, Mehta, Parth. (2021). Hemorrhagic Stroke. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559173/
Daftar Pustaka
● LeMone, P., Burke, K. M., Bauldoff, G., Gubrud-Howe, P., Levett-Jones, T., Dwyer, T., … Raymond, D. (2017).
Medical surgical nursing: critical thinking for person centred care (3th ed.). Melbourne: Pearson Education. p:1547
● NANDA-I. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.
● Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Text Book of Medical-Surgical Nursing 12th
Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
● White, L., Duncan, G., & Baumle, W. (2013). Medical-Surgical Nursing : An Integrated Approach. Journal of
Chemical Information and Modeling (Vol. 53). https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
● Wilkinson, J. M. (2014). Buku saku diagnosis keperawatan: Diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC
(Esty Wahyuningsih, Alih bahasa).Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai