Anda di halaman 1dari 34

Ekonomi Pangan dan Gizi

Niken Widyastuti Hariati, S.Gz., M.Kes


DEFINISI KEPENDUDUKAN

Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari


dinamika kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran,
struktur, dan distribusi penduduk serta bagaimana jumlah
penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian,
migrasi, serta penuaan.

Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara


keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan criteria
seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas
tertentu.
Tujuan Demografi :
• Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam
suatu daerah tertentu
1

• Menjelaskan pertambahan penduduk masa lampau,


penurunan, persebaran dengan data yang tersedia
2
• Mengembangkan hubungan sebab akibat antara
perkembangan penduduk dengan bermacam-macam
3 aspek organisasi sosial

• Mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk di masa


akan datang
4
MASALAH GIZI DITINJAU DARI SEGI KEPENDUDUKAN
Proses terjadinya akibat faktor lingkungan dan manusia yang didukung oleh
kekurangan asupan zat gizi. Akibat kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi
pada ubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila keadaaan ini
berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi
kemerosotan jaringan. Masalah gizi adalah gangguan kesehatan seseorang
atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak seimbangnya pemenuhan
kebutuhannya akan zat gizi yang diperoleh dari makanan.

• Gangguan gizi mikro hanya dikenal dalam bentuk gizi


Masalah Gizi kurang zat gizi mikro tertentu, seperti kurang zat besi,
Mikro kurang zat yodium dan kurang vitamin A

• Kurang energi protein yang telah menjadi perhatian para


pakar gizi selama puluhan tahun
Masalah Gizi • Berdasarkan data Susenas,prevalensi gizi buruk dan kurang
Makro pada balita berhasil diturunkan dari 35,57% tahun 1992
menjadi 24,66% pada tahun 2000.
Disamping itu, tingkat kematian anak-anak di bawah umur 4 tahun masih
tinggi. Dari setiap 1.000 bayi yang lahir hidup setiap tahun, 125-150
meninggal sebelum umur 1 tahun. Gejala tingkat kematian yang tinggi
tersebut merupakan suatu tanda bahwa keadaan gizi penduduk masih belum
baik. Tingkat kematian yang tinggi tersebut antara lain disebabkan para Ibu
hamil selama masa kandungannya kurang mendapatkan asupan kalori protein
yang cukup.

Masalah gizi yang timbul diatas salah satu penyebabnya dikarenakan faktor
demografi. Untuk Negara berkembang seperti Indonesia, masalah
melonjaknya tingkat pertumbuhan penduduk yang menyebabkan kepadatan
penduduk masih sulit untuk diatasi. Tingkat kepadatan penduduk akan
mempengaruhi permintaan jumlah pangan yang dibutuhkan. Permintaan
jumlah pangan lebih cepat daripada produksinya.

Kesenjangan
Pertumbuhan penduduk
Produksi dan
relative tinggi
Kebutuhan Pangan
KEPENDUDUKAN DAN KAITANNYA
DENGAN GIZI
Jumlah penduduk yang melonjak drastis akan semakin berpengaruh di
semua sektor bagi  negara yang masih berkembang seperti Indonesia.
Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan 10 tahun sekali diperoleh
jumlah penduduk Indonesia sebagai berikut :
268.015 juta jiwa

Tahun 2004
Tahun 1990 = 238.452
= 179.321 juta jiwa
Tahun 1980 juta jiwa
= 147,5 juta
jiwa
Tahun
1971 =
119,2 juta
Tahun jiwa
1961= Saat ini?
97,1 juta
jiwa
Kepadatan penduduk yang relative terus meningkat akan menimbulkan
banyak masalah. Stabilitas penduduk dimasa lalu dilakukan dengan
mengimbangi angka kelahiran dan kematian. Terpeliharanya gizi dalam
jangka panjang tidak hanya akan membatasi besarnya keluarga, tetapi
program gizi juga secara langsung merupakan mekanisme operasional
untuk mendorong keluarga berencana.

Sebagaimana pemberantasan gizi kurang pada anak dan ibu bisa


mendorong  keluarga kecil sejahtera, pembatasan jumlah keluarga juga
bisa membantu memperbaiki gizi dan keselamatan bayi. Perbaikan gizi
akan memperkecil keguguran dan memperpanjang masa reproduksi.
Pendidikan kependudukan merupakan media untuk
memperluas kesadaran tersebut. Pertumbuhan
penduduk yang cepat merupakan isu sentral yang
dihadapi dunia, terlebih di negara berkembangan
termasuk Indonesia. Kualitas hidup sangat tergantung
kepada ketersediaan sumberdaya yang dimiliki oleh
individu dan masyarakat, serta berbagai mengelola dan
memanfaatkan sumber daya.
FAKTOR PENYEBAB NATALITAS DAN
MORTALITAS

1. Biologis
Keadaan gizi kurang yang lama pada wanita dapat mengakibatkan
ganguan pada siklus haid.Wanita yang menyusui anaknya dapat
memperpanjang waktu untuk tidak memperoleh haid kembali,masa
berhentinya haid setelah melahirkan dapat di gunakan sebagai
kontrasepsi alamiah. Status gizi yang rendah akan menurunkan
resistensi tubuh terhadap infeksi penyakit, sehingga banyak
menyebabkan kematian terutama pada anak-anak balita
(mempengaruhi angka mortalitas). Melahirkan bayi pada usia muda
atau terlalu tua mengakibatkan kualitas anak yang rendah dan juga
merugikan kesehatan ibu. Jarak kehaliran yang terlalu dekat juga akan
menyebabkan hal serupa.
2. Sosio Budaya dan Ekonomi
Beberapa kelompok masyarakat memiliki presensi untuk memperoleh
anak laki-laki sebagai penerus nama keluarga atau marga dan
menanggung orang tua di masa lanjut usia. Di Indonesia ada anggapan
bahwa “banyak anak banyak rejeki” (adanya kepercayaan bahwa anak
adalah karunia Allah sehingga tak perlu membatasi besarnya keluarga).
Di beberapa Negara banyak terjadi pernikahan pertama pada usia sangat
muda (15-19 tahun).

3. Pendidikan
Wanita yang berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan biasanya
mempunyai anak yang lebih banyak dibandingkan wanita berpendidikan
lebih tinggi.Frekuensi kehamilan dan melahirkan akan menyebabkan ibu
berpeluang  besar untuk mengalami gangguan kesehatan dan
menyebabkan angka kematian ibu dan anak tinggi .Di Indonesia  AKI
masih sangat tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya, yaitu
mencapai 334/100.000 kelahiran pada tahun 2000.
4.   Kebijakan
a. Pengendalian pertumbuhan penduduk,terutama dilakukan untuk
lebih menurunkan angka kelahiran melalui gerakan KB mandiri
yang semakin meningkat.
b. Penurunan tingkat kematian,khususnya kematian ibu saat
persalinan,kematian bayi,kematian anak balita melalui program
pelayanan kesehatan terpadu.
c. Pengarahan morbiditas dan penyebaran penduduk dengan
memperhatikan  kemampuan daya dukung alam, sesuai tata ruang
yang ada serta mendukung peningkatan kesejahteraan ketahanan
penduduk serta keluarga.
d. Memberikan kesempatan kepada penduduk usia lanjut untuk
berperan dalam pembangunan dan menikmati hari tuanya sebagai
penduduk usia lanjut yang sejahtera.
5. Pengetahuan dan Teknologi
Kemajuan IPTEK kedokteran dan pelayanan kesehatan mengakibatkan
penurunan angka kematian dan penigkatan usia harapan hidup.
Angka kematian bayi di beberapa negara berkembang menunjukkan
kecendurangan menurun. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya
jumlah anak yang mendapatkan imunisasi  untuk mencegah penyakit-
penyakit infeksi yang mematikan. IPTEK yang berkembang baik telah
menghasilkan berbagai teknik kontrasepsi yang memungkinkan
pasangan suami istri untuk memilih jenis KB.
6. Struktur Kependudukan
Struktur penduduk sering digambarkan dalam bentuk piramida
penduduk. Hasil pembangunan nasional,khususnya dalam bidang
kependudukan dan keluarga sejahtera  telah menghasilkan perubahan
ciri kependudukan dan keluarga sejahtera telah menghasilkan perubahan
ciri kependudukan dengan piramida melebar menuju ke atas. Struktur
tersebut berciri penduduk golongan muda (di atas 15 tahun) yang tinggi
dan diatas 60 tahun yang tinggi dengan massa tua yang semakin panjang.
Struktur ini mencerminkan proporsi usia subur yang tinggi dengan
potensi melahirkan yang tinggi.
Dampak pertambahan penduduk akan berakibat pada
1. Ketersedian sumber daya dan kelestaraian lingkungan,
2. Ketersediaan pangan,
3. Kesehatan masyarakat (ibu dan anak),
4. Kesempatan memperoleh pendidikan,
5. Kesempatan kerja
6. Kompetisi pemanfaatan lahan yang dapat mengancam keberadaan
lahan pertanian subur. Konversi lahan pertanian menjadi isu sentral
bagi pemantapan ketahanan pangan (ketersediaan pangan), karena
lebih 60% produksi pada nasional dihasilkan di pulau jawa.
• Suatu saat, besar kemungkinan manusia di dunia ini akan
mengalami bencana kurang pangan, saat teknologi produksi
pangan berkembang dengan pesat dan sisi lain angka kelahiran
berhasi di tekan dengan KB. Pertumbuhan penduduk merupakan
isu sentral yang dihadapi dunia, terlebih negara berkembang.

• Konsekuensi yang harus dihadapi dari peristiwa tersebut yaitu,


apakah peningkatan ketersediaan pangan mampu mengimbangi
pertambahan penduduk. Adanya dinamika kependudukan,
berkaitan dengan pengelolaan SDA untuk pembangunan ekonomi
termasuk kesehatan,serta perkembangan IPTEK. Salah satu faktor
penyebab natalitas dan mortalitas adalah faktor biologis.
Ibu hamil yang mempunyai status gizi yang baik memiliki kemampuan
yang tinggi untuk melahirkan anak yang sehat dengan bobot badan lahir
yang normal dengan risiko kematian bayi yang rendah.Jika bayi lahir
dengan BBLR, menunjukkan kecendurangan untuk lebih mudah menderita
berbagai macam penyakit infeksi dan hal itu merupakan penyebab
tingginya tingkat kematian pada kelompok ini.Pembatasan jumlah keluarga
juga bias membantu memperbaiki gizi dan keselamatan bayi.
Dibandingkan dengan keluarga kecil,jumlah anak yang kelaparan dari
keluarga besar hamper empat kali lebih besar.
TEORI MALTHUS
Yang dimaksudkan teori Malthus adalah bahwa populasi manusia
bertambah lebih cepat dari pada produksi makanan,sehingga
menyebabkan manusia bersaing satu sama lain untuk
memperebutkan makanan dan menjadikan perbuatan amal sia-
sia.
Analisis-analisis pemikiran Malthus adalah sebagai berikut:
Keseimbangan penduduk dengan daya dukung dan daya tampung
sudah dipersoalkan sejak dahulu oleh para filsuf Cina,Yunani, dan
Arab, seperti Confucius, Plato, Aristoteles  maupun Kalden.
Bencana kelaparan (famine) dan kematian langsung dikaitkan
dengan faktor ketidak seimbangan jumlah  penduduk dengan
potensi lingkungan alam, khusus penyediaan bahan makanan.
• Malthus menyatakan bahwa penduduk cenderung melampaui
pertumbuhan persediaan makanan. Teori Malthus jelas menekankan
tentang pentingnya keseimbangan pertambahan penduduk dan persediaan
bahan makanan. Teori Malthus tersebut sebetulnya sudah mempersoalkan
daya dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan. Tanah sebagai
suatu komponen lingkungan alam tidak mampu menyediakan hasil
pertanian untuk mencukupi kebutuhan jumlah pendudk yang terus
bertambah dan semakin banyak. Daya dukung tanah sebagai komponen
lingkungan menurun, karena beban manusia yang semakin banyak.
• Jumlah penduduk yang terus bertambah dapat mempercepat eksploitasi
sumber daya alam dan mempersempit lahan hunian dan lahan pakai.
Jumlah penduduk harus seimbang dengan batas ambang lingkungan, agar
tidak menjadi beban lingkungan atau mengganggu daya dukung dan daya
tampung lingkungan, dengan menampakkan bencana alam berupa banjir,
kekeringan, gagal panen, kelaparan, wabah, penyakit dan kematian.
• Kelahiran dan kematian sebagai peristiwa-peristiwa vital mengatur
keseimbangan penduduk dengan potensi alamnya. Semakin padat
jumlah penduduk dalam jangka pendek, jangka sedang, atau jangka
panjang akan mengganggu daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup. Di daerah-daerah padat penduduk, gangguan keseimbangan
lingkungan (daya dukung dan daya tampung) disebabkan oleh
permintaan yang semakin meningkat terhadap berbagai potensi
lingkungan, walaupun konsumsi per kapita rendah.
• Namun, ditemukannya kultur jaringan memungkinkan para petani untuk
memperoleh bibit unggul dan menggandakan dalam jumlah tak terbatas
dalm waktu relatif singkat. Bibit, terutama tanaman pangan, boleh
dikatakan unggul apabila memenuhi minimal empat kriteria pokok,
yaitu: buahnya enak, produksinya tinggi, pohon segera berbuah dalam
waktu yang relatif singkat, toleransi terhadap cuaca, hama, dan
penyakit. Dengan demikian, usaha pertanian modern dalam pengadaan
bibit difokuskan kepada keempat hal tersebut. Dimana kultur jaringan di
kemukakan dalam teori totipotensi.
Dalam konteks Indonesia, produksi pangan yang mampu menjamin
kebutuhan penduduk merupakan persoalan serius. Meskipun
selama dua tahun terakhir dilaporkan swasembada beras dapat
dicapai kembali, namun untuk jangka panjang masih menjadi
pertanyaan besar. Salah satu solusi dalam peningkatan produksi
pangan adalah peningkatan areal dan produksivitas. Meskipun hal
tersebut telah dilakukan dengan berbagai strategi namun data
menunjukkan masih jauh dari cukup. Selama lima tahun terakhir
(2004-2008), panen padi dan produktivitas hanya meningkat sedikit
di bandingkan dengan pertumbuhan penduduk yang melebihi
persediaan kebutuhan pangan pada setiap orang.
• Kemampuan kita secara terus menerus menyediakan pangan yang
melampaui pertumbuhan penduduk akan terus diuji sepanjang
waktu. Program pengendalian penduduk di ikuti program pendukung
seperti layanan sosial, pendidikan, dan kesehatan menjadi prasyarat
dan prioritas. Pemerintah pusat dan daerah harus saling bersinergi
dan juga membangun partnership dengan kalangan swasta dan
korporasi terkait dengan hal ini. Penciptaan lahan baru perlu
didorong terutama untuk daerah yang layak dan potensial.
• Program ini tidak bisa sepenuhnya diharapkan karena kendala sosial,
teknis, dan biaya. Solusi lainnya adalah mengoptimalkan
pemanfaatan lahan kering. Lahan tersebut sangat potensial untuk
diversifikasi pangan dan diversifikasi produksi pertanian dengan
tanaman kehutanan, peternakan, dan perkebunan.
Diversifikasi pangan menjadi salah satu kata kunci. Bahan
pangan nonpadi yang bisa diproduksi dari lahan kering
nonsawah sangat potensial untuk dikembangkan dan
dikampanyekan terus menerus kepada publik. Penelitian,
pengkajian, dan penyebarluasan melalui penyuluhan akan
teknologi produksi baru, seperti benih memiliki produktivitas
tinggi, tahan terhadap kekurangan air, dan goncangan cuaca
ekstrim mutlak diupayakan. Program pengendalian alih fungsi
lahan pertanian terutamanya sawah sangat mendesak
dilakukan.
UPAYA MENYELESAIKAN MASALAH GIZI
KEPENDUDUKAN
Masalah gizi yang timbul dari faktor demografi atau kependudukan
harus segera diatasi. Hal ini diharapkan dapat meminimalkan
penderita gizi buruk yang selama ini menjadi langganan masyarakat
Indonesia yang tidak sanggup menyediakan pangan untuk
dikonsumsi. Upaya yang dapat dilakukan antara lain untuk
mengatasi masalah kepadatan penduduk yaitu pengendalian jumlah
dan pertumbuhan penduduk serta pemerataan persebaran
penduduk. Sedangkan untuk mengatasi masalah gizi antara lain:
Penambahan
Peningkatan Gizi Pelaksanaan
Fasilitas
Masyarakat Imunisasi
Kesehatan

Penyediaan Penambahan
Pengadaan Obat
Pelayanan Jumlah Tenaga
Generik
Kesehatan Gratis Medis

Melakukan
Penyuluhan
Susenas merupakan kegiatan survei untuk mengumpulkan informasi/ data di
bidang kependudukan, kesehatan, pendidikan, Keluarga Berencana, perumahan,
serta konsumsi dan pengeluaran. yang sangat dibutuhkan oleh berbagai kalangan.
Susenas pertama kali dilaksanakan pada tahun 1963. Dalam dua dekade terakhir,
sampai dengan tahun 2010, pengumpulan data Susenas dilakukan setiap tahun.

Pada tahun 2011 terjadi perubahan, pengumpulan data Susenas dilakukan secara
triwulan. Susenas didesain memiliki 3 modul (Modul Konsumsi/ Pengeluaran
Rumah Tangga, Modul Sosial, Budaya dan Pendidikan, dan Modul Perumahan dan
Kesehatan) dan setiap modul dilaksanakan setiap 3 tahun sekali. Pada tahun 2013
dilaksanakan Modul Perumahan dan Kesehatan.

https://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php/catalog/220

SUSENAS
Survei Sosial Ekonomi Nasional
POLA KONSUMSI PANGAN
Pola
Cara seseorang atau sekelompok Pangan
orang untuk memilih makanan yg
dikonsumsinya yg dipengaruhi
Food
oleh fisiologis, psikologis, budaya
Pattern
dan sosial

Pangan = Bioculture
Kebiasaan
Makan
Zat gizi pd pangan yg Pemilihan jenis
mengalami proses pangan, cara
biologi dlm tubuh mengkonsumsi,
dan berpengaruh thd danpengolahann
Food Habit
fungsi organ tubuh ya
Bio Culture
Fungsi Sosial Pangan
Fungsi Gastronomik (Pangan berfungsi untuk mengisi perut (gaster)
kosong berhub. Kesukaan, selera, kepuasan)

Pangan sebagai identitas Budaya (Jenis pangan menentukan asal


budaya mereka)

Pangan tradisional (Pangan yg diolah dg resep, cara. Cita rasa


yg khas daerah ttt dan etnis ttt)

Pangan sebagai fungsi religi dan magis (Pangan dikaitkan dg


upacara khusus, keyakinan)

Pangan sebagai fungsi komunikasi (Pangan sbg sarana


komunikasi non verbal pada peristiwa ttt)

Pangan sebagai lambang status ekonomi (Jenis makanan ttt dpt


menunjukkan tk ekonomi ttt)

Pangan sebagai simbol kekuasaan dan kekuatan

Anda mungkin juga menyukai