Anda di halaman 1dari 11

RUU CIPTA KERJA DAN KAITANNYA DENGAN

HUKUM AGRARIA

NAMA KELOMPOK : INDRA GILANG PRATAMA (19810619)

MUHAMMAD ANEZHA FIKRY (19810612)


MUHAMMAD RIFKY RAFLY (19810552)

RENALDI BAYU SAPUTRO (19810610)


LATAR BELAKANG RUU CIPTA KERJA

Rancangan undang undang (RUU Cipta kerja ) yang disetujui DPR (5-10-20) banyak
menuai kritik dan penolakan publik dalam berbagai eksperesi, disebabkan karena beberapa
faktor.
1.) Subtansi materi uu hanya menguntungkan elit politik
2.) RUU cipta kerja cacat formil
3.) Terkesan terselubung dan tampa partisipasi masyarakat
4.) Disahkannya secara tergesa-gesa
ANALISA MASALAH

• Dari analisa diatas terdapat masalah utama yang menjadi kajian penulisan makalah kami,
dimana RUU cipta kerja menjamah hampir keseluruhan aspek kehidupan,dan fokus kami
di makalah ini, adalah membahas hubungan RUU cipta kerja dan dampaknya terhadap
hukum agraria.
ANALISA MASALAH

1. Dampak RUU cipta kerja dibidang pertanian


• A. Pasal 122 angka 1 RUU Cipta Kerja, yang menghapus Pasal 44 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan
• B. Pasal 66 RUU Ciptaker yang merevisi Undang-Undang nomor 18 tahun 2012 tentang
pangan. “Ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi
dalam negeri, cadangan pangan nasional,danimpor pangan”
ANALISA MASALAH

2. DAMPAK RUU CIPTA KERJA DIBIDANG KEHUTANAN


• A. Pasal 37 angka 16 ,‘’Pemegang hak atau Perizinan Berusaha wajib melakukan upaya
pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan di areal kerjanya’’ .

• #Pasal 49 UU No. 41 Tahun 1999 , tentang Kehutanan “Pemegang hak atau izin
bertanggung jawab atas terjadinya kebakaran hutan di areal kerjanya.”
ANALISA MASALAH

3. DAMPAK RUU CIPTA KERJA DIBIDANG TANAH ADAT


• A . Dari sisi prosedur, penyusunan RUU CiLaKa melanggar hak Masyarakat Adat untuk
berpartisipasi di dalam proses pembentukan hukum.
• B. Rancangan Omnibus Law CiLaKa Bertentangan dengan UUD 1945 dan Hukum
HAM.
ANALISA MASALAH

4. DAMPAK RUU CIPTA KERJA TERHADAP HAK GUNA USAHA


• A. Berdasarkan Pasal 127 ayat (3) hak pengelolaan diberikan selama 90 tahun. Hal
pengelolaan ini dapat diberikan hak guna usaha ( HGU), hak guna bangunan ( HGB) dan
hak pakai (HP).
• #Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(UUPA) telah mengatur bahwa jangka waktu HGU diberikan selama 25 atau 35 tahun
kepada pemohon yang memenuhi persyaratan.
ANALISA MASALAH

5. DAMPAK RUU CIPTA KERJA terhadap status WNA yang berhak memilki Status hak milik
• A.Pasal 144 angka 1 “ Hak milik atas sarusun dapat diberikan kepada warga negara Indonesia, badan
hukum Indonesia, WNA yang mempunyai ijin sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan, badan
hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia , atau perwakilan Negara asing dan lembaga
internasional yang berada atau punya perwakilan di Indonesia “.
• B. Pasal 144 angka 2 “ Hak milik atas sarusun dapat beralih atau dapat dialihkan dan dijaminkan” .
• C. Pasal 144 angka 3 “ Hak milik ats sarusun dapat dijaminkan dengan dibebeani hak tanggungan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan “.
 
KESIMPULAN

• 1. Prosedur perencanaan dan pembentukan RUU Cipta Kerja tidak sejalan dengan tata cara atau
mekanisme yang telah diatur Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan. Aturan ini masih berlaku dan memiliki kekuatan hukum yang mengikat.
• 2. RUU Cipta Kerja akan membutuhkan sekitar 516 peraturan pelaksana yang bertumpu pada
kekuasaan dan kewenangan lembaga eksekutif. Sehingga berpotensi memicu terjadinya
penyalahgunaan wewenang atau abuse of power.
• 3. Tidak ada jenis undang-undang yang lebih tinggi atau superior atas undang-undang lainnya.
Sehingga, apabila RUU Cipta Kerja disahkan, seakan-akan ada undang-undang superior. Hal ini akan
menimbulkan kekacauan tatanan hukum dan ketidakpastian hukum.
KESIMPULAN

• 4. Pemunduran atas kewajiban negara memenuhi hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak sehingga
melanggar kewajiban realisasi progresif atas pemenuhan hak-hak sosial dan ekonomi.
• 5. Pelemahan atas kewajiban negara untuk melindungi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang
tercermin dari pembatasan hak untuk berpartisipasi dan hak atas informasi. Hal ini diantaranya terkait dengan
ketentuan yang mengubah Izin Lingkungan menjadi Persetujuan Lingkungan, berkurangnya kewajiban melakukan
Amdal bagi kegiatan usaha, hingga berpotensi terjadinya alih tanggung jawab kepada individu.
• 6. Pemunduran atas upaya pemenuhan hak atas pangan dan ketimpangan akses dan kepemilikan sumber daya alam
terutama tanah antara masyarakat dengan perusahaan (korporasi). Hal ini di antaranya terkait dengan penghapusan
kewajiban pembangunan kebun plasma untuk masyarakat minimal 20 persen dari luasan izin HGU, pembentukan
Bank Tanah yang akan menjadikan lahan sekadar kepentingan komoditas ekonomi dengan luasan pengelolaan tanah
yang tidak dibatasi dan jangka waktu hak yang diberikan selama 90 tahun.
SARAN

• Komnas HAM RI merekomendasikan agar Presiden RI dan DPR RI mempertimbangkan


untuk tidak melanjutkan pembahasan RUU Cipta Kerja dalam rangka penghormatan,
perlindungan, dan pemenuhan HAM bagi seluruh rakyat Indonesia.

• Politik penghukuman dalam RUU Cipta Kerja bernuansa diskriminatif, karena lebih
menjamin kepentingan sekelompok orang atau kelompok pelaku usaha atau korporasi.
Sehingga mencederai hak atas persamaan di depan hukum.

Anda mungkin juga menyukai