“Urgensi Pendidikan Kewirausahaan Bagi Generasi Muda dalam
Rangka Menumbuhkembangkan Perekonomian Indonesia”
Dikompilasi dari berbagai sumber oleh :
FX Setiyo Wibowo, SE., MM Dosen Tetap Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta • Suara.com - Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI) Bahlil Lahadalia mengatakan, pihaknya akan terus berjuang bagi pengesahaan Rancangan Undang-Undang (RUU) Kewirausahaan menjadi Undang-Undang (UU) tahun ini. Pasalnya, selain akan melipatgandakan jumlah wirausaha baru, UU ini juga akan berdampak positif bagi kebijakan fiskal. • Bahlil mengatakan, saat ini Indonesia baru memiliki 1,5 persen pengusaha dari sekitar 252 juta penduduk Tanah Air. Indonesia masih membutuhkan sekitar 1,7 juta pengusaha untuk mencapai angka dua persen. Sedangkan di negara Asean seperti Singapura tercatat sebanyak 7 persen, Malaysia 5 persen, Thailand 4,5persen, dan Vietnam 3,3 persen jumlah pengusahanya. Asing Kuasai 70 Persen Aset Negara • Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Dr Pratikno mengatakan hingga saat ini aset negara sekitar 70–80 persen telah dikuasi bangsa asing. “Kondisi bangsa kita saat ini sudah mengkhawatirkan sehingga tanpa dukungan dan kebijakan oleh semua elemen bangsa maka lambat laun seluruh aset akan jatuh ke tangan orang asing,” katanya saat membawakan arahan pada Seminar Nasional yang diselenggarakan Keluarga Alumni UGM (KAGAMA) menyambut pra Munas XII 2014 di Kendari, Sabtu. Ia mencontohkan, aset di bidang perbankan misalnya, bangsa asing telah menguasai lebih dari 50 persen. Begitu pula di sektor lain seperti migas dan batu bara antara 70-75 persen, telekomunikasi antara 70 persen dan lebih parah lagi adalah pertambambangan hasil emas dan tembaga yang dikuasi mencapai 80-85 persen. “Kecuali sektor perkebunan dan pertanian dalam arti luas, asing baru menguasai 40 persen. Namun demikian kita harus waspada agar tidak semua aset negara itu harus dikuasi asing,” katanya. “Urgensi Pendidikan Kewirausahaan Bagi Generasi Muda dalam Rangka Menumbuhkembangkan Perekonomian Indonesia” JAKARTA - CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) mengemukakan, struktur pembangunan yang mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia sebaiknya diubah.Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini berbasis konsumsi dinilai tidak produktif. “Indonesia mengalami kondisi demografi yang luar biasa. Jika kita menciptakan lapangan kerja, akan sangat luar biasa karena ekonomi menjadi produktif,” ujar HT, dalam acara kuliah kewirausahaan di IPB (Institut Pertanian Bogor) Kampus Cilibende, Bogor, Selasa, 26/07/2016). Sekarang, lanjut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia 5%, didominasi konsumsi yang tidak menciptakan lapangan kerja yang cukup untuk generasi muda. Menurut pria asal Jawa Timur itu, Indonesia memerlukan jumlah wirausahawan (enterpreneur) yang banyak untuk menyerap tenaga Hal ini akan menjadi faktor pemacu kerja. pertumbuhan ekonomi yang ideal, tidak didominasi oleh belanja konsumsi Kewirausahaan bukan hanya menjadi pilihan karier seseorang. Tapi, dibutuhkan untuk membangun bangsa yang lebih kuat. Dunia wirausaha seperti yang disampaikan HT, berperan penting menciptakan lapangan kerja bagi generasi produktif. Terlebih, Indonesia mengalami bonus demografi jumlah penduduk produktif dan sumber daya alam. Artinya, usia produktif ini perlu diserap kalangan pengusaha sehingga tidak menjadi pengangguran. ENTIKONG, KOMPAS.com Jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di negara bagian Sarawak, Malaysia, belum terdata secara maksimal, lantaran adanya perbedaan data antar-lembaga. Sejauh ini, berdasarkan data yang dimiliki Konjen RI di Kuching, ada 130.000 TKI yang masuk melalui jalur prosedural. Namun, diperkirakan, jumlah yang ilegal atau non-prosedural mencapai dua hingga tiga kali lipat. Senin, 22 Agustus 2016 BPS: Pengangguran Terbuka di Indonesia Capai 7,02 Juta Orang RABU, 04 MEI 2016 | 18:49 WIB. TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2016 mencapai 7,02 juta orang atau 5,5 persen. "Tingkat pengangguran tertinggi adalah lulusan sekolah menengah kejuruan dengan persentase 9,84 persen, meningkat dari 9,05 persen," ujarnya. Adapun persentase penduduk berpendidikan diploma I, II, dan III yang menganggur juga menurun. "Namun tingkat pengangguran lulusan universitas malah meningkat dari 5,34 persen menjadi 6,22 persen," tuturnya. Sedangkan berdasarkan wilayah, kata dia, tingkat pengangguran tertinggi terjadi di Kepulauan Riau dengan 9,03 persen dan terendah terjadi di Bali dengan 2,12 persen. Semoga memberi inspirasi