Anda di halaman 1dari 25

NIKAH SIRIH DAN NIKAH MUD’AH

Kelompok 3
1. Fatimah Novi H. (10)
2. Juliani Rizky P. (15)
3. Mimin Sri M. (16)
4. Muhammad Anjar W. (17)
5. Muhammad Syeh D. (18)
6. Muthia Puspa (19)
NIKAH SIRIH
DEFINISI NIKAH SIRI

• Secara harfiah “siri” itu artinya “rahasia”.


• Secara umum Nikah Siri adalah sebuah perbuatan dalam melakukan
pernihakan sesuai aturan agama dalam hal ini Ajaran Islam namun karena
berbagai hal yang menghalanginya menjadikan tidak terjadinya pencatatan
secara sah atau legal oleh aparat yang berwenang dalam hal ini Pemerintah
yang diwakili Departemen Agama.
DEFINISI NIKAH SIRI

Nikah siri dalam konteks masyarakat sering dimaksudkan dalam beberapa


pengertian.
1. nikah yang dilaksanakan dengan sembunyi-sembunyi, tanpa
mengundang orang luar selain dari kedua keluarga mempelai.
Kemudian tidak mendaftarkan perkawinannya kepada Kantor Urusan
Agama (KUA) sehingga nikah mereka tidak mempunyai legalitas
formal dalam hukum positif di Indonesia sebagaimana yang diatur
dalam undang-undang perkawinan
2. nikah yang dilakukan sembunyi-sembunyi oleh sepasang laki-
perempuan tanpa diketahui oleh kedua pihak keluarganya sekalipun.
Bahkan benar-benar dirahasiakan sampai tidak diketahui siapa yang
menjadi wali dan saksinya.
3. pernikahan yang dirahasiakan karena pertimbangan-pertimbangan
tertentu, misalnya karena takut mendapatkan stigma negatif dari
masyarakat yang terlanjur menganggap tabu pernikahan siri, atau
karena pertimbangan-pertimbangan rumit yang memaksa seseorang
untuk merahasiakan pernikahannya.
SYARAT NIKAH SIRI

Syarat nikah siri bagi laki-laki


• Beragama Islam
• Berjenis kelamin laki-laki dan bukantransgender
• Nggak melakukan nikah siri dalam paksaan
• Nggak memiliki 4 orang istri
• Calon istri yang akan dinikahi bukan mahramnya
• Pernikahan dilakukan bukan dalam masa ihram atau umrah
SYARAT NIKAH SIRI

Syarat nikah siri bagi perempuan 


• Beragama Islam
• Berjenis kelamin perempuan dan bukantransgender
• Telah mendapat izin nikah dari wali yang sah
• Mempelai perempuan bukanlah istri orang dan nggak dalam masa iddah
• Calon suami yang akan menikahinya bukan mahram
• Pernikahan dilakukan bukan dalam masa ihram atau umrah
TATA CARA NIKAH SIRI

• Tata cara menikah siri tidak jauh beda dengan menikah secara resmi di KUA,
dimana dalam pernikahan itu harus dipenuhi syarat dan rukunnya.
1. Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan perkawinan.
2. Adanya ijab qabul
3. Adanya Mahar (Mas kawin)
4. Adanya wali
5. Adanya saksi
HUKUM PERNIKAHAN SIRI

Nikah siri menurut Islam ( Ulama)

• Ulama fiqih
Mayoritas ulama ahli Fiqh pernikahan  berpendapat bahwa hukum nikah siri
tidaklah sah. Sebab perbuatan nikah siri tidak pernah dicontohkan oleh Nabi
shallallahu alaihi wa sallam. Dan risikonya bisa menimbulkan fitnah di
masyarakat sebab pernikahan tersebut dilakukan secara diam-diam.
• Mahzab As Syafi’iyah
Menurut pendapat mahzab Syafi’i, hukum pernikahan nikah siri tidak sah. selain
secara fiqh, terminologinya dianggap tidak sah, nikah siri juga disinyalir akan
mampu mengundang fitnah baik dari sisi laki-laki maupun perempuan.
• Mahzab Al-Maliki
Menurut mahzab Maliki, nikah siri didefinisikan sebagai pernikahan atas permintaan calon suami, dimana para
saksi harus merahasiakannya dari keluarganya dan orang lain. Menurut mahzab Maliki, nikah siri hukumnya
tidak sah. Pernikahan ini bisa dibatalkan. Namun apabila keduanya telah melakukan hubungan badan maka
pelaku bisa memperoleh hukuman rajam (had) dengan diakui empat orang saksi.
• Mahzab Hanafi
Sebagaimana mahzab Syafi’i dan Maliki, mahzab Hanafi juga tidak membolehkan pernikahan siri atau nikah
sembunyi-sembuyi tanpa wali.
• Mahzab Hambali
Mahzab Hambali memiliki pendapat berbeda dari ketiga mahzab lainnya. Ulama dari mahzab hambali
berpendapat bahwa nikah siri yang dilakukan sesuai syariat islam (memenuhi rukun nikah) maka sah untuk
dilakukan. Tapi hukumnya makruh, yakni jika dikerjakan tidak apa-apa dan bila ditinggalkan mendapat pahala.
• Khalifah Umar bin Al-Khattab
Pada jaman kepemimpinan khalifat Uman bin Al-Khattab, beliau pernah mengancam pasangan yang menikah
siri dengan hukuman cambuk.
Hukum Nikah Siri dalam Hukum Negara

• Undang-Undang No.1 Tahun 1974, Pasal 2 ayat (2)


“Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut perundang-undangan yang berlaku.”
• Rancangan Undang-Undang Pasal 143
“Setiap orang yang dengan sengaja melangsungkan perkawinan tidak dihadapan Pejabat Pencatat Nikah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp. 6.000.000,-
(enam juta rupiah) atau hukuman kurungan paling lama 6 (enam) bulan.”
• Rancangan Undang-Undang Pasal 144
“Setiap orang yang melakukan perkawinan mutah (nikah kontrak) sebagaimana dimaksud Pasal 39 dihukum
dengan penjara selama-lamanya 3 (tiga tahun, dan perkawinannya batal karena hukum”
PENGESAHAN PERNIKAHAN SIRI

• 1. Pengajuan istbat nikah (pengesahan nikah)


Esensinya adalah pernikahan yang semula tidak dicatatkan menjadi tercatat dan disahkan oleh negara
serta memiliki kekuatan hukum. Dasar dari istbat nikah adalah Kompilasi Hukum Islam pasal 7 yaitu:
(1) Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah.
(2) Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah, dapat diajukan itsbat nikahnya
ke Pengadilan Agama.
(3) Itsbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai hal-hal yang berkenaan
dengan:
a) adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian;
b) hilangnya akta nikah;
c) adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan;
d) adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang- Undang No. 1 Tahun 1974; dan
e) perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan menurut
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974.
(4) Yang berhak mengajukan permohonan istbat nikah ialah suami atau istri, anak-anak mereka, wali
nikah, dan pihak yang berkepentingan dengan perkawinan itu.
PENGESAHAN PERNIKAHAN SIRI

• 2. Pernikahan ulang
• Pernikahan yang dilakukan layaknya pernikahan secara agama, yang
tujuannya untuk melengkapi pernikahan pertama (siri). Namun pernikahan ini
harus disertai dengan pencatatan pernikahan oleh pejabat yang berwenang
(KUA).
BAGAIMANA CARA PENGAJUAN
ITSBAT NIKAH ITU?

• 1) Dengan cara mengajukan permohonan pengesahan nikah (Voluntair)


,adalah apabila pasangan suami istri yang pernah nikah siri itu bersama-sama
menghendaki pernikahan sirinya itu disahkan. Mereka bertindak sebagai
Pemohon I dan Pemohon II. Kalau hanya salah satunya saja yang menghendaki,
misalnya suami mau mengesahkan nikah sirinya sementara istrinya tidak mau,
atau sebaliknya istrinya mau mengesahkan nikah sirinya, tetapi suaminya tidak
mau, maka tidak bisa ditempuh secara voluntair (bentuk permohonan) tetapi
harus berbentuk gugatan (Kontentius). Pihak yang mengendaki nikah sirinya
disahkan bertindak sebagai Pemohon dan pihak yang tidak menghendaki nikah
sirinya disahkan dijadikan sebagai Termohon.
• (2) Dengan cara mengajukan gugatan pengesahan nikah (Kontentius).
Produk hukum PA terhadap gugatan pengesahan nikah berbentuk Putusan. Bila
ada kepentingan hukum dengan pihak lain, maka pengesahan nikah tidak bisa
diajukan secara voluntair (permohonan) tetapi harus diajukan dalam bentuk
gugatan pengesahan nikah. Hal ini terjadi terhadap nikah siri dalam/oleh:
(a). Pernikahan serial (poligami),
(b). anak, wali nikah atau pihak lain yang berkepentingan hukum dengan
pernikahan siri itu dan salah satu dari suami istri pelaku nikah siri sudah
meninggal dunia.
NIKAH MUT’AH
DEFINISI NIKAH MUT’AH

• lebih dikenal dengan istilah kawin kontrakadalah pernikahan dalam tempo


masa tertentu
• Menurut Mazhab Syiah, nikah mutah adalah pernikahan dalam masa waktu
yang telah ditetapkan dan setelah itu ikatan perkawinan tersebut sudah tidak
berlaku lagi.
• Contohnya, seorang lelaki melakukan perkawinan dengan akad nikah sebagai
berikut, "Aku menikahimu selama satu bulan atau satu tahun." Kemudian,
wanita itu menjawab, "Aku terima." Maka masa nikah suami-istri akan
berakhir dalam waktu sesuai dengan akad tersebut
RUKUN NIKAH MUT’AH

• rukun nikah mut’ah -menurut Syiah Imamiah- ada empat:


1. Shighat, seperti ucapan : “aku nikahi engkau”, atau “aku mut’ahkan
engkau”.
2. Calon istri, dan diutamakan dari wanita muslimah atau kitabiah.
3. Mahar, dengan syarat saling rela sekalipun hanya satu genggam gandum.
4. Jangka waktu tertentu
SEJARAH NIKAH MUT’AH

• Nikah Muth'ah pernah diperbolehkan oleh Rasulullah sebelum stabilitasnya syari'at


islam, yaitu diperbolehkannya padawaktu berpergian dan peperangan. Akan tetapi
kemudian diharamkan.
• Rahasia diperbolehkan Nikah Muth'ah waktu itu adalah karena masyarakat islam pada
waktu itu masih dalam transisi (masa peralihan dari jahiliyah kepada islam). Sedang
perzinaan pada masa jahiliyah suatu hal yang biasa. Maka setelah islam datang dan
menyeru pada pengikutnya untuk pergi berperang. Karena jauhnya mereka dari istri
mereka adalah suatu penderitaan yang berat. Sebagian mereka ada yang kuat imannya
dan adapula yang sebagian tidak kuat imannya. Bagi yang lemah imannya akan mudah
untuk berbuat zina yang merupakan sebagai berbuatan yang keji dan terlarang. Dan bagi
yang kuat imannya berkeinginan untuk mengkebiri dan mengipotenkan kemaluannya
SEJARAH NIKAH MUT’AH

• Seperti apa yang dikatakatan oleh Ibn Mas'ud :

DDD‫ رسولهللا‬D‫زوا مع‬D‫غ‬D‫نا ن‬D‫ل ك‬:DD‫ا‬DD‫ق‬ ‫ود‬D‫ مسع‬D‫ن‬DD‫عن ب‬ r DDD‫انا رسولهللا‬D‫ه‬DDD‫نف‬ ‫ستخصى؟‬D‫ال ن‬DD‫ أ‬:‫قلنا‬
DDD‫ساء ف‬D‫وليسمعنا ن‬ r ‫مرأة‬DD‫نكح لا‬D‫ن ن‬D‫نا ا‬D‫كورخص ل‬DD‫ذا‬
‫عن ل‬
‫جل‬D‫ى أ‬DD‫ثوب لإ‬DD‫ لا‬.

Artinya:

“Dari mas'ud berkata : waktu itu kami sedang perang bersama Rasulullah SAW dan tidak bersama kami wanita,
maka kami berkata : bolehkah kami mengkebiri (kemaluan kami). Maka Raulullah SAW melarang kami
melakukan itu. Dan Rasulullah memberikan keringanan kepada kami untuk menikahi perempuan dengan mahar
baju sampai satu waktu”

Tetapi rukhshah yang diberikan nabi kepada para sahabat hanya selama tiga  hari setelah itu Beliau melarangnya,
seperti sabdanya :

DDD‫ل رخصرسولهللا‬:DD‫ا‬DD‫ق‬ ‫ألكوع‬DD‫ ا‬D‫ن‬DD‫لمة ب‬D‫وعن س‬ r )D‫ مسلم‬D‫ه‬D‫ا ( روا‬D‫هىعنه‬D‫ ن‬DDD‫ث‬


D‫ م‬،D‫ثة أيام‬DDD‫ث‬
‫ ال‬،‫ة‬D‫مطع‬DD‫ لا‬D‫ى‬DD‫ أوطاس ف‬D‫ام‬D‫ع‬

Artinya :

“Dari Salamah bin Akwa' berkata : Rasulullah SAW memberikan keringanan nikah muth'ah pada tahun authas
(penaklukan kota Makah) selama 3 hari kemudian beliau melarangnya”(HR Muslim)
SEJARAH NIKAH MUT’AH

• Dari hadits Salamah ini memberikan keterangan bahwasanya Rasulullah saw


pernahmemperbolehkan nikah muth'ahkemudian melarangnya dan menasah
rukhshah tersebut.
• Menurut Nawawi dalam perkataannya bahwasanya pelarangannya dan
kebolehannya terjadi dua kali, kebolehannya itu sebelum perang khaibar
kemudian diharamkannya dalam perang khaibar kemudian dibolehkan lagi
pada tahun penaklukan Makah (tahun Authas), setelah itu Nikah
Muth'ah diharamkan selama-lamanya, sehingga terhapuslah rukhshah itu
selama-lamnya.
SEBAB-SEBAB DIHARAMKANNYA
NIKAH MUT’AH
• Haramnya nikah mut’ah, dikarenakan dampak negatif yang ditimbulkannya sangat
banyak. Di antaranya
a. Bercampurnya nasab, karena wanita yang telah dimut’ah oleh seseorang dapat
dinikahi lagi oleh anaknya, dan begitu seterusnya.
b. Disia-siakannya anak hasil mut’ah tanpa pengawasan sang ayah atau
pengasuhan sang ibu, seperti anak zina.
c. Wanita dijadikan seperti barang murahan, pindah dari tangan ke tangan yang
lain, dan sebagainya.
NIKAH MUT’AH MENURUT HUKUM
ISLAM

• Dalil al-Quran

Allah berfirman:

D‫ولَئِ َك ُه ُم‬DDD‫ْبتَغَى َو َرا َء َذلِ َك َ أُف‬D‫ن ا‬DDD‫ف‬ َّ‫ َ إِن‬D‫ْي َمانُهُْم‬D‫أَ ْو َما َملَ َك ْت َأ‬D‫ ِج ِه ْم‬D‫ال َعلَى أَ ْز َوا‬ DD‫ ِ َّإ‬ )٢٩(‫ون‬
ِ ‫ َ َم‬ )٣٠(‫غَ ْي ُر َملُو ِم َين‬D‫هُْم‬DDD‫ف‬ َ ُ‫افِظ‬D‫ َح‬D‫ُوج ِه ْم‬
ِ ‫ر‬DD‫ ِ فُل‬D‫ َين ُْهم‬DD‫َو َّل ِذا‬
)٣١(‫ون‬ َ ‫ا ُد‬D‫ع‬DD‫ْ َلا‬

Artinya:

“Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya,Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau


budak-budak yang mereka miliki, Maka Sesungguhnya mereka dalam hal Ini tiada
tercela.Barangsiapa mencari yang di balik itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui
batas.”(QS. Al-Maarij: 29-31)

Dari ayat diatas diketahui bahwa sebab disahkan berhubungan badan hanya melalui dua cara.
Yaitu nikah shahih dan perbudakan. Sedangkan wanita mut’ah, bukanlah istri dan bukan pula
budak.
• Dengan itu, sangat jelas bahwa hubungan kelamin hanya diperbolehkan dengan istri atau budak, sedangkan
istri dari perkawinan mut’ah tidak berfungsi sebagai istri karena:

a.         Tidak saling mewarisi, sedangkan akad nikah menjadi sebab memperoleh harta warisan

b.         Iddah Nikah Mut’ah tidak seperti nikah biasa

c.         Dengan akad nikah menjadi berkuranglah hak seseorang dalam hubungannya dengan beristri empat
sedangkan tidak demikian halnya dengan mut’ah

d.        Dengan melakukan mut’ah seseorang itu tidak dianggap menjadi muhsinkarena wanita yang diambil
dengan jalan mut’ah tidak berfungsi sebagai istri, sebab mut’ah itu tidak menjadikan wanita berstatus istri
dan tidak pula berstatus budak, maka termasuklah orang yang melakukan mut’ah itu di dalam firman Allah.
[9]
• Dalil as-Sunnah

Menurut Dr. Abdus Shomad, hadis yang menunjukkan bolehnya mut’ah telah dinasakh.Hal dinyatakan dalam
hadis berikut:

‫ رسول‬D‫انمع‬D‫ ك‬،D‫نه‬D‫ أ‬D‫دثه‬D‫ ح‬،D‫باه‬D‫ن أ‬D‫ي أ‬


، ‫جهن‬DD‫سبرة لا‬ DDD‫ ب‬D‫ربيع‬DD‫دثني لا‬D‫ ح‬،‫نعمر‬ DDD‫زيز ب‬D‫ع‬DD‫دثنا عبد لا‬D‫ى ح‬ ، ‫ب‬D‫دثنا أ‬D‫ ح‬،‫مير‬D‫ ن‬D‫ن‬DD‫ ب‬DDD‫بنعبدهللا‬D‫دثنا محمد ا‬D‫ح‬
DDD‫هللا‬ r ‫ليحل‬
DDD‫ىء ف‬D‫ منهن ش‬D‫انعنده‬D‫من ك‬ DDD‫قيامة ف‬DD‫ لا‬D‫وم‬DD‫ى ي‬DD‫ ذلك لإ‬D‫رم‬D‫ ح‬D‫د‬D‫ ق‬DDD‫نهللا‬D‫نساء وإ‬DD‫الستمتاع من لا‬DD‫ ا‬D‫ى‬DD‫ ف‬D‫م‬D‫نتأذنت لك‬D‫ ك‬D‫د‬D‫ني ق‬D‫ناس إ‬DD‫ا لا‬D‫يه‬D‫ أ‬DD‫ل اي‬DD‫قا‬
:DDD‫ف‬
)D‫ مسلم‬D‫ه‬D‫يئا ( روا‬D‫تيتموهن ش‬D‫ والتأخذوا مما آ‬D‫بيله‬D‫س‬

Artinya:

Wahai sahabat sekalian bahwa aku pernah memperbolehkan kamu melakukan mut’ah dan ketahuilah bahwa
Allah telah mengharamkannya sampai hari kiamat, maka barang siapa yang ada padanya wanita yang
diambilnya dengan jalan mut’ah, hendaklah ia melepaskannya dan janganlah kamu mengambil sesuatu yang
telah kamu berikan kepada mereka (HR. Muslim)
• Dari dalil yang dikutip dari hadis Nabi tersebut, bahwaNikah Mut’ah diperbolehkan pada era Rasulullah saw
dalam keadaan darurat. Akan tetapi pembolehan tersebut sudah dinasakh dan oleh hadis di atas. Oleh karena
itu, sangat jelas bahwa hukum Nikah Mut’ah ini haram dan akan berdosa bagi yang melakukannya. Hal itu
berlaku sampai hari kebangkitan.

Anda mungkin juga menyukai