Anda di halaman 1dari 22

PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN
“KONSTITUSI”
NAMA MAHASISWA KELOMPOK 5

● JOSEP ADVENTUS SIAGIAN (5193122008)


● WANDES KRISTIANUS PANE (5193322008)
Menelusuri Konsep dan Urgensi Konstitusi dalam Kehidupan
Berbangsa-Negara

Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang bagaimana pemerintah diatur dan
dijalankan. Oleh karena aturan atau hukum yang terdapat dalam konstitusi itu mengatur hal-hal yang amat mendasar
dari suatu negara, maka konstitusi dikatakan pula sebagai hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara. Merujuk pandangan Lord James Bryce yang dimaksud dengan konstitusi adalah suatu
kerangka negara yang diorganisasikan melalui dan dengan hukum, yang menetapkan lembaga-lembaga yang tetap
dengan mengakui fungsi-fungsi dan hak-haknya.
Agar kita memahami urgensi konstitusi perlu diketahui terlebih dahulu
fungsinya. berikut sejumlah fungsi konstitusi.

1. Konstitusi berfungsi sebagai landasan kontitusionalisme.


2. Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian
rupa
3. Konstitusi berfungsi menjamin hak-hak asasi warga negara
Keberadaan dan Tujuan Konstitusi

Menurut Mahfud MD (2000), secara umum konstitusi diartikan sebagai aturan dasar
ketatanegaraan yang setelah disarikan dari ajaran kedaulatan rakyat. Dengan kata lain
konstitusi sebenarnya tidak lain dari realisasi demokrasi dengan kesepakatan bahwa
kebebasan penguasa ditentukan oleh warga masyarakat dan bukan sebaliknya,
kebebasan masyarakat ditentukan oleh penguasa.
Dalam kesimpulan analisisnya Mahfud MD (2000), menyatakan esensi dari
konstitusionalisme terdiri atas 2 hal :

1. Konsepsi negara hukum yang menyatakan bahwa secara universal


kewibawaan hukum haruslah mengatasi kekuasaan pemerintah, oleh
karena itu hukum harus mengontrol dan mengendalikan politik
2. Konsepsi hak-hak sipil warga negara yang menggariskan adanya
kebebasan warga negara di bawah jaminan konstitusi, sekaligus adanya
pembatasan kekuasaan negara terhadap warga negara.
Terkait dengan kedua ciri konstitusionalisme tersebut, maka beberapa hal
yang harus ditegaskan dalam konstitusi menurut Bambang Widjoyanto (1998)
adalah:

1. Public authority hanya dapat dilegitimasi menurut ketentuan konstitusi;


2. Menurut pelaksanaan kedaulatan rakyat (melalui perwakilan) harus dilakukan
dengan menggunakan prinsip universal and equal suffrage dan pengangkatan
eksekutif harus melalui pemilihan yang demokratis
3. Pemisahan atau pembagian kekuasaan serta pembatasan wewenang
4. Adanya kekuasaan kehakiman yang mandiri yang dapat menegakkan hukum
dan keadilan baik terhadap rakyat maupun terhadap penguasa
5. Adanya sistem kontrol terhadap militer dan kepolisian untuk menegakkan
hukum dan menghormati hak-hak rakyat
6. Adanya jaminan perlndungan HAM
Dari cakupan materi, maka keberadaan konstitusi diadakan untuk suatu
fungsi dan tujuan dalam kehidupan bernegara. Keberadaan konstitusi dalam
suatu negara yang berkaitan dengan fungsi adalah sebagaimana
dikemukakan oleh C.J. Friedrich (Miriam Budiardjo, 2008) bahwa konstitusi
merupakan proses (tata cara) untuk membatasi perilaku pemerintah secara
efektif. Konstitusi mempunyai fungsi khusus dan meupakan perwujudan atau
manifestasi dari hukum tertinggi yang harus ditaati, bukan hanya rakyat,
tetapi juga oleh pemerintah.
Terhadap fungsi yang dimiliki oleh konstitusi atau UUD, maka Joeniarto
(1980) melihat sebagai fungsi konstitusi pada umumnya memiliki dua
dimensi :

1. Ditinjau dari tujuannya, adalah untuk menjamin hak-hak anggota warga


masyarakatnya,
2. Ditinjau dari penyelenggaraan pemerintahannya, adalah untuk dijadikan
landaan struktural penyelenggaraan pemerintahan menurut sistem
ketatanegaraan
Sementara keberadaan konstitusi yang berkaitan dengan tujuan
adalah seperti dikemukakan oleh Karl Loewenstein (Astawa,
1993):

1. Sebagai aturan yang memberikan pembatasan sekaligus


pengawasan terhadap kekuasaan politik,
2. Sebagai sarana melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa
sendiri
3. Memberikan batasan-batasan ketetapan para penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya.
Keberadaan konstitusi baik dilihat dari fungsi maupun tujuannya
esensinya adalah membatasi kekuasaan pemerintahan negara
sedemikian rupa, sehingga penyelenggaraan negara tidak bersifat
sewenang-wenang atau melakukan penyalahgunaan wewenang. Dari
pembatasan itu, maka hak-hak warga Negara lebih terjamin dan
terlindungi secara pasti.
Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik
tentang Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-
Negara Indonesia

Menurut Hobbes, manusia pada “status naturalis” bagaikan serigala. Hingga


timbul adagium homo homini lupus (man is a wolf to [his fellow] man), artinya
yang kuat mengalahkan yang lemah. Lalu timbul pandangan bellum omnium
contra omnes (perang semua lawan semua). Hidup dalam suasana demikian
pada akhirnya menyadarkan manusia untuk membuat perjanjian antara sesama
manusia, yang dikenal dengan istilah factum unionis. Selanjutnya timbul
perjanjian rakyat menyerahkan kekuasaannya kepada penguasa untuk menjaga
perjanjian rakyat yang dikenal dengan istilah factum subjectionis.
Dalam bukunya yang berjudul Leviathan (1651) ia mengajukan suatu
argumentasi tentang kewajiban politik yang disebut kontrak sosial yang
mengimplikasikan pengalihan kedaulatan kepada primus inter pares yang
kemudian berkuasa secara mutlak (absolut). Pemikiran Hobbes tak lepas
dari pengaruh kondisi zamannya (zeitgeistnya) sehingga ia cenderung
membela monarkhi absolut (kerajaan mutlak) dengan konsep divine right
yang menyatakan bahwa penguasa di bumi merupakan pilihan Tuhan
sehingga ia memiliki otoritas tidak tertandingi.
Salah satu contoh raja yang berkuasa secara mutlak adalah Louis XIV, raja
Perancis yang dinobatkan pada 14 Mei 1643 dalam usia lima tahun. Louis
XIV dijuluki sebagai Raja Matahari (Le Roi Soleil) atau Louis yang Agung
(Louis le Grand, atau Le Grand Monarque). Louis XIV meningkatkan
kekuasaan Perancis di Eropa melalui tiga peperangan besar: Perang
Perancis-Belanda, Perang Aliansi Besar, dan Perang Suksesi Spanyol
antara 1701-1714. Louis XIV berhasil menerapkan absolutisme dan
negara terpusat. Kekuasaan Louis XVI akhirnya dihentikan dan dia
ditangkap pada Revolusi 10 Agustus.
Salah satu contoh raja yang berkuasa secara mutlak adalah Louis
XIV, raja Perancis yang dinobatkan pada 14 Mei 1643 dalam usia
lima tahun. Louis XIV dijuluki sebagai Raja Matahari (Le Roi Soleil)
atau Louis yang Agung (Louis le Grand, atau Le Grand
Monarque). Louis XIV meningkatkan kekuasaan Perancis di Eropa
melalui tiga peperangan besar: Perang Perancis-Belanda, Perang
Aliansi Besar, dan Perang Suksesi Spanyol antara 1701-1714.
Louis XIV berhasil menerapkan absolutisme dan negara terpusat.
Kekuasaan Louis XVI akhirnya dihentikan dan dia ditangkap pada
Revolusi 10 Agustus.
Membangun Argumen tentang Dinamika dan
Tantangan Konstitusi dalam Kehidupan
Berbangsa-Negara Indonesia
Menengok perjalanan sejarah Indonesia merdeka, ternyata telah
terjadi dinamika ketatanegaraan seiring berubahnya konstitusi
atau undangundang dasar yang diberlakukan. Setelah ditetapkan
satu hari setelah proklamasi kemerdekaan, UUD NRI 1945 mulai
berlaku sebagai hukum dasar yang mengatur kehidupan
ketatanegaraan Indonesia dengan segala keterbatasannya. Berikut
dinamika konstitusi yang terjadi di Indonesia
Konstitusi Masa Berlakunya

18 Agustus 1945 sampai dengan Agustus 1950, dengan catatan,


UUD NRI 1945
mulai 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus hanya berlaku di
(Masa Kemerdekaan)
wilayah RI Proklamasi

Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949 sampai dengan 17Agustus 1950

UUDS 1950 17 Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959

UUD NRI 1945


5 Juli 1959 sampai dengan 1965
(Masa Orde Lama)

UUD NRI 1945


1966 sampai dengan 1998
(Masa Orde Baru)
Pada pertengahan 1997, negara kita dilanda krisis ekonomi dan
moneter yang sangat hebat. Krisis ekonomi dan moneter yang
melanda Indonesia ketika itu merupakan suatu tantangan yang
sangat berat. Akibat dari krisis tersebut adalah harga-harga
melambung tinggi, sedangkan daya beli masyarakat terus
menurun. Sementara itu nilai tukar Rupiah terhadap mata uang
asing, terutama Dolar Amerika, semakin merosot
Pada awal era reformasi (pertengahan 1998), muncul berbagai
tuntutan reformasi di masyarakat. Tuntutan tersebut disampaikan
oleh berbagai komponen bangsa, terutama oleh mahasiswa dan
pemuda. Beberapa tuntutan reformasi itu adalah:

1. Mengamandemen UUD NRI 1945,


2. Menghapuskan doktrin Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia,
3. Menegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia
(HAM), serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN),
4. Melakukan desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan
daerah,
5. Mewujudkan kebebasan pers,
6. Mewujudkan kehidupan demokrasi.
Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI 1945 menjadi kebutuhan
bersama bangsa Indonesia. Berdasarkan hal itu MPR hasil Pemilu 1999, sesuai
dengan kewenangannya yang diatur dalam Pasal 37 UUD NRI 1945 melakukan
perubahan secara bertahap dan sistematis dalam empat kali perubahan, yakni:

1. Perubahan Pertama, pada Sidang Umum MPR 1999.


2. Perubahan Kedua, pada Sidang Tahunan MPR 2000.
3. Perubahan Ketiga, pada Sidang Tahunan MPR 2001.
4. Perubahan Keempat, pada Sidang Tahunan MPR 2002.

Perubahan UUD NRI 1945 yang dilakukan oleh MPR, selain merupakan perwujudan
dari tuntutan reformasi, sebenarnya sejalan dengan pemikiran pendiri bangsa
(founding father) Indonesia.
PENUTUP
Jadi, kesimpulan yang dapat kami ambil dari materi kita kali yang membahas
tentang konstitusi yaitu :
1. Dalam arti sempit konstitusi merupakan suatu dokumen atau seperangkat
dokumen yang berisi aturan-aturan dasar untuk menyelenggarakan negara,
sedangkan dalam arti luas konstitusi merupakan peraturan, baik tertulis
maupun tidak tertulis, yang menentukan bagaimana lembaga negara
dibentuk dan dijalankan
2. Konstitusi diperlukan untuk membatasi kekuasaan pemerintah atau
penguasa negara, membagi kekuasaan negara, dan memberi jaminan HAM
bagi warga negara.
 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai