Anda di halaman 1dari 17

OM SWASTIASTU

NAMA KELOMPOK 10
1. PUTU ANGELIA MARHENY (1802022201)
2. NI MADE LISTYA ARI (1802022133)
3. LUH PUTU GITA SUKMAYANTHI (1802022191)
4. INDAH PERMATA SARI (1802022192)

Analisis Laporan Keuangan

- ANALISIS TITIK IMPAS -


Pengertian Break Even Point
Analisa Break Event adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan
antara Biaya Tetap, Biaya Variabel, Keuntungan dan Volume aktivitas.
Masalah Break Event baru akan muncul dalam perusahaan apabila perusahaan
tersebut mempunyai Biaya Variabel dan Biaya Tetap. Suatu perusahaan
dengan volume produksi tertentu dapat menderita kerugian dikarenakan
penghasilan penjualannya hanya mampu menutup biaya variabel dan hanya
bisa menutup sebagian kecil biaya tetap.
Contribution Margin adalah selisih antara penghasilan penjualan dan biaya
variabel, yang merupakan jumlah untuk menutup biaya tetap dan keuntungan.
Perusahaan akan memperoleh keuntungan dari hasil penjualannya apabila
Contribution Marginnya lebih besar dari Biaya Tetap, yang berarti total
penghasilan penjualan lebih besar dari total biaya.
Break Event Point menyatakan volume penjualan dimana total penghasilan
tepat sama besarnya dengan total biaya, sehingga perusahaan tidak
memperoleh keuntungan dan juga tidak menderita kerugian.BEP ditinjau dari
konsep kontribusi margin menyatakan bahwa volume penjualan dimana
kontribusi margin sama besarnya dengan total biaya tetapnya.
Dalam mengadakan analisa break-even, digunakan sumsi-asumsi dasar sebagai berikut:
• Biaya di dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variable dan golongan biaya
tetap.
• Besarnya biaya variable secara totalitas berubah-ubah secara proporsionil dengan volume
produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap sama.
• Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume
produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena
adanya perubahan volume kegiatan.
• Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisa.
• Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila diprodusi lebih dari satu
macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk atau
“sales mix”-nya adalah tetap konstan.
Unsur - unsur Pokok Dalam Analisa Break Even Point
Analisa unsur-unsur yang mempengaruhi break even point yaitu biaya, volume, harga
jual serta laba itu sendiri.
• Biaya
• Klasifikasi Biaya
a. Biaya Tetap (Fixes Cost)
b. Biaya Variabel (Variabel Cost)
c. Biaya Semi Variabel
• Volume Penjualan
• Harga Jual
• Laba
Manfaat dan Kegunaan BEP
• Manfaat BEP antara lain adalah :
• Alat perencanaan untuk menghasilkan laba.
• Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan
yang bersangkutan.
• Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhaan.
• Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan
dimengerti.
• Mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
Kelemahan Analisa BEP
• Beberapa kelemahan BEP antara lain :
• Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataan harga ini kadang-kadang
harus berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran di pasar.  Untuk menutuapi
kelemahan itu, maka harus dibuat analisis sensitivitas untuk harga jual yang berbeda.
• Asumsi terhadap cost, penggolongan biaya tetap dan biaya variabel juga mengandung
kelemahan. Dalam keadaan tertentu untuk memenuhi volume penjualan biaya tetap tidak bisa
tidak harus berubah karena pembelian mesin-mesin atau peralatan lainnya.  Dengan demikian
juga perhitungannya biaya variabel perunit juga akan dapat dipengaruhi perubahan ini.
• Jenis barang yang dijual tidak selalu satu jenis.
• Biaya tetap juga tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas.
• Biaya variabel juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume.
Perhitungan Dalam Analisa Break Even Point
• Perhitungan Break-Even Point dengan Cara “Trial and Error”
Perhitungan break-even point dapat dilakukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan
menghitung keuntungan operasi dan suatu volume produksi/penjualan tertentu. Apabila
perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambil volume
penjualan/produksi yang lebih rendah. Apabila dengan mengambil suatu volume
penjualan tertentu, perusahaan menderita kerugian maka kita mengambil volume
penjualan/produksi yang lebih besar, Demikian dilakukan seterusnya hingga dicapai
volume penjualan/produksi di mana penghasilan penjualan tepat sama dengan besarnya
biaya total.
• Perhitungan Break-Even Point dengan Menggunakan Rumus Aljabar
•  
a. Perhitungan break-even point dengan menggunakan rumus aijabar dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu atas dasar unit dan atas dasar sales dalam rupiah.
Perhitungan break-even point atas dasar unit dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus:

dimana
P = hargajual per unit
V = biaya variabel per unit
FC = biaya tetap
Q = jumlah unit/kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual.
•dengan
b. Perhitungan break-even point atas dasar sales dalam rupiah dapat dilakukan
  menggunakan rumus aljabar sebagai berikut:

di mana:
PC = biaya tetap
VC = biaya variabel
S = volume penjualan.
•  
Contoh Kasus Perhitungan BEP
Contoh 1 :
Suatu perusahaan bekerja dengan biaya tetap sebesar Rp 300.000,00. Biaya variabel per unit Rp
40,00. Harga jual per unit Rp l00,00. Kapasitas produksi maksimal 10.000 unit.
1. Dengan cara trial and error
Misalkan diambil volume produksi 6.000 unit. Dengan volume produksi 6.000 unit maka dapat
dihitung keuntungan operasi sebagai berikut:
= (V. produksi x Harga jual unit) – (Biaya tetap + (V. produksi x Biaya Variabel))
= (6.000 x Rp 100,00) (Rp 300.000,00 + (6.000 x Rp 40,00))
= Rp 600.000,00 (Rp300.000,00 + Rp240.000,00)
= Rp 60.000,00
Pada volume produksi 6.000 unit perusahaan masih mendapatkan keuntungan. Ini berarti bahwa
break-even pointnya terletak di bawah 6.000 unit. Misalkan diambil 4.000 unit, dan hasil
perhitungannya adalah sebagai berikut:
= (4.000 x Rp 100.00) — (Rp 300.000.00 + (4.000 x Rp 40,00))
= Rp 400.000,00 — (Rp 300.000,00 + Rp 160.000,00)
= Rp - 60.000,00
Pada volume 4.000 unit ternyata diderita kerugian sebesar Rp 60.000,00. Ini beranti bahwa break-
even pointnya lebih besar dan 4.000 unit. Misalkan kita ambil 5.000 unit, dan hasil perhitungannya
adalah sebagai berikut:
= (5.000 x Rp 100,00) — (Rp 300.000,00 + Rp 200.000,00)
= Rp 500.000,00 — (Rp 300.000,00 + Rp 200.000,00) = Rp 0,00.
Ternyata pada volume produksi penjualan 5.000 unit tercapai break-even point yaitu yang di mana
keuntungan netonya sama dengan nol.
•  
2. Dengan Rumus Aljabar
Dari contoh 1 dapat dihitung secara Iangsung dalam unit dengan
menggunakan rumus tersebut di atas dan hasilnya adalah sebagai berikut.

Dari contoh 1 Sales pada break-even dinyatakan dalam rupiah dapat dihitung
dengan menggunakan rumus tersebut sebagai berikut:
•  
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa volume penjualan pada break-even dinyatakan
dalam rupiah adalah sebesar Rp 500.000,00. Apabila volume penjualan tersebut dibagi dengan
harga jual per unit, hasilnya menunjukkan break-even point dalam unit yaitu:

Dalam analisa BEP perlu pula dipahami konsep “Margin of Safety”. Besarnya margin of safety
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
•  
Margin of Safety menupakan angka yang menunjukkan jarak antara penjualan yang
direncanakan atau dibudgetkan (budgeted Sales) dengan penjualan pada break-even.
Dengan demikian maka margin of safety adalah juga menggambarkan batas jarak, di
mana kalau berkurangnya penjualan melampaui batas jarak tersebut, perusahaan akan
menderita kerugian. Dari contoh 1. besamya margin of safety dapat dihitung sebagai
berikut:

Angka margin of safety sebesar 50% menunjukkan kalau jumlah penjualan yang nyata
berkurang atau menyimpang lebih besar dari 50% (dari penjualan yang direncanakan)
perusahaan akan menderita kerugian. Kalau berkurangnya penjualan hanya 40% dan
yang direncanakan, perusahaan belum menderita kerugian.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makin kecilnya margin of safety
berarti makin cepat perusahaan menderita kerugian dalam hal ada penurunan
jumlah penjualan yang nyata. Untuk membedakan batas penyimpangan yang
dapat menimbulkan kerugian dinyatakan dalam angka absolut dan dalam
angka relatif, kadang-kadang digunakan dua macam istilah. Untuk batas
penyimpangan yang absolut digunakan istilah “Margin of Safety” dan untuk
batas penyimpangan dalam angka yang relatif (dalam persentase dari sales)
digunakan istilah “margin of safety ratio”. Untuk contoh tersebut di atas
besarnya margin of safety adalaH Rp500.000,00 dan besarnya margin of safety
ratio adalah 50%.
OM SANTIH SANTIH SANTIH
OM

SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai