Anda di halaman 1dari 31

GURU BELAJAR

Seri Asesmen Kompetensi Minimum


untuk Tingkat SMP

YESYIKA IMANNIAR
3 TAHAPAN GURU BELAJAR SERI AKM

1 2 3
Orientasi Bimtek Pengimbasan

2
1. ORIENTASI
Pada tahap ini, peserta akan mendapatkan pemahaman terkait latar belakang, tujuan umum, kebijakan, dan alur
Program Guru Belajar seri Asesmen Kompetensi Minimum.

Program ini bertujuan untuk menjawab berbagai persoalan guru dalam menghadapi Asesmen Kompetensi Mini
mum, diantaranya: 
1. Berkembangnya miskonsepsi tentang asesmen nasional 
2. Adanya malpraktik pembelajaran dalam melakukan persiapan menghadapi asesmen nasional 
3. Guru belum mengetahui cara membaca hasil asesmen nasional 
4. Guru belum memahami bagaimana menindaklanjuti hasil asesmen nasional

Anda akan melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran secara mandiri melalui program pembelajaran otomat
isasi dengan alokasi waktu selama 32 jam pertemuan yang dapat Anda atur secara fleksibel. Program Bimtek Gur
u Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum disusun dengan memadukan tahapan dan pendekatan modular ya
ng memfasilitasi peserta melakukan personalisasi pembelajaran. Selain itu, program ini dapat mendorong guru u
ntuk saling belajar dengan guru yang lain dalam hal berbagi praktik baik pembelajaran. Selamat belajar!
3
APA PENTINGNYA ASESMEN NASIONAL

Add Image Nasional perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidika


n. Pertanyaannya, mutu pendidikan seperti apa yang diharapka
n? Apakah mutu pendidikan dapat dilihat dari hasil Ujian Nasio
nal saja seperti yang selama ini terjadi?

Peningkatan mutu sistem pendidikan tidak hanya berorientasi


pada pencapaian siswa dalam menguasai materi pelajaran dan
nilai ujian akhir, apapun sebutannya. Keberhasilan sistem pendi
dikan lebih difokuskan pada pencapaian kompetensi siswa yan
g meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap. Terlebih pada
era transformasi pendidikan abad ke-21, dimana arus perubaha
n menuntut siswa menguasai berbagai kecakapan hidup yang e
sensial untuk menghadapi berbagai tantangan abad ke-21 dim
ana siswa memiliki kecakapan belajar dan berinovasi, kecakapa
n menggunakan teknologi informasi, kecakapan hidup untuk b
ekerja dan berkontribusi pada masyarakat.

4
LATAR BELAKANG DAN KEBIJAKAN ASESMEN N
ASIONAL
Hasil PISA membuktikan kemampuan belajar siswa pada pendidikan dasar dan menengah kurang me
madai. Pada tahun 2018, sekitar 70% siswa memiliki kompetensi literasi membaca di bawah minimum.
Sama halnya dengan keterampilan matematika dan sains, 71% siswa berada di bawah kompetensi mi
nimum untuk matematika dan 60% siswa di bawah kompetensi minimum untuk keterampilan sains. S
kor PISA Indonesia stagnan dalam 10-15 tahun terakhir. Kondisi ini menyebabkan Indonesia menjadi s
alah satu negara yang konsisten dengan peringkat hasil PISA yang terendah. Bagaimana pendapat An
da? 
Menanggapi kondisi tersebut, reformasi asesmen diperlukan guna mendorong peningkatan kualitas p
embelajaran. Pemetaan mutu pendidikan secara menyeluruh dibutuhkan. Untuk itu pada tahun 2021
mendatang, Asesmen Nasional (AN) akan resmi diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebuda
yaan dan Ujian Nasional (UN) sudah tidak lagi diberlakukan. Kebijakan ini ditetapkan berdasarkan hasi
l koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan sejumlah dinas dan lembaga terkait.
Dalam hal ini, AN diterapkan untuk mengevaluasi kinerja dan mutu sistem pendidikan. Nantinya, hasil
Asesmen Nasional tidak memiliki konsekuensi apapun pada pencapaian proses belajar siswa namun
memberikan umpan balik untuk tindak lanjut pembelajaran dan kompetensi siswa.

5
KECAKAPAN HIDUP ABAD 21 DAN
PROFIL KARAKTER PELAJAR PANCASILA
Pertanyaannya, bagaimana cara mengukur kompetensi tersebut? Ya, me
Add Image nggunakan Asesmen Nasional. Asesmen Nasional diberlakukan sebagai
alat ukur untuk mengetahui ketercapaian kompetensi yang harus dikuas
ai siswa. Asesmen Nasional tidak hanya memotret hasil belajar kognitif s
iswa, sebagaimana yang terjadi dalam Ujian Nasional namun juga mem
otret hasil belajar sosial emosional. Termasuk di dalamnya sikap, nilai, ke
yakinan, serta perilaku yang dapat memprediksi tindakan dan kinerja sis
wa di berbagai konteks yang relevan. 
Selain tuntutan kecakapan abad 21, profil pelajar Pancasila juga menjadi
rujukan pencapaian karakter bagi seluruh siswa di Indonesia. Bahkan pr
ofil pelajar pancasila ini sudah merangkum serangkaian kecakapan hidu
p abad 21.
Karakter pelajar Pancasila yang ingin dicapai oleh siswa yaitu:
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak
mulia.
2. Berkebhinekaan global
3. Mandiri
4. Bernalar kritis 
5. Kreatif
6. Gotong royong 6
KECAKAPAN HIDUP ABAD 21 DAN
PROFIL KARAKTER PELAJAR PANCASILA

Penting bagi guru dan siswa untuk mengadopsi proses pembelajaran yang berfokus pada pengembanga
n kompetensi. Pencapaian kompetensi siswa dapat diukur dari pemahaman konsep, dan keterampilan m
enerapkan konsep dalam berbagai konteks. Dengan demikian, siswa tidak hanya menguasai konten sem
ata, tetapi lebih menguasai pemahaman secara mendalam terhadap konsep yang dapat diterapkan di be
rbagai konteks kehidupan. Hal ini yang diharapkan sebagai peningkatan hasil pembelajaran siswa. Capai
an kompetensi siswa secara holistik inilah yang ingin dievaluasi melalui Asesmen Nasional.

7
KETERKAITAN ASESMEN NASIONAL DENGAN
KECAKAPAN ABAD 21 DAN PROFIL PELAJAR PANCASILA

Bagaimana keterkaitan Asesmen Nasional dengan kecakapan abad 21 dan profil pelajar Pancasila?
Perhatikan penjelasannya pada materi yang telah disediakan berikut ini. 

8
2. BIMTEK

Program ini akan efektif bila Anda:


1. Mengikuti instruksi pembelajaran dengan teliti
2. Mempelajari secara seksama semua konsep 
3. Mengisi kuis dan diskusi dengan sebenar-benarn
ya
4. Melakukan latihan secara mandiri dan berkala 
Anda sudah mengetahui tujuan dan cara efektif me
ngikuti program.

Sebelum mengikuti Bimtek, Anda akan diminta me


ngerjakan Asesmen Pra Program untuk mengetahui
kemampuan awal sebelum mengikuti proses belaja
r.

9
A. KONSEP ASESMENT NASIONAL

Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah, dan program kes
etaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar sis
wa yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satu
an pendidikan yang mendukung pembelajaran.

Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.
1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur kompetensi mendasar literasi membaca dan n
umerasi siswa. 
2. Survei Karakter yang mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang mencerminkan karakter sis
wa
3. Survei Lingkungan Belajar yang mengukur kualitas berbagai aspek input dan proses belajar-mengajar
di kelas maupun di tingkat sekolah.

Seiring disosialisasikannya Asesmen Nasional, telah banyak respons yang disampaikan terkait konsep da
n pelaksanaannya. Siswa, orangtua, guru, bahkan kepala sekolah mulai gelisah terkait penghapusan Ujia
n Nasional dan pemberlakuan Asesmen Nasional. Untuk menghindari hal itu, pemahaman yang utuh da
n menyeluruh mengenai Asesmen Nasional pun perlu terus disebarluaskan
10
TUJUAN DAN MANFAAT ASESMEN NASIONAL

Perubahan sistem evaluasi dari Ujian Nasional ke Asesmen Nasional merupakan upaya untuk memperbai
ki kualitas pendidikan secara menyeluruh. Asesmen Nasional dirancang untuk menghasilkan informasi ak
urat untuk memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar
siswa. 
1. Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau: (a) perkembangan mutu dari waktu ke w
aktu, dan (b) kesenjangan antar bagian di dalam sistem pendidikan (misalnya di satuan pendidikan: an
tara kelompok sosial ekonomi, di satuan wilayah antara sekolah negeri dan swasta, antar daerah, atau
pun antar kelompok berdasarkan atribut tertentu). 
2. Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya menjadi tujuan utama sekolah,
yakni pengembangan kompetensi dan karakter siswa. 
3. Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial sebuah sekolah yang efektif
untuk mencapai tujuan utama tersebut. Hal ini diharapkan dapat mendorong sekolah dan Dinas Pendi
dikan untuk memfokuskan sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran.

Maka dari itu, hasil Asesmen Nasional sendiri diharapkan mampu memberikan manfaat, bukan sekedar n
ilai belaka. Pada tahun 2021, Mendikbud telah menyatakan bahwa hasil Asesmen Nasional dimaksudkan
sebagai peta awal mutu sistem pendidikan secara nasional. Asesmen Nasional tidak akan digunakan unt
uk mengevaluasi kinerja sekolah maupun daerah.
11
MANFAAT ASESMEN NASIONAL
Kaitannya dengan infografis tersebut, secara jangka panj
ang Asesmen Nasional memberi kesempatan sekaligus
menuntut guru dan sekolah untuk memperbaiki kualitas
pengajarannya guna menciptakan siswa yang lebih kom
peten. Hal ini terlihat dari penekanan pembelajaran dan
asesmen yang lebih fokus pada daya nalar dalam bentu
k literasi membaca dan numerasi. Hal ini juga mendoron
g guru dan sekolah mengubah praktik-praktik pembelaj
aran lama yang tidak lagi relevan dengan kondisi saat in
i. 

Bagaimana contohnya? Misalnya, guru ingin mengembangkan keterampilan literasi pada siswa. Dalam
hal ini, guru perlu memotivasi siswa untuk membaca tidak hanya dari buku teks, tetapi bisa dari
berbagai sumber. Guru juga perlu mengajak siswa berdiskusi dan mengevaluasi informasi yang dibaca,
tidak sekedar meringkas dan mengulang kembali. Bagaimana dengan keterampilan numerasi? Pada
keterampilan numerasi, guru perlu memastikan siswa memiliki intuisi angka (number sense) dan
pemahaman aritmatika dasar sejak dini. Guru juga perlu memandu siswa memecahkan masalah terkait
numerasi yang terjadi dalam konteks kehidupannya. Hal ini disebabkan masalah yang menuntut diskusi
dan penalaran tidak dapat dipecahkan hanya dengan menghafal rumus semata.
12
MEMBANDINGKAN ASESMEN NASIONAL
DENGAN UJIAN NASIONAL
Berikut penjelasan setiap poin pembeda AN dan UN:
1. Tujuan penyelenggaraan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional tida
k sama. Seperti yang telah dijelaskan pada topik dan aktivitas sebel
umnya, Asesmen Nasional bertujuan untuk mengevaluasi mutu sist
em pendidikan di Indonesia, sedangkan Ujian Nasional bertujuan u
ntuk mengevaluasi capaian hasil belajar siswa secara individu. 
2. AN diberlakukan untuk semua jenjang pendidikan dasar, pendidika
n menengah pertama, dan pendidikan menengah atas. Ini termasuk
MI, MTS dan MAN, serta program kesetaraan. Sementara UN berlak
u mulai jenjang pendidikan menengah pertama dan atas saja.
3. Asesmen Nasional tidak diselenggarakan pada akhir jenjang pendi
dikan sebagaimana Ujian Nasional, melainkan di tengah jenjang pe
ndidikan. Yaitu pada kelas 5, 8, 11. Hal ini dilakukan untuk mendoro
ng guru dan sekolah melakukan tindak lanjut perbaikan mutu pem
belajaran setelah mendapatkan hasil laporan AN. Jadi bukan seked
ar untuk mengetahui capaian hasil belajar siswa sebagai salah satu
syarat kelulusan.

13
MEMBANDINGKAN ASESMEN NASIONAL
DENGAN UJIAN NASIONAL
Berikut penjelasan setiap poin pembeda AN dan UN:
4. Pada pelaksanaannya, Asesmen Nasional menggunakan metode survei. Metode surv
ei dilakukan dengan mengambil sampel siswa diambil secara acak dari setiap sekola
h. Berbanding terbalik dengan Ujian Nasional yang menggunakan metode sensus di
mana semua siswa di seluruh Indonesia wajib mengikutinya.
5. Model soal asesmen yang diberikan dalam AN lebih bervariasi bukan sekedar pilihan
ganda dan uraian singkat sebagaimana yang diberikan dalam UN.
6. Salah satu komponen hasil belajar murid yang diukur pada asesmen nasional adalah
literasi membaca dan numerasi. Asesmen ini disebut sebagai Asesmen Kompetensi
Minimum (AKM) karena mengukur kompetensi mendasar atau minimum yang diperl
ukan individu untuk dapat hidup secara produktif di masyarakat. Sementara Ujian Na
sional berbasis mata pelajaran yang memotret hasil belajar murid pada mata pelajar
an tertentu. Hal inilah yang terkadang memberi kesan mata pelajaran yang penting
dan kurang penting dalam pendidikan. Dalam hal ini, AKM memotret kompetensi m
endasar yang diperlukan untuk sukses pada berbagai mata pelajaran. 
7. Metode penilaian AN dan UN pun berbeda meskipun keduanya berbasis komputer.
AN menggunakan metode penilaian Computerized Multistage Adaptive Testing (MSA
T). MSAT ialah metode penilaian yang mengadopsi tes adaptif, dimana setiap siswa
dapat melakukan tes sesuai level kompetensinya.
14
Asesmen Nasional bu
kan pengganti Ujian
Nasional
Asesmen Nasional lebih memberikan gambaran yang lebih
utuh dan luas mengenai mutu pendidikan, bukan hanya sec
ara kognitif, namun juga karakter dan iklim belajar
EVALUASI UJIAN NASIONAL
Beberapa poin evaluasi berikut ini juga menjadi pertimbangan untuk menghentikan pelaksanaan Ujian Nasional dan meneta
pkan penyelenggaraan Asesmen Nasional. 
1. Butir-butir soal UN hanya mengukur kemampuan kognitif siswa, sehingga input dan proses pembelajaran kurang da
pat tergambarkan dengan baik. Hal ini belum sejalan dengan tujuan pendidikan yang ingin mengembangkan kemamp
uan berpikir tingkat tinggi serta kompetensi lain yang relevan dengan Abad 21, sebagaimana tercermin pada Kurikulu
m 2013. Harapan untuk mengevaluasi keterampilan siswa dalam menerapkan pengetahuan serta konsep melalui berb
agai konteks kehidupan, serta menunjukan karakter sebagaimana yang diharapkan dalam profil pelajar pancasila belu
m lengkap dilakukan melalui UN saja.
2. UN kurang dapat dimanfaatkan guru untuk memperbaiki pembelajaran pada subjek siswa yang sama. Asesmen Nas
ional dirancang untuk memberi dorongan lebih kuat ke arah pengajaran yang inovatif dan berorientasi pada pengemb
angan kompetensi, termasuk di dalamnya kemampuan bernalar.
3. UN kurang optimal sebagai alat untuk mengevaluasi mutu pendidikan secara nasional. Hal ini disebabkan UN ditera
pkan di akhir jenjang pendidikan lebih sebagai assessment of learning yang mengukur capaian akhir, bukan sebagai se
bagai assessment for learning, yang mengukur proses pembelajaran. Hasil UN tidak bisa digunakan untuk mengakomo
dir kebutuhan belajar yang diperlukan siswa. 

Pemberlakuan Asesmen Nasional ini merupakan sinyalemen yang kuat dari pemerintah untuk terus memperbaiki sistem pendidikan di Ind
onesia. Dan dari ketiga poin tersebut, maka sesungguhnya yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi Asesmen Nasional adalah pemaha
man mengenai tujuan dan manfaat Asesmen Nasional, serta implikasinya pada perubahan praktik dan strategi pembelajaran di kelas. Sis
wa, guru, orangtua, kepala satuan pendidikan tidak lagi direkomendasikan untuk berlatih soal-soal persiapan AKM sebagaimana penilaian
yang berbasis ujian
16
B.PETUNJUK DAN TEKNIS PELAKSANAAN ASESMEN
NASIONAL

17
KRITERIA PESERTA ASESMEN
NASIONAL
Mengapa Asesmen Nasional hanya diikuti oleh sebagian siswa? 
Hal ini terkait dengan tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional tidak digunakan untuk menentukan
kelulusan menilai prestasi siswa sebagai seorang individu. Evaluasi hasil belajar setiap individu siswa menjadi kewe
nangan pendidik. Pemerintah melalui Asesmen Nasional melakukan evaluasi sistem. Asesmen Nasional merupakan
cara untuk memotret dan memetakan mutu sekolah dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, tidak se
mua siswa perlu menjadi peserta dalam Asesmen Nasional. Yang diperlukan adalah informasi dari sampel yang me
wakili populasi siswa di setiap sekolah pada jenjang kelas yang menjadi target dari Asesmen Nasional.

Mengapa yang menjadi sampel adalah siswa kelas V, VIII dan XI? 
Hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya perbaikan pembelajaran. Pemilihan jenjang kelas
V, VIII dan XI dimaksudkan agar siswa yang menjadi peserta Asesmen Nasional dapat merasakan perbaikan pembe
lajaran ketika mereka masih berada di sekolah tersebut. Selain itu, Asesmen Nasional juga digunakan untuk memot
ret dampak dari proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Murid kelas V,VIII, dan XI telah mengalami prose
s pembelajaran di sekolahnya, sehingga sekolah dapat dikatakan telah berkontribusi pada hasil belajar yang diukur
dalam Asesmen Nasional. 
Perlu diketahui, selain peserta didik, Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh semua guru dan kepala sekolah di se
tiap satuan pendidikan. Informasi dari peserta didik, guru, dan kepala sekolah diharapkan memberi informasi yang
lengkap tentang kualitas proses dan hasil belajar di setiap satuan pendidikan. Sementara Asesmen Kompetensi Mi
nimum untuk pendidikan kesetaraan berfungsi sebagai ujian kesetaraan. 
18
MERUMUSKAN BUTIR SOAL
ASESMEN NASIONAL
Bentuk soal Asesmen Nasional AKM,  terdiri dari pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, men
jodohkan, isian singkat dan uraian.
1. Pilihan ganda, siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu soal. 
2. Pilihan ganda kompleks, siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban benar dalam satu
3. Menjodohkan, siswa menjawab dengan dengan cara menarik garis dari satu titik ke titik lai
nnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya.
4. Isian singkat, siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan nama ben
da, tempat, atau jawaban pasti lainnya. 
5. Uraian, siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan jawabannya.
Murid kelas V akan mengerjakan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi membaca
dan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi. Sedangkan siswa kelas VIII dan XI
akan mengerjakan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi membaca dan 36 butir
soal untuk mengukur kompetensi numerasi.
AKM dilaksanakan secara adaptif, sehingga setiap siswa akan menempuh soal yang sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa itu sendiri. AKM mengukur kompetensi mendasar yang
perlu dipelajari semua siswa tanpa membedakan peminatannya. Oleh karena itu seluruh
siswa akan mendapat soal yang mengukur kompetensi yang sama. Keunikan konteks
beragam materi kurikulum lintas mata pelajaran dan peminatan tercermin dalam ragam
stimulus soal-soal AKM.
AKM disusun berdasarkan indikator-indikator kompetensi yang membentuk lintasan
kompetensi hasil belajar yang bersifat kontinum. 
19
C. KONSEP LITERASI M
EMBACA
Literasi membaca termasuk dalam kompetensi yang palin
g mendasar yang ingin dievaluasi dalam Asesmen Kompet
ensi Minimum. Sebelum membahas lebih jauh mengenai a
sesmen Literasi membaca dalam AKM, Bapak dan Ibu perl
u meninjau kembali apa yang dimaksud dengan literasi m
embaca dan menulis.
Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan
MENGENAL AKM LITERASI
untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah,
dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggap
MEMBACA
i, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, Dalam penilaiannya asesmen literasi membaca tidak hanya
mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk be mengukur topik atau konten tertentu tetapi berbagai konten,
berbagai konteks dan pada beberapa tingkat proses kognitif.
rpartisipasi di lingkungan sosial.
Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang
Literasi membaca dan menulis, tidak seperti sebutannya, digunakan, dalam hal ini dibedakan dalam dua kelompok yaitu
mencakup kemampuan yang lebih dari sekedar mampu m teks informasi dan teks fiksi. Kemudian, tingkat proses kognitif
engeja kalimat dan menuliskannya. Literasi membaca dan menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan
menulis, perlu dikembangkan untuk mendapatkan pemah untuk dapat menyelesaikan masalah atau soal.
aman yang lebih bermakna terkait berbagai cakupan dan Pada Literasi Membaca, level tersebut adalah menemukan
konteks kehidupan. Di dalam lingkungan satuan pendidika informasi, interpretasi dan integrasi serta evaluasi dan refleksi.
n, kompetensi literasi yang terus berkembang memungkin Sedangkan konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi
kan siswa untuk dapat menggunakannya dalam berbagai untuk konten yang digunakan. Konteks pada AKM dibedakan
mata pelajaran. menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik. 

20
MENGANALISIS TAHAP ASESMEN LITERASI MEMBACA
TINGKAT SMP
Pada jenjang SMP/MTS terdapat 2 level pembelajaran

Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 7 dan 8


siswa akan menemukan informasi dengan cara mengakses dan mencari informasi dalam teks. Selain itu siswa akan
memahami teks secara literal, kemudian menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal mau
pun teks jamak. Siswa juga akan mengevaluasi dan merefleksi dengan menilai format penyajian dalam teks. Bapak
dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link Level Pembelajaran 1 Literasi Membaca
Teks Fiksi dan Level Pembelajaran 1 Literasi Membaca Teks Informasi

Pada level pembelajaran 2 untuk kelas 9 dan 10


sama seperti level pembelajaran 1 siswa juga akan belajar sesuai tingkat kognitif pada literasi membaca hanya saja
siswa pada kelas 9 dan 10 akan menggunakan konten yang terus meningkat sesuai dengan jenjangnya. Siswa akan
memahami teks secara literal dan menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal maupun te
ks jamak. Siswa juga menilai format penyajian dalam teks dan merefleksi isi wacana untuk pengambilan keputusan,
menetapkan pilihan, dan mengaitkan isi teks terhadap pengalaman pribadi Bapak dan Ibu juga dapat melihat penj
elasan yang lebih lengkap melalui link Level Pembelajaran 2 Literasi Membaca Teks Fiksi dan Level Pembelajaran 2
Literasi Membaca Teks Informasi

21
D. KONSEP NUMERASI
MENGENAL AKM NUMERASI

Pada Numerasi konten dibedakan menjadi 4 kelompok


1. Bilangan
2. Pengukuran dan Geometri
3. Data dan Ketidakpastian
4. Aljabar. 

Kemudian, tingkat proses kognitif menunjukkan proses


berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat me
nyelesaikan masalah atau soal. Pada Numerasi, ketiga l
evel tersebut adalah pemahaman, penerapan, dan pen
alaran.  Sedangkan konteks menunjukkan aspek kehid
upan atau situasi untuk konten yang digunakan. Konte
ks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, s
osial budaya, dan saintifik. 

22
MENGANALISIS TAHAP ASESMEN NUMERASI
TINGKAT SMP

Pada jenjang SMP/MTS terdapat 1 level pembelajaran

Pada level pembelajarannya terdapat 3 konten yang dipelajari yakni, bilangan, geometri dan pengukuran,
aljabar, serta data dan ketidakpastian.

 Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 8


siswa akan belajar merepresentasikan bilangan cacah. Siswa akan mengenal bangun geometri dan penguk
urannya. Selain itu siswa juga akan mempelajari persamaan dan pertidaksamaan bilangan, relasi dan fungsi
bilangan, serta rasio dan proporsi.  Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melal
ui link Level Pembelajaran 1 Numerasi.

23
5. TINDAK LANJUT – PELAPORAN HASIL ASESMEN
MENGIDENTIFIKASI 4 KATEGORI TINGKAT PENGUASAAN KOMP
TENSI
Tahap lanjutan setelah pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum adalah tahap Pelaporan hasil asesmen. Sesuai
dengan tujuannya, Asesmen Kompetensi Minimum dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat kom
petensi dasar siswa, berupa kompetensi literasi membaca dan numerasi. 
Dari laporan hasil Asesmen Kompetensi tersebut, satuan pendidikan dapat melihat tingkat penguasaan kompetens
i siswanya. Penguasaan kompetensi literasi membaca dan numerasi siswa dikategorikan dalam 4 tingkatan.
Untuk lebih memahami penjelasan kompetensi pada setiap kategori, Anda dapat membaca infografik berikut ini:

24
5. TINDAK LANJUT – PELAPORAN HASIL ASESMEN
MENGIDENTIFIKASI 4 KATEGORI TINGKAT PENGUASAAN KOMP
TENSI
Tahap lanjutan setelah pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum adalah tahap Pelaporan hasil asesmen. Sesuai
dengan tujuannya, Asesmen Kompetensi Minimum dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat kom
petensi dasar siswa, berupa kompetensi literasi membaca dan numerasi. 
Dari laporan hasil Asesmen Kompetensi tersebut, satuan pendidikan dapat melihat tingkat penguasaan kompetens
i siswanya. Penguasaan kompetensi literasi membaca dan numerasi siswa dikategorikan dalam 4 tingkatan.
Untuk lebih memahami penjelasan kompetensi pada setiap kategori, Anda dapat membaca infografik berikut ini:

Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan
berkualitas sesuai dengan tingkat kompetensi siswa. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat diterapkan. Pembelajaran yang
dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian siswa akan memudahkan siswa menguasai konsep, keterampilan dan konten yang
diharapkan pada suatu mata pelajaran. 25
MENJELASKAN PERBEDAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMP
TENSI DENGAN BERBASIS KONTEN

Kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, misalnya mampu melakukan tu
gas atau pekerjaan secara efektif. Kompetensi juga mencakup pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan un
tuk menyelesaikan soal, atau bahkan keterampilan yang jauh lebih besar dan lebih beragam. Misalnya memimpin o
rganisasi.
Pada pembelajaran berbasis kompetensi, siswa diharapkan mampu mendemonstrasikan pengetahuan, penguasaan
konsep, dan keterampilan dalam dan sebagai proses pembelajaran. Karakteristik utama dari pembelajaran berbasis
kompetensi adalah fokusnya pada tingkat penguasaan. Dalam sistem pembelajaran berbasis kompetensi, siswa
melakukan pembelajaran sesuai dengan tahapan penguasaan kompetensinya hingga tuntas sebelum akhirnya ma
mpu melanjutkan pada tahap penguasaan kompetensi berikutnya. Sebagai sebuah proses, pembelajaran berbasis
kompetensi ini membutuhkan waktu sehingga sedikit demi sedikit siswa menunjukan penguasaan pengetahuan, k
onsep dan keterampilan untuk memecahkan masalah. Termasuk menunjukan karakter yang ingin dicapai. Bukan se
kedar menguasai konten materi pembelajaran semata.
Kekuatan pembelajaran berbasis kompetensi terletak pada fleksibilitasnya karena siswa dapat bergerak dengan kec
epatan belajar mereka sendiri. Ini mendukung siswa dengan latar belakang pengetahuan yang beragam, tingkat lit
erasi yang berbeda dan bakat terkait lainnya. Tantangan pembelajaran berbasis kompetensi bagi guru antara lain a
dalah, kemampuan untuk mengidentifikasi tahapan kompetensi dasar siswa termasuk literasi dan numerasi. Namu
n laporan hasil AKM dapat membantu memetakan tahapan kompetensi siswa. 

26
MENJELASKAN PERBEDAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETEN
SI DENGAN BERBASIS KONTEN
Kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, misalnya
mampu melakukan tugas atau pekerjaan secara efektif. Kompetensi juga mencakup penget
ahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal, atau bahkan keteramp
ilan yang jauh lebih besar dan lebih beragam. Misalnya memimpin organisasi.
Pada pembelajaran berbasis kompetensi, siswa diharapkan mampu mendemonstrasikan pe
ngetahuan, penguasaan konsep, dan keterampilan dalam dan sebagai proses pembelajaran.
Karakteristik utama dari pembelajaran berbasis kompetensi adalah fokusnya pada tingkat
penguasaan. Dalam sistem pembelajaran berbasis kompetensi, siswa melakukan pembelaja
ran sesuai dengan tahapan penguasaan kompetensinya hingga tuntas sebelum akhirnya ma
mpu melanjutkan pada tahap penguasaan kompetensi berikutnya. Sebagai sebuah proses,
pembelajaran berbasis kompetensi ini membutuhkan waktu sehingga sedikit demi sedikit si
swa menunjukan penguasaan pengetahuan, konsep dan keterampilan untuk memecahkan
masalah. Termasuk menunjukan karakter yang ingin dicapai. Bukan sekedar menguasai kont
en materi pembelajaran semata.
Kekuatan pembelajaran berbasis kompetensi terletak pada fleksibilitasnya karena siswa dap
at bergerak dengan kecepatan belajar mereka sendiri. Ini mendukung siswa dengan latar be
lakang pengetahuan yang beragam, tingkat literasi yang berbeda dan bakat terkait lainnya.
Tantangan pembelajaran berbasis kompetensi bagi guru antara lain adalah, kemampuan un
tuk mengidentifikasi tahapan kompetensi dasar siswa termasuk literasi dan numerasi. Namu
n laporan hasil AKM dapat membantu memetakan tahapan kompetensi siswa. 

27
ANALISIS KATEGORI PENGUASAAN KOMPETENSI
UNTUK TINDAK LANJUT PEMBELAJARAN
Tidak semua siswa akan mencapai level mahir dalam waktu yang bersamaan. Akan tetapi setiap usaha dan proses yang dilaku
kan siswa untuk mencapai level yang lebih tinggi, tentu akan menunjukan peningkatan kinerja siswa. Dimana siswa menjadi le
bih fasih dan terampil. Kefasihan mengacu pada kelancaran mereka dalam melakukan pekerjaannya. Siswa menjadi lebih yakin
pada kemampuannya jika siswa dapat naik ke level penguasaan yang lebih tinggi. Keterampilan mengacu pada kemampuan u
ntuk beradaptasi dan bereaksi terhadap situasi baru untuk “bergerak dengan cepat” berdasarkan informasi baru. 
Setiap kategori tingkat penguasaan kompetensi, sebagaimana telah dibahas pada aktivitas sebelumnya, tentu memiliki kebutu
han dan pendekatan tersendiri. Sebelum menentukan tindak lanjut yang tepat, Guru perlu menganalisis setiap kategori komp
etensi siswanya.
Penjelasan ini diadaptasi dari penjelasan tahapan penguasaan Marc Rosenberg (2012). Silakan membaca dan mencermatinya. 

28
MEREKOMENDASIKAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN H
ASIL LAPORAN ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM
Dengan penjelasan dan ilustrasi yang diberikan diharapkan guru dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya da
pat memperoleh gambaran AKM secara komprehensif. Seperti telah disampaikan dan ditunjukkan, meskipun AKM ti
dak mengukur secara spesifik capaian belajar pada mata pelajaran, namun pelaporan hasil AKM dapat dimanfaatkan
untuk perbaikan proses pembelajaran pada berbagai mata pelajaran. Tentunya dengan didasarkan pada analisis hasil
laporan Asesmen Kompetensi Minimum.
Implikasi tingkat kompetensi pada pembelajaran dapat dilihat melalui contoh mata pelajaran IPS berikut ini. Disajika
n bacaan berisi materi baru mengenai koperasi: menjelaskan definisi, fungsi, manfaat dan beragam contoh baik. Gur
u diharapkan menyesuaikan pembelajarannya sesuai tingkat kompetensi murid. Misalnya:
1. Murid di tingkat Perlu Intervensi Khusus belum mampu memahami isi bacaan, murid hanya mampu membuat inte
rpretasi sederhana. Guru IPS tidak cukup bertumpu pada materi bacaan tersebut. Murid perlu diberi bahan belajar
lain secara audio, visual dan pendampingan khusus. 
2. Murid di tingkat Dasar telah mampu mengambil informasi dari teks, namun tidak memahami secara utuh isi topik
koperasi. Murid dapat diberi sumber belajar pendamping dalam bentuk catatan singkat atau simpulan untuk pem
ahaman yang utuh.
3. Murid di tingkat Cakap mampu memahami dengan baik isi teks mengenai koperasi, namun belum mampu merefle
ksi. Murid dapat diberi pembelajaran identifikasi kondisi lingkungan murid, mengaitkan dengan fungsi dan manfa
at koperasi. 
4. Murid di tingkat Mahir mampu memahami isi bacaan dan merefleksi kegunaan koperasi dari teks yang diberikan o
leh guru. Guru dapat melakukan pembelajaran berupa menyusun beragam strategi pemanfaatan koperasi.
29
SEGITIGA BELAJAR:KURIKULUM, ASESMEN,DAN PEMBELAJARAN

Peran pertama dan utama asesmen harus dilihat sebagai bagian dari proses pembelajaran yang utuh. Kerangka yang sering di
gunakan adalah segitiga belajar yang mengkaitkan antara asesmen, kurikulum dan pembelajaran. Segitiga belajar membantu k
ita tidak melihat asesmen, kurikulum dan pembelajaran sebagai aspek yang berdiri sendiri. Guru dan pemimpin sekolah dapat
melakukan penyelarasan antar 3 aspek yang menentukan pengalaman belajar murid.

Dalam segitiga belajar, maka makna masing-masing segi adalah sebagai berikut:
Kurikulum: Seperangkat kompetensi yang penting dikuasai murid dengan
menggunakan cara belajar dan asesmen tertentu. Pengembangan kurikulum, selain
mengacu pada tantangan dunia nyata, hendaknya mengacu pada hasil asesmen dan
refleksi praktik pembelajaran.
Pembelajaran: Serangkaian aktivitas yang dirancang dan dilakukan di ruang kelas
berdasarkan kompetensi awal murid yang diketahui dari hasil asesmen dan untuk
mencapai sasaran kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Pembelajaran
memadukan informasi dari asesmen dengan informasi dari kurikulum. Keseimbangan
antara paduan tersebut yang akan menghasilkan pembelajaran yang optimal.

Asesmen: Proses mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan sejumlah informasi yang terkait pencapaian kondisi murid
dan penguasaan suatu kompetensi tertentu. Asesmen diagnosis: asesmen di awal untuk merancang strategi pembelajaran.
Asesmen formatif: asesmen sepanjang proses belajar untuk melakukan perbaikan dan penyesuaian pembelajaran. Asesmen
sumatif: asesmen di akhir untuk menentukan level penguasaan kompetensi oleh murid.
30
TERIMA KASIH

YESYIKA IMANNIAR

Anda mungkin juga menyukai