Anda di halaman 1dari 25

Skenario 5

• Pasien laki – laki usia 45 tahun datang ke


puskesmas dengan keluhan sejak 4 bulan yang
lalu keluar lendir berbau busuk dari hidung
kanan, sehingga kemampuan penghidu turun.
Kleuhan disertai nyeri pada pipi dn dahi kanan
dan setiap bangun tidur terasa banyak lendir
di tenggorok. Pasien mempunyai riwayat sakit
gigi geraham kanan 5 bulan yg lalu.
• Sinus paranasal : ruang ebrisi udara di dalam
cranium yang terhubung cavitas nasal
• Rhinosinusitis : peradangan simtomatis
mukosa sinus parasanal dan mukosa hidung
Problem definition
• Mengapa keluar lendir berbau busuk?
• Mengapa kemampuan menghidu menurun ?
• Apakah ada hubungan nyeri pipi dan dahi
dengan lendir ?
• Hubungan dengan sakit gigi ?
• Pemeriksaan fisik ? Transluminasi, rhinoskopi
• Pemeriksaan Penunjang apa ?  rontgen
( posisi waters/PA/Lateral)
Mengapa lendir berbau ?
• Mukosa cavum nasi dan sinus paranasal
memproduksi 1 liter mukus per hari  akan
dibersihkan mukosiliar
• KOM ( kompleks ostiomeatal )tempat drainase
kelompok sinus anterior -> frontalis, ethmoid,
maksilaris
• Edema karena infeksi virus ( ISPA) atau
bakteeri / deviasi septum/ polip nasal
Obstruksi KOM  lingkungan lembab dan
hipoksia  ideal untuk pembentukan kuman
patogen  gerakan silia untuk mengeluarkan
sekret terganggu  penumpukan sekret
• Paparan debu / virus / bakteri  reaksi
inflamasi  interaksi makrofag dan limfosit T
 reaksi antigen antibodi  mediator
mengeluarkan histamin  permeabilitas
kapiler meningkat  transudasi  kental dan
bau
Mengapa kemampuan menghidu
menurun ?
• Penumpukan sekret  gangguan konduksi ke
n. olfactorius

Nyeri pipi dan dahi?


• Reaksi Inflamasi  kalor, dolor, tumor, rubor
Hubungan sakit gigi ?
• Akar gigi berhubungan dengan sinus maksilaris ( bagian pipi) terkadang sampai pada
bagian rongga sinus maksilaris  infeksi gigi hingga ke akar akan menjalar hingga sinus
• Gigi berlubang makanan akan masuk ke celah  infeksi  peradangan
Anatomic location of the
sinus ostia
PENGHIDU DAN PENGECAP

- USA : 1 – 2 % mengalami gangguan penghidu


- Dapat membahayakan keselamatan penderita
- Hanya 5 % yang digunakan untuk menghidu
- Mebrana olfaktoria terletak pd celah sempit pada
bagian superior rongga hidung
- Luas permukaan membran 10 cm2 ~ anjing 170 cm2
- Celah olfaktorius pr > lk
ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN PENGHIDU

- Silia/reseptor berdiri diatas tonjolan mukosa yang


dinamakan vesikel olfaktorius dan masuk ke dalam
lapisan sel-sel reseptor olfaktoria
- Diantara sel-sel reseptor (neuron) terdapat banyak
kelenjar Bowman penghasil mukus (mgdg air,
mukopolisakarida, antibodi, enzim, garam-garam dan
protein pengikat bau (G-protein))
- Sel-sel reseptor satu-satunya neuron sistem saraf
pusat yang dapat berganti secara reguler ( 4-8 mgg)
(tempat transduksi)

GPCR :G-Protein Coupled Receptor


• Kecepatan aliran udara pada saat inspirasi sebesar 250 ml/sec
• Inspirasi dalam molekul udara lebih banyak menyentuh
mukosa olfaktorius sensasi bau tercium
• syarat zat-zat yang dapat menyebabkan perangsangan penghidu :
- Harus mudah menguap mudah masuk ke liang hidung
- Sedikit larut dalam air mudah melalui mukus
- mudah larut dalam lemak sel-sel rambut olfaktoria dan
ujung luar sel-sel olfaktoria td dari zat lemak
• zat-zat yang ikut dalam udara inspirasi akan larut dalam lapisan mukus
yang berada pada permukaan membran
- Molekul bau yang larut dalam mukus terikat oleh protein spesifik (G-
PCR)
- G- Protein akan terstimulasi  aktivasi enzim Adenyl cyclase
- Percepatan konversi ATP  cAMP
- Aksi cAMPakan membuka saluran ion Ca++, shg ion Ca++ masuk ke
dalam silia
- Masuknya ion Ca  Cl- keluar dari silia  membran semakin positif 
depolarisasi  terjadi aksi potensial

- Aksi potensial Akson-akson dari sel-sel reseptor glomeruli (bulbus


olfaktorius) serabut saraf olfaktorius.
- Di dalam glomerulus, akson mengadakan kontak dengan dendrit sel-sel mitral
dan bbrp tipe sel lainnya.
- Akson sel-sel mitral korteks piriformis, medial amigdala dan
korteks enthoris
Structure of the Olfactory System -
continued
 Signals are sent to
 Primary olfactory (piriform)
cortex in the temporal lobe
(area utk mengidentifikasi
bau)

 Secondary olfactory
(orbitofrontal) cortex in the
frontal lobe (berhubungan
dengan memori)

 Amygdala deep in the cortex


(terlibat dalam fungsi social)
Adaptasi Bau
Reseptor olfaktorius mengadakan adaptasi kira-kira 50% dlm detik pertama
atau lebih setelah perangsangan. Setelah itu mereka beradaptasi lebih
lanjut dengan amat lambat. Sensasi bau beradaptasi hampir menghilang
dalam satu atau dua menit setelah seseorang masuk dalam atmosfer yang
sangat berbau.
GANGGUAN FUNGSI PENGHIDU
1. ANOSMIA
A. Intranasal : obstruksi hidung (rhinitis vasomotor, rhinitis alergi, tumor
hidung, polip, tumor nasofaring), Rhinitis atrofikan, def.vitamin A, Zinc
B. Intrakranial : trauma kepala, infeksi (abses otak lob.frontalis, meningitis
pd lob.frontalis), tumor lob.fr

2. HIPOSMIA
obstruksi hidung (rhinitis vasomotor, rhinitis alergi, tumor hidung, polip,
tumor nasofaring), Rhinitis atrofikan, deviasi septum

3. KAKOSMIA
epilepsi lobus temporalis, depresi, skizofrenia

4. PAROSMIA
Pasca trauma kepala pd daerah frontal atau oksipital
JENIS GANGGUAN
• Konduktif anosmia : Anosmia yang disebabkan oleh adanya gangguan
konduksi partikel-partikel bau menuju ke celah olfaktoria
• Neuronal anosmia : Gangguan pada fungsi epitel olfaktorius atau
gangguan pada jalur saraf olfaktorius
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
lama keluhan, terus menerus atau hilang timbul, ada trauma
sebelumnya, unilateral atau bilateral, ada pemakain obat-obatan
2. Pemeriksaan Fisis
Rinoskopi anterior dan posterior
3. Pemeriksaan Penunjang
Tes Scratch dan Shiff
Bahan yang digunakan biasanya bersifat aromatik tidak merangsang
seperti gol.minyak,sabun, tembakau, kopi, vanila dsb
Penderita diminta menghirup danmengidentifikasi bahan yang
disajikan didepan satu lubang hidung sementara lubang hidung lain
ditutup
Alkohol Sniff Test (AST)
- Sangat baik utk skrining
- Penderita diinstruksikan untuk mengendus bau isopropil alkohol
dengan mata tertutup.
- Kapas yang telah diberi alkohol didekatkan perlahan-lahan ke hidung
penderita. Dimulai kira-kira 20 – 30 cm dari mid sternum.
- Normosmik : dapat menghidu dari jarak > 10 cm
- Hiposmik : 0 – 10 cm ( 1, 2, 3 an 4 cmm : berat )
- Anosmik : tdk dpt mencium sama sekali
Kemungkinan diagnosis
• Sinusitis akut dd kronik
• LO
1.Definisi
2.Klasifikasi
3.Kriteria diagnosis ( mayor dan minor)

Anda mungkin juga menyukai