Secondary olfactory
(orbitofrontal) cortex in the
frontal lobe (berhubungan
dengan memori)
2. HIPOSMIA
obstruksi hidung (rhinitis vasomotor, rhinitis alergi, tumor hidung, polip,
tumor nasofaring), Rhinitis atrofikan, deviasi septum
3. KAKOSMIA
epilepsi lobus temporalis, depresi, skizofrenia
4. PAROSMIA
Pasca trauma kepala pd daerah frontal atau oksipital
JENIS GANGGUAN
• Konduktif anosmia : Anosmia yang disebabkan oleh adanya gangguan
konduksi partikel-partikel bau menuju ke celah olfaktoria
• Neuronal anosmia : Gangguan pada fungsi epitel olfaktorius atau
gangguan pada jalur saraf olfaktorius
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
lama keluhan, terus menerus atau hilang timbul, ada trauma
sebelumnya, unilateral atau bilateral, ada pemakain obat-obatan
2. Pemeriksaan Fisis
Rinoskopi anterior dan posterior
3. Pemeriksaan Penunjang
Tes Scratch dan Shiff
Bahan yang digunakan biasanya bersifat aromatik tidak merangsang
seperti gol.minyak,sabun, tembakau, kopi, vanila dsb
Penderita diminta menghirup danmengidentifikasi bahan yang
disajikan didepan satu lubang hidung sementara lubang hidung lain
ditutup
Alkohol Sniff Test (AST)
- Sangat baik utk skrining
- Penderita diinstruksikan untuk mengendus bau isopropil alkohol
dengan mata tertutup.
- Kapas yang telah diberi alkohol didekatkan perlahan-lahan ke hidung
penderita. Dimulai kira-kira 20 – 30 cm dari mid sternum.
- Normosmik : dapat menghidu dari jarak > 10 cm
- Hiposmik : 0 – 10 cm ( 1, 2, 3 an 4 cmm : berat )
- Anosmik : tdk dpt mencium sama sekali
Kemungkinan diagnosis
• Sinusitis akut dd kronik
• LO
1.Definisi
2.Klasifikasi
3.Kriteria diagnosis ( mayor dan minor)