SHOCK
Diajukan Kepada :
Disusun Oleh :
20204010276
2021
A. Definisi Syok
SYOK adalah kegagalan sirkulasi yang menyebabkan perfusi jaringan dan
penghantar oksigen di tingkat seluler tidak memadai sehingga kebutuhan
metabolism jaringan tidak terpenuhi.
Langkah pertama dan terpenting pada menejemen syok adalah dapat
mengenali syok secara cepat, mendiagnosis syok dapat dilihat dari gejala klinis dan
hasil tes laboratorium. Langkah kedua adalah mengidentifikasi kemungkinan
penyebab syok tersebut terjadi dan melakukan pengobatan sesuai dengan penyebab
syok. Respon pasien terhadap pengobatan awal juga penting dilakukan, karena dapat
memberikan informasi yang cukup untuk menentukan penyebab syok. Perdarahan
merupakan penyebab syok tersering pada pasien trauma.
Secara patofisiologi syok merupakan gangguan sirkulasi yang diartikan
sebagai kondisi tidak adekuatnya transport oksigen ke jaringan atau perfusi yang
diakibatkan oleh gangguan hemodinamik. Gangguan hemodinamik tersebut dapat
berupa penurunan tahanan vaskuler sitemik terutama di arteri, berkurangnya darah
balik, penurunan pengisian ventrikel, dan sangat kecilnya curah jantung. Dengan
demikian syok dapat terjadi oleh berbagai macam sebab dan dengan melalui berbagai
proses. Secara umum dapat dikelompokkan kepada empat komponen yaitu masalah
penurunan volume plasma intravaskuler, masalah pompa jantung, masalah pada
pembuluh baik arteri, vena, arteriol, venule atupun kapiler, serta sumbatan potensi
aliran baik pada jantung, sirkulasi pulmonal dan sitemik.
B. Klasifikasi Syok
Syok terbagi menjadi 4 jenis, yaitu :
1. Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik yaitu, kegagalan perfusi dan suplai oksigen disebabkan oleh
hilangnya sirkulasi volume intravaskuler sebesar >20-25% sebagai akibat dari
perdarahan akut, dehidrasi, kehilangan cairan pada ruang ketiga.
2. Syok Kardiogenik
Syok Kardiogenik yaitu, kegagalan perfusi dan suplai oksigen disebabkan oleh
adanya kerusakan primer fungsi atau kapasitas pompa jantung untuk mencakupi
volume jantung semenit, berkaitan dengan terganggunya preload, afterload,
kontraktilitas, frekuensi ataupun ritme jantung. Penyebab terbanyak adalah
infark miokard akut, keracunan obat, infeksi/inflamasi, gangguan mekanik.
3. Syok Distribusi
Syok Distributif yaitu, kegagalan perfusi dan suplai oksigen disebabkan
oleh menurunya tonus vaskuler mengakibatkan vasodilatasi arterial,
penumpukan vena dan redistribusi aliran darah. Penyebab dari kondisi ini
terutama komponen vasoaktif pada syok anafilaksis: bakteri dan toksinnya pada
syok septik sebagai mediator dari SIRS: hilangnya tonus vaskuler pada syok
neurogenik.
4. Syok Obstruktif
Syok Obstruktif yaitu, kegagalan perfusi dan suplai oksigen berkaitan
dengan terganggunya mekanisme aliran balik darah oleh karena meningkatnya
tekanan intratorakal atau terganggunya aliran keluar arterial jantung (emboli
pulmoner, emboli udara, diseksi aorta, hipertensi pulmoner, tamponade jantung,
pericarditis konstriktif) ataupun keduanya oleh karena obstruksi mekanis.
C. DIAGNOSIS SYOK
Syok ditegakan berdasarkan tanda klinis dari adanya perfusi dan oksigenasi
jaringan yang tidak adekuat. Setelah dilakukan pemeriksaan airway dan ventilasi,
evaluasi status sirkulasi pasien perlu diperiksa dengan mencari adanya tanda
manifestasi awal syok berupa takikardi dan vasokontriksi kutaneus. Takikardi dan
vasokontriksi kulit adalah respon fisiologis awal pada kehilangan volume pada
kebanyakan orang dewasa. Setiap pasien trauma dengan akral dingin dan takikardi
harus dianggap syok sampai terbukti tidak.
1. Syok hemoragik
Peradarah merupakan penyebab syok yang paling sering terjadi setelah
cidera, dan hampir semua pasien dengan cidera multiple mengalami syok
hypovolemia dengan derajat yang berbeda. Oleh karena itu jika terdapat tanda-
tanda syok pada pasien, pengobatan awal dilakukan seolah-olah pasien mengalami
syok hypovolemia. Organ yang sering menjadi sumber perdarahan antara lain yaitu
thoraks, abdomen, panggul, retroperitoneum, ektremitas dan perdarahan ekstrenal,
dan harus segera diidentifikasi dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang lainya. Fokus utama dalam syok hemoragik adalah segera
mengidentifikasi dan menghentikan perdarahan. Rontgen thoraks, panggul, dan
perut dengan FAST, diagnostic peritoneal lavage (DPL), dan katerisasi kandung kemih
mungkin diperlukan untuk menentukan sumber perdarahan.
Perdarahan diartikan sebagai kehilangan akut volume darah dalam sirkulasi.
Pada umumnya volume darah normal orang dewasa sekitar 7% dari berat badan.
Misalnya, prial 70kg memiliki volume darah sekitar 5 liter. Volume darah orang
dewasa yang mengalami obesitas dihitung berdasarkan berat badan ideal mereka,
karena perhitungan berdasarkan berat badan sebenernya dapat mengakibatkan
estimasi berlebihan. Sedangkan volume darah anak-anak dihitung 8-9% dari berat
badan (70-80ml/kg). Perdarahan diklasifikasikan menjadi empat berdasarakan tanda
klinis yang bermanfaat untuk memperkirakan presentase kehilangan darah akut.
Perubahan ini menunjukan kelanjutan dari perdarahan yang sedang berlangsung dan
digunakan hanya sebagai pedoman terapi inisial. Pergantian volume berikutnya
ditentukan oleh respon pasien terhadap terapi inisial. Klasifikasi berikut digunakan
untuk mengurangi tanda-tanda awal dan patofisiologi dari keadaan syok,
Perdarahan kelas I
Perdarahan kelas I memiliki tanda klinis yang sangat minimal,
takikardu sangat jarang terjadi. Pasien yang sehat tidak memerlukan
penggantian darah, karena pengisian transkapiler dan mekanisme
kompensasi lainya akan memulihkan volume darah dalam waktu 24
jam. Pada kelas I, seseorang mengalami kehilangan darah sekitar
750ml (15%), denyut nadi <100, tekanan darah sistolik normal,
tekanan nadi dapat normal atau meningkat, frekuensi nafas 14-20,
pengeluaran urin >30ml/jam, pasien sedikit gelisah. Perdarahan kelas
I ini dicontohkan dengan kondisi individu yang mendonorkan 1 unit
darah.
Perdarahan kelas II
Perdarahan kelas II merupakan perdarahan tanpa terjadi
komplikasi yang memerlukan resusitasi cairan kristaloid. Dalam kelas
ini pasien mengalami perdarahan sekitar 750-1500ml (15-30%),
denyut nadi 100-120, tekanan darah sistolik normal, tekanan nadi
menurun, frekuensi nafas 20-30, pengeluaran urine 20-3-ml/jam,
pasien cukup gelisah. Penurunan tekanan nadi terkait dengan
peningkatan tekanan darah diastolic karena peningkatan katekolamin,
yang menghasilkan peningkatan tonus dan resistensi vaskular perifer.
Beberapa pasien dalam kategori ini mungkin memerlukan transfusi
darah, tetapi kebanyakan distabilkan terlebih dahulu dengan larutan
kristaloid.
Perdarahan tipe III
Perdarahan kelas III merupakan perdarahan yang terdapat
komplikasi, memerlukan resusitasi kristaloid dan penggantian darah.
Dalam kelas ini pasien megalami perdarahan sekitar 1500-2000ml (30-
40%), denyut nadi 120-140, tekanan darah sistolik menurun, frekuensi
nafas 30-40, pengeluaran urine 5-15, pasien sangat gelisah. Prioritas
penatalaksanaan awal dalam tipe ini adalah menghentikan
perdarahan dengan operasi darurat atau embolisasi jika diperlukan.
Perdarahan tipe IV
Pulse pressure ↔ ↓ ↓
Urine output ↔ ↔ ↓
a Base excess is the quantity of base (HCO –, in mEq/L) that is above or below the normal range in the body. A negative number is called a base
3
a. Kardiogenik syok
tamponade jantung, emboli udara, atau infark miokard. Dugaan trauma tumpul
pada dada dapat ditegakan jika mekanisme cidera pada thoraks melibatkan
perlambatan yang cepat. Semua pasien dengan trauma tumpul dada memerlukan
b. Kardiac tamponade
Meskipun tamponade jantung paling sering ditemui pada pasien dengan trauma
tembus pada dada, hal ini dapat terjadi akibat cedera tumpul pada dada. Takikardia, suara
jantung yang teredam, dan vena leher yang membesar dan membesar dengan hipotensi dan
respons yang tidak memadai terhadap terapi cairan menunjukkan adanya tamponade jantung.
Namun, tidak adanya temuan klasik ini tidak mengecualikan adanya kondisi ini. Tension
pneumothoraks dapat menyerupai tamponade jantung, dengan temuan vena leher yang
membesar dan hipotensi pada keduanya. Namun, tidak ada suara nafas dan perkusi
mendiagnosis tamponade dan ruptur katup, tetapi seringkali tidak praktis atau segera tersedia
di UGD. FAST yang dilakukan di UGD dapat mengidentifikasi cairan perikardial, yang
menunjukkan tamponade jantung sebagai penyebab syok. Tamponade jantung paling baik
dikelola dengan intervensi operasi formal, karena perikardiosentesis paling baik hanya
c. Tension pneumothorax
Tension pneumothorax adalah keadaan bedah darurat yang perlu diagnosis dan
pengobatan segera. Hal ini terjadi ketika udara memasuki ruang pleura, tetapi mekanisme
penurunan curah jantung. Pasien yang bernafas secara spontan sering mengalami takipneu
yang ekstrim dan haus akan udara, sementara pasien dengan ventilasi mekanis lebih sering
tidak adanya bunyi napas unilateral, hiperresonansi terhadap perkusi, dan pergeseran trakea
mendukung diagnosis tension pneumotoraks dan menjamin dekompresi toraks segera tanpa
menunggu konfirmasi x-ray dari diagnosis tersebut. Kompresi jarum pada tension
pneumothorax untuk sementara mengurangi kondisi yang mengancam nyawa ini. Ikuti
prosedur ini dengan memasang chest tube menggunakan teknik steril yang sesuai.
d. Syok neuorogenik
Cedera intrakranial tidak menyebabkan syok, kecuali jika batang otak cidera. Oleh
karena itu, adanya syok pada penderita cedera kepala perlu dicari penyebab lainnya. Cedera
sumsum tulang belakang servikal dan toraks atas dapat menyebabkan hipotensi karena
hipovolemia menambah efek fisiologis denervasi simpatis. Gambaran klasik syok neurogenik
adalah hipotensi tanpa takikardia atau vasokonstriksi kulit. Tekanan nadi yang menyempit
tidak terlihat pada syok neurogenik. Pasien yang mengalami cedera sumsum tulang belakang
sering mengalami trauma batang tubuh yang bersamaan; oleh karena itu, pasien dengan syok
neurogenik yang diketahui atau dicurigai dirawat pada awalnya untuk hipovolemia.
Kegagalan resusitasi cairan untuk memulihkan perfusi organ dan oksigenasi jaringan
menunjukkan adanya perdarahan yang berkelanjutan atau syok neurogenik. Teknik lanjutan
untuk memantau status volume intravaskular dan curah jantung dapat membantu dalam
e. Syok sepsis
Syok akibat infeksi segera setelah cedera jarang terjadi; namun, hal ini dapat terjadi
jika kedatangan pasien di UGD tertunda selama beberapa jam. Syok septik dapat terjadi pada
pasien dengan cedera tembus pada abdomen dan kontaminasi rongga peritoneum oleh isi
usus. Pasien dengan sepsis yang juga mengalami hipotensi dan afebris secara klinis sulit
untuk dibedakan dari mereka yang mengalami syok hipovolemik, karena pasien pada kedua
kelompok dapat mengalami takikardia, vasokonstriksi kulit, gangguan output urin, penurunan
tekanan sistolik, dan tekanan nadi sempit. Pasien dengan syok septik dini dapat memiliki
volume sirkulasi normal, takikardia sedang, kulit hangat, tekanan darah sistolik mendekati
E. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik difokuskan untuk mendiagnosis cidera yang mengancam jiwa
dan menilai ABCDE. Pengamatan untuk meilai respons pasien terhadap terapi,
pengukuran berulang vital sign, urine output dan tingkat kesadaran sangat penting
dilakukan. Pasien pasien yang lebih terperinci dapat dilakukan jika situasi
memungkinkan
1. Airway dan Breathing
Mempertahankan jalan nafas yang paten dengan ventilasi dan oksigenasi
yang adekuat. Tambahan oksigen diberikan untuk mempertahankan saturasi
O2>95%.
2. Circulation
Priotitas dalam penanganan sirkulasi mencakup control perdarahan yang
terlihat, mendapatkan akses intravena yang adekuat dan memeriksa perfusi
jaringan. Perdarahan dari luka eksternal di ekstremitas biasanya dapat dikontrol
dengan tekanan langsung di tempat perdarahan. Pembedahan mungkin
diperlukan untuk mengontrol perdarahan internal. Prioritasnya adalah
menghentikan perdarahan, bukan menghitung volume cairan yang hilang.
anak-anak. Kondisi ini dapat menyebabkan hipotensi yang tidak dapat dijelaskan
berlebihan. Pada pasien yang tidak sadar, distensi lambung meningkatkan risiko
aspirasi isi lambung, suatu komplikasi yang berpotensi fatal. Pertimbangkan untuk
memasangnya ke suction atau alat hisap. Ketahuilah bahwa posisi tube yang benar
6.Kateterisasi Kemih
perfusi ginjal secara terus menerus. Darah di meatus uretra atau hematoma /
(minimal 18-gauge pada orang dewasa). Laju aliran sebanding dengan pangkat
empat jari-jari kanula dan berbanding terbalik dengan panjangnya, seperti yang
dijelaskan dalam hukum Poiseuille. Oleh karena itu, jalur intravena perifer
berkaliber besar yang pendek lebih disukai untuk infus cairan yang cepat, daripada
kateter yang lebih tipis dan lebih panjang. Gunakan penghangat cairan dan pompa
Tempat yang paling diinginkan untuk jalur intravena perifer dan perkutan
pada orang dewasa adalah lengan bawah dan vena antekubital. Ini bisa menjadi
tantangan pada pasien muda, sangat tua, obesitas, dan pengguna narkoba suntikan.
perifer, dokter dapat memulai akses vena sentral (yaitu vena femoralis, jugularis,
Saat jalur intravena dimulai, ambil sampel darah untuk jenis dan
pengujian kehamilan untuk semua wanita usia subur. Analisis gas darah juga
dapat dilakukan saat ini. Foto rontgen dada harus dilakukan setelah upaya
darurat, akses vena sentral seringkali tidak tercapai dalam kondisi yang dikontrol
dengan ketat atau benar-benar steril. Oleh karena itu, garis-garis ini harus diubah
dalam lingkungan yang lebih terkontrol segera setelah kondisi pasien
memungkinkan.
Jumlah cairan dan darah yang diperlukan untuk resusitasi sulit diprediksi pada
evaluasi awal pasien. Berikan cairan cairan isotonik awal yang dihangatkan. Dosis biasa
adalah 1 liter untuk dewasa dan 20 mL / kg untuk pasien anak dengan berat badan kurang
dari 40 kilogram. Volume cairan resusitasi yang absolut harus didasarkan pada respons
pasien terhadap pemberian cairan, perlu diingat bahwa jumlah cairan awal ini termasuk
cairan yang diberikan dalam pengaturan pra-rumah sakit. Kaji respons pasien terhadap
resusitasi cairan dan identifikasi bukti perfusi organ akhir yang memadai dan oksigenasi
jaringan. Amati respons pasien selama pemberian cairan awal ini dan dasarkan keputusan
terapeutik dan diagnostik lebih lanjut pada respons ini. Infus cairan dan darah dalam jumlah
besar secara terus-menerus dalam upaya mencapai tekanan darah normal bukanlah pengganti
kontrol perdarahan yang pasti. menguraikan pedoman umum untuk menetapkan jumlah
cairan dan darah yang mungkin diperlukan selama resusitasi. Jika jumlah cairan yang
diperlukan untuk memulihkan atau mempertahankan perfusi organ yang memadai dan
oksigenasi jaringan jauh melebihi perkiraan ini, kaji kembali situasinya secara hati-hati dan
jaringan, yang dilakukan dengan pemberian larutan kristaloid dan produk darah untuk
menggantikan volume intravaskular yang hilang. Namun, jika tekanan darah pasien
meningkat dengan cepat sebelum perdarahan terjadi secara de nitif terkontrol, lebih banyak
perdarahan dapat terjadi. Untuk alasan ini, pemberian larutan kristaloid yang berlebihan bisa
berbahaya.
penatalaksanaan awal pasien dengan trauma tumpul, terutama yang mengalami cedera otak
traumatis. Pada trauma tembus dengan perdarahan, menunda resusitasi cairan yang agresif
sampai kontrol perdarahan yang pasti tercapai dapat mencegah perdarahan tambahan;
diperlukan pendekatan yang hati-hati dan seimbang dengan evaluasi ulang yang sering.
perdarahan ulang dengan menerima tekanan darah yang lebih rendah dari normal disebut
Strategi resusitasi seperti itu mungkin merupakan jembatan, tetapi bukan pengganti, kontrol
bedah definitif untuk perdarahan. Resusitasi dini dengan darah dan produk darah harus
dipertimbangkan pada pasien dengan bukti perdarahan kelas III dan IV. Pemberian produk
darah secara dini dengan rasio yang rendah dari sel darah merah yang dikemas ke plasma dan
Tanda dan gejala perfusi yang tidak memadai yang sama yang digunakan untuk mendiagnosis
syok membantu menentukan respons pasien terhadap terapi. Kembalinya tekanan darah
normal, tekanan nadi, dan denyut nadi merupakan tanda perfusi kembali normal, namun
pengamatan ini tidak memberikan informasi mengenai perfusi organ dan oksigenasi jaringan.
Perbaikan status volume intravaskuler merupakan bukti penting dari peningkatan perfusi,
tetapi sulit untuk dihitung. Volume output urin merupakan indikator perfusi ginjal yang
cukup sensitif; Volume urin normal umumnya menunjukkan aliran darah ginjal yang adekuat,
jika tidak diubah oleh cedera ginjal yang mendasari, hiperglikemia yang nyata atau
pemberian agen diuretik. Untuk alasan ini, keluaran urin merupakan salah satu indikator
Dalam batas tertentu, keluaran urin digunakan untuk memantau aliran darah ginjal.
Penggantian volume yang adekuat selama resusitasi akan menghasilkan keluaran urin sekitar
0,5 mL / kg / jam pada orang dewasa, sedangkan 1 mL / kg / jam adalah keluaran urin yang
adekuat untuk pasien anak. Untuk anak di bawah usia 1 tahun, 2 mL / kg / jam harus
dipertahankan. Ketidakmampuan untuk mendapatkan keluaran urin pada level ini atau
penurunan keluaran urin dengan peningkatan gravitasi spesifik menunjukkan resusitasi yang
tidak adekuat. Situasi ini harus merangsang penggantian volume lebih lanjut dan investigasi
Pasien syok hipovolemik dini mengalami alkalosis pernapasan akibat takipnea, yang sering
diikuti oleh asidosis metabolik ringan dan tidak memerlukan pengobatan. Namun, asidosis
metabolik yang parah dapat berkembang dari syok yang berlangsung lama atau parah.
Asidosis metabolik disebabkan oleh metabolisme anaerobik, akibat perfusi jaringan yang
tidak memadai dan produksi asam laktat. Asidosis persisten biasanya disebabkan oleh
resusitasi yang tidak adekuat atau kehilangan darah yang berkelanjutan. Pada pasien syok,
obati asidosis metabolik dengan cairan, darah, dan intervensi untuk mengontrol perdarahan.
Nilai dasar de cit dan / atau laktat dapat berguna dalam menentukan keberadaan dan tingkat
keparahan syok, dan kemudian pengukuran serial parameter ini dapat digunakan untuk
memantau respons terhadap terapi. Jangan gunakan natrium bikarbonat untuk mengobati
Respon pasien terhadap resusitasi cairan awal adalah kunci untuk menentukan
terapi selanjutnya. Setelah menetapkan diagnosis awal dan rencana perawatan berdasarkan
penilaian awal, dokter mengubah rencana tersebut berdasarkan respons pasien. Mengamati
respons terhadap resusitasi awal dapat mengidentifikasi pasien yang kehilangan darah lebih
besar dari yang diperkirakan dan pasien dengan perdarahan berkelanjutan yang memerlukan
Pola respons potensial terhadap pemberian cairan awal dapat dibagi menjadi tiga
kelompok: respons cepat, respons sementara, dan respons minimal atau tidak ada respons.
1. Respon cepat
Pasien dalam kelompok ini, yang disebut sebagai "respon cepat," dengan cepat
merespon bolus cairan awal dan menjadi normal secara hemodinamik, tanpa tanda perfusi
jaringan dan oksigenasi yang tidak adekuat. Setelah hal ini terjadi, dokter dapat
dari 15% volume darah mereka (perdarahan kelas I), dan tidak ada bolus cairan lebih lanjut
atau pemberian darah segera yang diindikasikan. Konsultasi dan evaluasi bedah diperlukan
selama penilaian awal dan pengobatan responden cepat, karena intervensi operasi masih
diperlukan.
2. Respon sementara
Pasien dalam kelompok kedua, "respon sementara", merespons bolus cairan awal.
Namun, mereka mulai menunjukkan penurunan indeks perfusi karena cairan awal
berlangsung atau resusitasi yang tidak adekuat. Sebagian besar pasien ini awalnya kehilangan
sekitar 15% sampai 40% volume darah mereka (perdarahan kelas II dan III). Transfusi darah
dan produk darah diindikasikan, tetapi yang lebih penting adalah menyadari bahwa pasien
terhadap pemberian darah mengidentifikasi pasien yang masih mengalami perdarahan dan
memerlukan intervensi bedah cepat. Juga pertimbangkan untuk memulai protokol transfusi
masif (MTP).
kebutuhan untuk segera, intervensi definitif (yaitu, operasi atau angiembolisasi) untuk
mengontrol perdarahan yang terjadi. Pada kasus yang sangat jarang, kegagalan untuk
merespon resusitasi cairan disebabkan oleh kegagalan pompa akibat cedera jantung tumpul,
dipertimbangkan sebagai diagnosis pada kelompok pasien ini (perdarahan kelas IV). Teknik
I. BLOOD REPLACEMENT
Keputusan untuk memulai transfusi darah didasarkan pada respons pasien. Pasien
yang merespon sementara atau tidak merespon memerlukan pRBC, plasma, dan trombosit
oksigen dari volume intravaskular. PRBC yang dicocokkan sepenuhnya lebih disukai untuk
tujuan ini, tetapi proses pencocokan silang lengkap membutuhkan kira-kira 1 jam di sebagian
besar bank darah. Untuk pasien yang cepat stabil, pRBC silang harus diperoleh dan tersedia
J. SPECIAL CONSIDERATION
penggunaan tekanan darah sebagai ukuran langsung curah jantung. Respon pasien lansia,
atlet, pasien hamil, pasien pengobatan, pasien hipotermia, dan pasien dengan alat pacu
jantung atau implantable cardioverter-de brillators (ICDs) mungkin berbeda dari yang
diharapkan.
Penggantian volume yang tidak adekuat merupakan komplikasi paling umum dari
syok hemoragik. Pasien syok membutuhkan terapi segera, tepat, dan agresif yang
Sumber perdarahan yang tidak terdiagnosis adalah penyebab paling umum dari
respons yang buruk terhadap terapi cairan. Pasien-pasien ini, juga digolongkan sebagai
Keadaan ini diidentifikasi dengan output urin yang sesuai, fungsi SSP, warna kulit, dan
kembalinya denyut nadi dan tekanan darah ke normal. Pemantauan respons terhadap
resusitasi paling baik dilakukan untuk beberapa pasien di lingkungan di mana teknik canggih
digunakan. Untuk pasien usia lanjut dan pasien dengan penyebab syok non-hemoragik,
Ketika pasien gagal merespons terapi, penyebabnya mungkin termasuk satu atau
lebih dari yang berikut: perdarahan yang tidak terdiagnosis, tamponade jantung,
pneumotoraks ketegangan, masalah ventilasi, kehilangan cairan yang tidak diketahui, akut
distensi lambung, infark miokard, asidosis diabetik, hipoadrenalisme, atau syok neurogenik.
Evaluasi ulang yang konstan, terutama ketika kondisi pasien menyimpang dari pola yang
diharapkan, adalah kunci untuk mengenali dan menangani masalah tersebut sedini mungkin.
L. TEAMWORK
Salah satu situasi paling menantang yang dihadapi tim trauma adalah menangani
korban trauma yang mengalami shock berat. Pemimpin tim harus mengarahkan tim dengan
melibatkan koordinasi berbagai upaya. Ketua tim harus memastikan bahwa akses intravena
yang cepat diperoleh bahkan pada pasien yang menantang. Keputusan untuk mengaktifkan
protokol transfusi masif harus dibuat lebih awal untuk menghindari triad mematikan dari
koagulopati, hipotermia, dan asidosis. Tim harus mengetahui jumlah cairan dan produk darah
yang diberikan, serta respons fisiologis pasien, dan membuat penyesuaian yang diperlukan.
Ketua tim memastikan bahwa area perdarahan eksternal terkontrol dan menentukan kapan
harus melakukan pemeriksaan tambahan seperti rontgen dada, rontgen panggul, FAST, dan
angioembolisasi harus dibuat secepat mungkin dan melibatkan konsultan yang diperlukan.
Jika layanan yang diperlukan tidak tersedia, tim trauma mengatur pemindahan yang cepat dan