Anda di halaman 1dari 194

Infeksi Menular

Seksual
Oleh:
Prof. Dr. dr. Sarma N. Lumbanraja,
M.Ked(OG), Sp.OG(K)
Pendahuluan

IMS terdapat di seluruh dunia


Jumlah semakin meningkat, apalagi ditambah HIV
WHO : 340.000 kasus baru/ th (sifilis, go,
chlamydia, trichomonas). Jika ditambah penyakit
virus via STD --- > prev 3 lipat.
Prev pasti ? Karena pencatatan masih kurang
baik : Afrika, Asia, Amerika Selatan
IMS meningkat pd : perang, klg retak, migrans,
banyak PSK.
Penyebab IMS

Bakteri : sifilis, go, ulkus molle, chlamydia,


mycoplasma, gardnerella, dll.
Virus : HIV, HSV, HPV, Moluscum
Jamur: C. albicans, dll.
Protozoa : T.vag, G. lamblia, E. histolytica
Ektoparasit (pada dewasa) : pediculosis, scabies
Klasifikasi lain IMS berdasar sindroma :
a. Kelainan berupa ulkus : sifilis, herpes, ul
kus molle,
b. Kelainan berupa papul : sifilis,kondiloma
c. Kelainan berupa keluarnya dyscharge :
kandidiasis, trichomoniasis, dll.
Penyakit yg asimptomatik --- > mempermudah
penularan krn merasa tdk sakit.
Komplikasi dapat serius, misalnya kerusakan pada
tuba Fallopii akibat infeksi ascending : kehamilan
ectopik, abortus, lahir mati, infertilitas, infeksi post
abortus/ post partum --- > kematian akibat IMS.
Gonore

Disebabkan N.gonorrhoeae
Menyerang epitel kolumnar
Klinis : inkubasi 1-5 hari
Uretritis akut : nyeri b.a.k, dyscharge purulen dai oue,
mulut oue seperti mulut ikan.
Proctitis dpa asimtomatik (homo), dpt nyeri rectal,
tenesmus, dyscharge.
Pada wanita, infeksi terutama di cervix, uretra dan rectum
bisa juga. Gejala dyscharge vagina, banyak, dyspareuni.
Sebagian besar asimtomatik !!!
Pada anak, dewasa dapat lokasi di mata
Komplikasi : abses lokal, abses peri-uretra dpt
menjadi fistula, striktura uretra. Pada wanita dpt
terjadi abses Bartolini.
Infeksi ascending pd laki-laki -- > prostatitis akut --
> nyeri punggung atau perineal. Dapat terjai
eipididymo-orchitis dengan gejala bengkak scritum
nyeri, bisa uni/ bilateral.
Pada wanita : infeksi ascending menyebabkan
radang panggul. Biasanya onset akut dengan nyeri
abdomen bawah, dan pelvis. Demam, pemeriksaan
bimanual terdapat nyeri hebat pd cervix dan adnexa
yg digerakkan.
Abses tubo-ovarian dan jaringan parut tuba Falopii
mengakibatkan infertilitas.
Pem. Lab :
* gram stain, diplokokus Gram (-) baik intra/
ekstraseluler.

Diagnosis : klinis dikonfirmasi pem lab


Diploccocus
Terapi :
- ceftriaxone 250mg dosis tunggal, i.m.
- cefixime dosis tunggal
- spetinomycin 2 g dosis tunggal, i.m.
- cefotaxime 1 g dosis tunggal i.m.
SIFILIS
(LUES, RAJA SINGA)

Sifilis : IMS yg bersifat sistemik, dpt menye rang


seluruh organ tubuh, menahun, dise- babkan oleh
T. pallidum.

“The great imitator”.

Cara penularan : via hubungan seksual dg penderita,


dari ibu hamil ke janin, transfusi darah.
Insidens tinggi pada PD-II
WHO : prevalensi wanita hamil seopositive di negara
maju 0.1-0.6 %, di negara ber kembang dapat > 10
%.
Onset : 20-29 th : terbanyak
15-19 th : no 2
40-49 th : no 3
jumlah penderita pria : wanita = 2-4 : 1
Organisme penyebab : T. palliidum
- dapat dilihat dg dark field mycroscopy
- putih, pucat, halus, btk spt spiral
- panjang 6-15 mikrometer (um)
- coil/ gelombang 0.09-0.18 um
- jumlah coil 8-20
- gerakan sepanjang aksis panjang, ma
ju mundur.
Inkubasi : 9-90 hari.
Khas : ulkus primer terjadi 3 pekan setelah infek
si.
Pembesaran kgb regional pd pekan berikutnya
Serologis tes (+) pd pekan ke-5.5 – 6
Rash makular sekitar 8 pekan
Lesi papular sekitar 3 bulan
Kondiloma lata sekitar 6 bulan
Patogenesis :
- T. pall masuk via membr mukosa utuh atau kulit tdk
utuh (walau mikroskopik), lalu masuk aliran limfe
dan darah dlm beberapa jam, menghasil kan infeksi
sistemik.
- Spirochaeta secara lokal membelah, menghasil-
kan respon peradangan & pembtkan chancre ba ik
tunggal/ multiple (jarang)
- Sifilis primer paling menular.
Klasifikasi (Klinis, WHO, gabungan)
Klinis : Sifilis congenital
Sifilis didapat
Sifilis d’emblee, eq via transfusi
WHO : 1. Sifilis dini (early syphilis), tdd
- std primer, skunder, early latent
2. Sifilis latent
3. Late syphilis : std late latent
std tertier
Gambaran klinis sifilis

A. Sifilis primer :
* 2-3 pekan infeksi --- > papul, nyeri (-)
* makin besar --- > ulkus (10-90 hari, rata-rata
3 pekan) yg disebut chancre/ ulkus durum de
ngan sifat khas
* jika lokasi di cervix, tidak diketahui karena
asimptomatik --- > penularan !!!
* lokasi ulkus lain : anal, perianal, bibir, lidah,
areola mamae.
Kgb regional membsr dengan sifat khas
Penyebaran infeksi masih secara limfogen
D/ S-1 : - anamnesis adanya coitus supec-
tus
- klinis ada ulkus khas, kgb reg dg
sifat khas
- lab. T. pall (+), STS (+)
B. Sifilis skunder :
* timbul 3-10 pekan setelah infeksi
* penyebaran sudah hematogen : demam
ringan, malaise, sakit tenggorok, adeno
pati generalisata, bb turun, nyeri otot, sa-
kit kepala aikibat iritasi meningeal.
* klinis yg paling menonjol (80 %) di kulit
terdapat lesi eritro-papulo-skuamosa.
Tidak gatal, diameter lesi 1-2 mm sampai 15-20 mm,
warna pink – merahkecoklatan
Kondiloma lata (+) terutama pd daerah yg lembab
pada anogenital
Kgb membsr, generalisata !!!
Wajah terdapat plaque anular, tengah hi
perpigmentasi
Alopecia ‘non-scaring” moth-eaten.
D/ S-2 : - klinis, lab.
Ulcus Durum
C. Sifilis laten :
* timbul 3-12 pekan setelah S2 tdk di th/.
* tidak ada gejala apa-apa, tetapi STS (+)
* ada 2 stadium : early latent (< 1 th onset)
late latent (> 1 th onset)
* D/. – anamnesis pernah ada ulkus durum
dan lesi eritro-papulo-skuamosa
- lab. STS (+)
D. Sifilis tertier/ late syphilis/ sifilis lanjut/ S3 :
* timbul bbrp bulan-tahun onset.
* kelaian kulit, tulang, SSP, jantung, pem-
luh dara besar.
* sktr 50 % mengalami “late benign syphi-
lis” dengan timbulnya gumma.
* sktr 25 % gejala kariovascular
* sktr 25 % gejala neurologik.
Gumma paling sering ditemukan --- > des-
truktif pada kulit, tulang, hati, organ lain.
gumma dpt bertahan berminggu/ bulan, jika sembuh
timbul scar.

Tulang : periostitis, osteitis yg nyeri, gerak-


an terbatas.
Ulcus Durum
Neurosifilis :
* ditandai sejumlah sindroma yg heterogen
* onset bebepa minggu – dekade
* asimptomatik neurosifilis : CNS abnormal
tapi gejala neurologis (-). 70 % sembuh
spontan, dpt menjadi “late symptomatic
syphilis”.
Meningeal neurosyphilis
Meningovascular syphilis
Gummatous neurosyphilis
Parenchymatous syphilis
Tabes dorsalis
Cardiovascular syphilis
Ulkus molle
(chancroid, soft chancre)

Etiologi H. ducreyi suatu basil Gram (-)


Saat ini jarang ditemui di negara maju
Masih endemik di Afrika, Amerika Latin, Karibia
Banyak pada penduduk migran, keluarga retak, PSK,
laki-laki tidak disunat.
Klinis : ulkus biasanya di sulkus coronari us,
preputium, perianal pd homoseks.
Wanita : lesi di introitus vagina, labia, cer vix.
1/3 kasus kgb membesar dapat menjadi bubo
supurasi
Ulkus molle memfasilitasi timbulnya HIV
Ulcus Molle
Diagnosis : klinis, konfirmasi lab PCR jika fasilitas
ada.

Terapi : bubo fluktuasi --- > aspirasi


a. azitromisin 1 g oral, dosis tunggal
b. ceftriaxone 250 mg i.m dosis tunggal
c. ciprofoksasin 500 mg oral, dosis tungg
d. eritromisin 4x500mg/hr selama 7 hari
Ulcus Molle
Infeksi TORCH pada Kehamilan
34
35

T oxoplasma
O ther : Syphillis, Strepto Gr-B
R ubella
C ytomegalo, Chlamydia
H erpes, Hepatitis B-C, HIV, HPV
Toxoplasmosis Cytomegalovirus
 Parasit Toxoplasma
36  Antigen : Virus
gondii Cytomegalo
 Famili : Sarcocystidae  Famili : Herpesviridae
 Tachyzoite 2-4 & 4-8 m  Ukuran : 180 -200 nm
 Oocyst 12,1 x 11 m
 Cyst 200 m Herpes Genitalis
 Antigen : virus Herpes
Rubella Simpleks-2
 Antigen : Virus Rubella  Famili : Herpesviridae
 Famili : Togaviridae  Ukuran : 180 – 200 nm
 Ukuran : 60 – 70 nm
37

Cara penularan
Makan sayuran/buah2an yang tercemar tinja
kucing (sumber ookista)
Makan daging yang masih mentah atau kurang
matang (mengandung kista)
Melalui kontaminasi mukosa
Secara vertikal dari ibu ke janin (transplasental)
Melalui transplantasi organ
Melalui transfusi darah
Toxoplasmosis
38

Sumber infeksi:
Tinja kucing
Hewan potong yang terinfeksi (mengandung kista)
Ibu yang terinfeksi pada saat hamil
Organ/darah donor yang terinfeksi
39
Gillespie SH & Pearson RD, Principle &
Practice in Clinical Parasitology, 2001
40
41

Gejala klinik
Toxoplasmosis yang terjadi pada orang dewasa
maupun anak-anak umumnya asimptomatik
Biasanya terjadi limpadenopati dan rasa lelah,
kadang-kadang disertai demam, malaise, sakit
kepala dan myalgia
Pada umumnya infeksi ini tidak menimbulkan
masalah
Toxoplasmosis
42

Infeksi Akut

Parasitemia

Antibodi

Jaringan/organ
Toxo IgM
43

Muncul 5 hari setelah infeksi, meningkat cepat


dalam 1-2 mg, mencapai titer puncak dalam 1-4 mgg
Menghilang dalam beberapa bulan
Dapat menetapkan sampai >6 bulan bahkan sampai
bertahun-tahun
IgM ibu tidak dapat menembus plasenta
IgM pada janin mulai dibentuk pada trimester I
Toxo IgG
44

Muncul 1-2 mgg setelah infeksi primer, mencapai titer


puncak dalam 4-8 mgg
Menurun setelah beberapa bulan/thn (5%)
Menetap seumur hidup dengan titer rendah
IgG ibu dapat melewati plasenta, terdeteksi pada kehamilan
20-24 mgg
IgG pada neonatus adalah IgG yang berasal dari ibu.
Waktu paruh pada neonatus  28 hari
Bayi dapat membentuk IgG sendiri pada usia 2-3 bulan
Aviditas IgG yang tinggi dapat menyingkirkan adanya
infeksi akut
Diagnosis Infeksi Primer Toxo ditandai dengan:
45

Serokonversi IgG dari negatif ke positif atau


peningkatan titer IgG yang bermakna dengan
pemeriksaan serial ( 2x)
IgM dan/atau IgA positif
IgG avidity yang rendah
Manfaat Pemeriksaan IgG avidity
46

Pada hasil IgG dan IgM (+)


Menyingkir kan adanya infeksi primer yang terjadi <
4 bulan sebelumnya, sehingga pasien tidak perlu
diberikan pengobatan
Lebih dari 50% kasus dengan IgM (+) adalah infeksi
lampau
Manfaat Pemeriksaan IgG avidity
47

Pada hasil dimana IgG meningkat dan IgM (-)


Untuk membedakan infeksi primer (dimana IgM
cepat menghilang) dengan reaktivasi serologik
(adanya infeksi rekuren atau reinfeksi)
48
Diagnosis Toksoplasmosis Kongenital
49

IgM dan/atau IgA positif


IgG yang menetap pada tahun pertama setelah
kelahiran
Indikasi Pemeriksaan Serologi
50

Wanita sebelum hamil


Bila negatif,periksa pada kehamilan dini
Sebulan sekali khususnya pada TM I, selanjutnya setiap
trimester atau
Minimal setiap TM

Pada saat hamil, bila belum pernah diperiksa


Neonatus yang ibunya terinfeksi primer pada saat
hamil
Penderita yang diduga terinfeksi
Pencegahan
51

Primer
Edukasi bagi para wanita usia subur (ibu-ibu yang
akan/sedang hamil)

Sekunder
Melakukan pemeriksaan serologi bagi pasien yang
akan hamil (atau yang baru/sedang hamil bagi yang
seronegatif)
Pencegahan
52

Masaklah daging sampai matang


Hindari memegang mulut dan mata pada waktu mengolah
dagin mentah, cucilah tangan dgn bersih
Cucilah permukaan dan peralatan dapur yang bersentuhan
dengan daging mentah
Cucilah buah2an dan sayuran dengan bersih sebelum
dimakan
Pakailah sarung tangan bila berkebun/menyentuh benda
yang mungkin terkontaminasi kotoran kucing
Rendamlah piring makan kucing selama 5 menit dengan air
mendidih
Pengobatan dini
53

Mencegah meluasnya infeksi ke janin


Mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut
Meregenerasi dan menyembuhkan jaringan yang
mungkin diperbaiki
Mengurangi frekuensi gejala sisa atau beratnya
gejala sisa
Pengobatan
54

Ibu hamil dengan hasil serologi: IgM (+). IgG (+),


IgG avidity low
Pemeriksaan prenatal/amniocentesis:
PCR negatif : 3 mgg
PCR positif, USG normal; sepanjang kehamilan
Bayi dengan hasil serologi: IgM (+) dan/atau IgA (+)
55

RUBELLA
Sumber Infeksi
56

Sekresi Nasofaring
Ibu yang terinfeksi pada saat hamil
Cara Penularan
57

Melalui jalur pernafasan (horizontal)


Secara vertikal dari ibu ke janin (transplasental)
Indikasi Pemeriksaan Serologi
58

Wanita sebelum hamil


Pada kehamilan dini dan pada kehamilan menjelang
20 mgg (bagi yang seronegatif)
Neonatus yang ibunya terinfeksi primer pada saat
hamil
Penderita yang diduga terinfeksi
Pasca vaksinasi
Kekebalan terhadap Rubella
59

Infeksi dapatan: biasanya permanen


Infeksi kongenital: sepertiga akan hilang menjelang
remaja
Pasca vaksinasi:
 Dewasa : bertahan  8 th (titer tinggi)
 Anak2 : 25% kehilangan antibodi 5 tahun kemudian
60

Cytomegalovirus (CMV)
Sumber infeksi
61

Saliva
Urin
Sekresi serviks/vagina
Sperma
ASI
Darah/organ donor yang terinfeksi
Ibu yang terinfeksi pada saat hamil
Cara penularan
62

“Respiratory droplets”
Kontak dengan sumber infeksi (saliva, urin, sekresi
serviks, dan vagina, sperma, ASI, air mata)
Melalui transfusi dan transplantasi organ
Secara vertikal dari ibu ke janin
 Prenatal (plasenta)
 Perinatal (pada saat kelahiran)
 Postnatal (ASI, kontak langsung)
Indikasi Pemeriksaan Serologi
63

Donor darah/organ
Resipien organ transplantasi
Wanita sebelum hamil, bila negatif periksa pada
kehamilan dini selanjutnya pada kehamilan lanjut
neonatus yang ibunya terinfeksi
Hal-hal yang perlu diperhatikan
64

IgM dapat ditemukan positif pada:


Infeksi primer
Infeksi lampau sebagai IgM residu
Reaktivasi
Reinfeksi
Stimulasi poliklonal oleh EBV, HSV

Bila IgM (+)


Diperlukan pemeriksaan tambahan untuk memastikan
adanya infeksi primer
> 60% IgM (+) bukan disebabkan oleh infeksi primer
Pencegahan
65

 Jangan mencium anak2 usia dibawah 6 thn pada mulut dan


pipi
 Jangan makan/minum pada piring/gelas yang sama atau
menggunakan sikat gigi yang sama dgn anak kecil
 Cucilah tangan dgn sabun dan air setelah mengganti popok
bayi atau setelah kontak dgn air liur anak
 Petugas di pusat perawatan/penitipan bayi sebaiknya
menggunakan sarung tangan saat mengganti popok
 Cucilah mainan anak dengan sabun dan air
66

Herpes Simpleks Virus


(HSV)
Sumber infeksi
67

Saliva
Cairan vesikel
Ibu yang terinfeksi pada saat hamil
Cara penularan
68

Kontak dengan lesi


Kontak tidak langsung
Secara vertikal dari ibu ke janin
 Prenatal (plasenta  jarang 1:200.000 kehamilan)
 Perinatal
 Postnatal
Indikasi Pemeriksaan Serologi
69

Penderita yang diduga terinfeksi


Wanita sebelum hamil
Bila (-) periksa pada kehamilan dini
Bila (-), periksa pasangannya
Bila (-), pasangan (+) dgn riwayat Herpes Genital,
periksa (istri) menjelang akhir kehamilan
Neonatus yang ibunya terinfeksi
Pencegahan
70

Hindari melakukan hubungan seksual bila terdapat


lesi pada alat genital
Sebaiknya menggunakan kondom
Proses kelahiran dilakukan dengan “Caesarean
section”, bila terdapat lesi (mencegah transmisi ibu-
bayi)
Trans- During Shortly
Virus
plasental Birth after Birth
Rubella ++ - -

CMV + ++ ++*

HSV + ++ +

Toxo ++ - _

VZV ++ + +

HBV + ++ ++

*Breast Milk 71
72

Pada umumnya, infeksi TORCH yang terjadi pada ibu


hamil tidak bergejala sehingga untuk mendiagnosis
adanya infeksi TORCH diperlukan pemeriksaan
laboratorium
73

Cara mengetahui infeksi TORCH adalah dengan


mendeteksi adanya antibodi dalam darah, yaitu
dengan pemeriksaan:

Anti Toxoplasma IgM & IgG


Anti Rubella IgM & IgG
Anti CMV IgM & IgG
Anti HSV2 IgM & IgG
Mengapa ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan TORCH
74

Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapat


menyebabkan keguguran, bayi lahir prematur, dan
dapat juga menyebabkan kelainan pada janin yang
dikandungnya
Kelainan yang muncul dapat berupa:
75

Kerusakan mata (radang mata)


Kerusakan telinga (tuli)
Kerusakan jantung
Gangguan pertumbuhan
Gangguan saraf pusat
Kerusakan otak (radang otak)
Keterbelakangan mental
Pembesaran hati dan limpa
Siapa & kapan perlu melakukan pemeriksaan TORCH
76

Wanita yang akan hamil atau merencanakan segera


hamil
Wanita yang baru/sedang hamil
Bayi baru lahir yang ibunya terinfeksi pada saat
hamil
Gambaran klinis

 Inkubasi HPV 3 pekan – 8 bulan


 Jika tidak diobati :- sembuh sendiri
- menetap
- membesar, hamil > cpt
Ada beberapa tipe :
a. Papular kecil
b. Cauliflower
c. Keratotik
d. Flat-topped papule/ plaque (di cervix >>)
Condyloma Acuminta
Warna bermacam-macam : sewarna kulit, pink,
coklat, kemerahan.
Bisa tunggal/ banyak
Ukuran : kecil-besar sekali. Jika besar sekali
disebut tumor Buschke-Lowenstein merupakan pra-
kanker.
Lokasi : frenulum, corona, glans, batang penis,
perineum, cervix, meatus, rectal, orofarings. Hamil
dan lembab tumbuh > cepat & banyak.
Condyloma Acuminta
Tes : tes acetowhite --- > olesi lesi dengan larutan
asam asetat 5 %, 3 menit lesi tampak putih.
Diduga laruta tsb menyebabkan coagulasi reversible
epitel dan protein stroma.
Tes ini tdk spesifik, krn positif juga pd kan didiasis.
Diagnosis : klinis, konfirmasi dengan peme riksaan
histopatologi.

Terapi : tujuan menghilangkan lesi, bukan eradikasi


HPV. Perlu pemeriksaan tertentu seprti :-
meatoscopy
- proctoscopy
- menggunakan speculum utk di cer
vix.
Tinctura podophylin 10-25 %
Krim imiquimod 5 %
Larutan TCA 50-80 %, boleh utk w/ hamil
Cryotherapy dg liquid nitrogen
Electrosurgery
Laser CO2
Krim 5-FU, bis utk intrameatal, dipakai setelah
b.a.k, 1-3x seminggu.
Condyloma Acuminta
Condyloma Acuminta
Condyloma Acuminta
Limfogranulomavenereum

Lgv disebabkan oleh C. trachomatis strain L1-L3.


Masuk via kulit rusak (mikro), membrana mukosa,
melalui limfatik mengadakan multiplikasi dalam
fagossit mononuklear kgb regional.
Ada 3 stadium : primer, skunder, tertier.
Stadium primer :
* timbul 3-30 hr setelah transmisi
* timbul ulkus herpetiform pd tempat inoku
lasi. Sering tdk diketahui, cepat sembuh
tanpa scar.
Stadium skunder :
* timbul 2-6 pekan
* limfadenitis unilateral --- > bubo nyeri de
gejala konstitusi, supuratif, dengan fistula
banyak.
* kgb inguinal dipisahkan dengan kgn fe
moral oleh lig inguinale --- > bubo ber-
tingkat (sign of groove).
Stadium tertier :
* beberapa tahun setelah std primer
* fibrosis dan obstruksi limfatik -- > elefan
tiasis genitalia, deformitas : fistula uretra
dan rectovagina, dpt jadi ganas.
LGV : Bubo
Diagnosis :
klinis, konfirmasi lab

Terapi :
* doksisiklin 2x100mg/hr atau eritromisin
4x500mg selama 3 pekan.
* bubo di aspirasi
* jika komplikasi : operatif.
LGV : Bubo
LGV : Bubo
Herpes simplex virus

HSV ada 2 tipe HSV-1 dan HSV-2


HSV-1 : bibir, mata >>
HSV-2 : genital >> (70-90 %) sisanya karena HSV-1.
Herpes genitalis

HG adalah IMS oleh HSV terutama HSV-2.


Kronik usia muda seksual aktif
Faktor resiko : pasangan seks banyak
Patogenesis : ditularkan via kontak erat dengan
penderita melalui mukosa atau sekresi atau kulit
tidak utuh, terjadi infeksi di tpt inokulasi --- >
ascending ke syaraf sensoris perifer atau ke
ganglion syaraf autonom, disana menjadi leten.
Gejala klinis HG

Inkubasi 2-20 hari, rata-rata 6 hr.


Hanya 10 % individu seropositive yg mengetahui
menderita HG, 90 % tidak tahu.
Ada 2 fase : primer dan rekurens
HG primer :
* kebanyakan asimptomatik
* bagi yg ada g/ berupa demam, sakit kepala,
mialgia, malaise, timbul 3-4 hr stlh onset
dan berkurang 3-4 hr kemudian.
* tergantung lokasi lesi dpt ditemukan nyeri, ga-
tal, dysuria, dyscharge vagina/ uretral.
* 2-3 pekan kemudian kgb membesar, nyeri,
kadang perlu MRS.
Lokasi HG pd laki-laki : glans penis, prepu tium,
batang penis, sulkus coronarius, scrotum, paha,
bokong.
Pada wanita : labia major/ minora, perineum, paha
dalam.
Lesi mula-mula plaque eritem diikuti vesikel
berkelompok, jadi pustul, erosif, ulkus, krusta.
Defek ini sembuh 2-4 pekan tanpa scar
Kgb inguinal/ femoral membesar, nyeri, non-
fluktuans, biasanya unilateral, keras.
Herpes Genitalis
HG rekurenss :
* keluhan gatal, nyeri, kemerahan, iritasi
sebelum timbul vesikel
* tergantung lokasi dpt dysuria, nyeri rectal.
Pem. Laboratorik :
* Tzanck smear
* deteksi antigen dengan Elisa
* biakan virus
* serologis terhadap HSV-1 dan HSV-2
* dermatopatologi
*PCR : sensitivitas paling tinggi, mahal.
Diagnosis :
* klinis khas, konfirmasi lab

Terapi :
HG primer :
- Asiklovir 3x 400mg oral, 5-10 hr
 Valasiklovir 2x500mg selama 5-10 hr
- Famsiklovir 2x125mg selama 5-10 hr
HG rekurens :
* asiklovir 3x400mg/hr 5 hari
* valasiklovir 2x500mg/hr
* famsikloir 2x125mg/hr selama 5 hr
Herpes Genitalis
Herpes Genitalis
Herpes Genitalis
Dyscharge Urethra
Kandidiasis vulvovaginal

Etiologi : paling banyak C. albicans


Predisposisi : DM, HIV, steroid atau antibiotik lama,
ganti-ganti pasangan.
Klinis : gatal, dyscharge vagina, dyspareuni, dysuria.
Lab : gram stain : spora, blastospora, pseudohifa (+)
Diagnosis : klinis, konfirmasi lab, pH < 5
Vulvovaginal Candidiasis
Vulvovaginal Candidiasis
Terapi : cari faktor predisposisi, di th/
hindari pakaian ketat
* untuk vulvovaginal tanpa kompilkasi :
- clotrimazol/ mikonazol vaginal tab
200mg selama 3 hr
- econazole ovula 150mg intravaginal,
3 hr.
- flukonazole 150mg oral, dosis tunggal
Hepatitis b

Definisi
• Hepatitis B merupakan infeksi
menular serius pada hati yang
disebabkan oleh virus
hepatitis B.
• Infeksi akut dapat terjadi pada
saat tubuh terinfeksi untuk
pertama kalinya. Infeksi akut
ini dapat berubah menjadi
kronis setelah beberapa bulan
sejak infeksi pertama kali
DIAGNOSIS PADA IBU HAMIL
Infeksi Infeksi
Hepatitis B Hepatitis B
Akut Kronis

HbsAg (+) ●
HbsAg (+)

HBcAb (+) lebih dari 6

HBcIgM (+) bulan

HbsAb (-) ●
HbsAb (-)
DIAGNOSIS PADA BAYI

Diagnosis ditegakkan dengan deteksi HbsAg


persisten (hingga lebih dari usia 9 bulan)
ETIOLOGI
Inkubasi Hep. B selama 60-90 hari bergantung pada jumlah paparan

Terdapat dua jenis protein pada virus Hepatitis B yaitu antigen dan antibodi

Jika HbsAb terdeteksi menandakan sudah terbentuk imunitas (imunisasi atau riwayat infeksi)
••““s”
s” :: surface—infected.
surface—infected. Jika
Jika persisten
persisten >6
>6 bulan
bulan menandakan
menandakan infeksi
infeksi kronik
kronik
ETIOLOGI "s"
"s" :: Sudah
Sudah terbentuk
terbentuk imunitas
imunitas

••“c”
“c” :: core
core

"c"
"c" :: hasil
hasil positf
positf pada
pada window
window period
period dan
dan mendahului
mendahului konversi
konversi HBsAb
HBsAb

Antigen Antibodi
••“e”
“e” :: envelope—menandakan
envelope—menandakan derajat
derajat infeksius
infeksius yang
yang lebih
lebih tinggi
tinggi
TRANMISI VERTIKAL
Transmisi vertical HBV terjadi pada 90-95% ibu hamil dengan HBeAg (+) dan pada 90% kasus hepatitis akut pada TM III

Transmisi vertical terjadi pada 20-30% ibu hamil dengan HBsAg (+) namun HBeAg (-)

Pada ibu hamil dengan Hepatitis B, dianjurkan pemeriksaan viral load pada TM III

Transmisi vertikal 90% terjadi pada TM III dan 10% pada TM I


PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Serologis (Antigen dan Antibodi HBV)

Pemeriksaan PCR DNA HBV pada ibu hamil karier kronis

Pemeriksaan biopsi hepar pada unutk menilai derajat


keparahan HBV kronis
PENCEGAHAN
Gunakan APD untuk melindungi dari cairan tubuh bagi tenaga
medis. Bagi ibu anjurkan untuk melakukan higienitas diri dan
kewaspadaan universal.

Vaksin HBV diberikan pada pre-konsepsi

Pada wanita dengan infeksi HBV kronis harus dilakukan


pemeriksaan IgG-HAV (Hepatitis A)
PENGOBATAN
Vaksin Hepatitis B

Recombivax HB atau Engerix-B

HBIg

0.5 mL/kg IM untuk dewasa; 0.13 mL/kg untuk neonatus)

Anti-viral HBV

Dianjurkan pada UK 28-32 minggu dengan viral load yang tinggi (>10 6-108 kopi/mL)

Berikan vaksin HBV dan HBIg dalam 12 jam setelah lahir pada neonatus yang lahir dari ibu
HBsAg positif atau status HBsAg tidak diketahui

Menyusui dapat dilakukan selama neonatus mendapatkan imunoprofilaksis yang sesuai


PENGOBATAN
Trichomonas Vaginalis
Genus Trichomonas yg merupakan parasit
pada manusia :
Trichomonas hominis ------> GIT
Trichomonas tenax ------> rongga mulut
Trichomonas vaginalis ------> UGT
Trichomonas vaginalis ditemukan pertama
kali oleh Donne tahun 1836 dari penderita
vaginitis.
PENYAKIT : Trichomoniasis

EPIDEMIOLOGI
Jumlah penderita wanita (25%) > pria, tetapi
hanya 1/7 yang menunjukkan gejala
RSCM Jakarta : 16 % pasien klinis Obst
 25 % pasien klink Gyn.
USA 18-25 % wanita hamil
Eropa Timur : 30-40% pasien klinik Gyn
Wanita usia 20-44 th > remaja dan lansia
MORFOLOGI

Bentuk lonjong / pyriformis


Trofozoit, tidak ada bentuk kista
Ukuran : 7-23 µ x 5-12 µ
Mempunyai satu nukleus bentuk oval dan
mengandung kromatin inti berupa butir-
butir halus yang tersebar rata.
Sitoplasma mengandung granula siderophil
Cytostome tidak nampak jelas
Mempunyai alat gerak :
1. 4 flagella anterior berpangkal pada
blepharoplast
2. Undulating membran pd ½ panjang
tubuh dgn 1 flagella di bagian tepinya
3. Axostyle berjalan di pertengahan tubuh
dan menonjol di ujung posterior
SIKLUS HIDUP :

Habitat : - wanita :vagina & sekitarnya


- laki-laki : uretra, kel. Prostat &
sekitarnya, epididimis
Berkembang biak dengan longitudinal binary fission
Mati pada pH < 4,9 (pH vagina optimal : 3,8-4,4/lebih
basa)
Di dalam vagina memakan bakteri, leukosit dan sisa epitel.
Diluar habitat : pd suhu 0°C tahan 5 hari, suhu 50°C mati
dalam 4 menit.
SIKLUS HIDUP
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS :

Masa inkubasi : 4-28 hari


Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi:
jumlah parasit, flora bakteri, keadaan fisiologi vagina
Pada wanita :
- terjadi reaksi radang dan erosi pada mukosa
vagina → hiperemis, lunak, petechie, bergranula
- terjadi degenerasi dan deskuamasi sel-sel epitel
- infiltrasi sel-sel radang : limfosit,
netrofil dan sel plasma
strawberry vagina
 vagina mengeluarkan sekret yang mengandung
lekosit, sel epitel dan Trichomonas vaginalis.
 Sekret tsb menutupi mukosa vagina dan cervix serta
banyak berkumpul di fornix post, berupa sekret
berbusa,seropurulen, berwarna kekuningan.
 Pemeriksaan in spekulo :
mukosa tampak hiperemi disertai petechie
 Pada infeksi lanjut :
terjadi granulasi dan nekrosis
Gejala – gejala :

1.Leukorrhea/ fluor albus/ keputihan. Sekret seropurulen,


putih kekuningan atau kehijauan,berbuih, bau tdk enak
2.Pruritus vagina dan vulva  Rasa gatal dan panas di
daerah vagina dan vulva
3.. Disuria  Nyeri saat kencing, bila terjadi uretritis
4.Dispareunia  Nyeri saat hubungan seksual
5.Pada laki-laki: uretritis, prostatovesikulitis (infeksi sering
berjalan laten dan tidak timbul gejala).
Gejala- gejala tersebut bisa bertambah dan mengalami
eksaserbasi setelah menstruasi.
Cara Penularan :

1. Secara langsung melalui hub. seksual (STD).


2. Secara tidak langsung : alat-alat mandi dan tempat
duduk toilet
3. Melalui jalan lahir pada neonatus

PENCEGAHAN ?
PENCEGAHAN :

1. Menjaga hygiene seksual,yaitu tidak berganti-ganti


pasangan seks dan menghindari berhub. dgn sumber
infeksi.
2. Penderita dan pasangan diobati dgn tuntas
3. Menjaga hygiene alat mandi dan toilet
4. Tidak melakukan hub. seks bebas
(no married, no sex)
DIAGNOSIS :
Berdasarkan :
1. Gejala klinis
2. Diagnosa pasti :
menemukan Trichomonas vaginalis dari
pemeriksaan mikroskopis sekret vagina,
uretra dan prostat, serta urin dengan
membuat sediaan basah/ hapusan yg diwarnai
Giemsa. Biakan dari sekret vagina dapat
dilakukan apabila hasil pemeriksaan
mikroskopis negatif.
TERAPI :

Prinsip terapi :
1. Pasangan seks juga harus diterapi untuk menghindar
“ fenomena ping-pong “.
2. Memperhatikan fokus-fokus infeksi di luar vagina
(klj. Bartholini dan uretra) dengan memberikan
terapi per oral dan lokal.
D.O.C : Metronidazole
Dosis : wanita  3x250 mg p.o selama 10 hr
2 gr dosis tunggal
500 mg vag. supp. 10 hr
laki-laki  2x250 mg p.o 10 hari
2 gr dosis tunggal
Obat-obat lain :
Tinidazole, Seknidazole, Nimorazole,
Ornidazole, hidroksiquinolon
PROGNOSIS : baik
HIV AIDS

“Acquired immunodeficiency
syndrome (AIDS) adalah
DEFINISI
penyakit yang disebabkan oleh
infeksi human
immunodeficiency virus
(HIV)”
Infeksi saluran kemih

Definisi
Ada mikroorganisme pada urine yang bisa
dianggap sebagai kontaminasi. Organisme
mempunyai potensi menginvasi jaringan
salurang urin dan struktur terdekat
STRUKTUR
VIRUS HIV

• Partikel HIV adalah virus


RNA yang ber-envelop,
berbentuk bulat sferis
dengan diameter 80-120 nm.
• Partikel yang infeksius
terdiri dari dua untai single
stranded RNA positif yang
berada di dalam inti protein
virus (ribonukleoprotein)
dan dikelilingi oleh lapisan
envelope fosfolipid yang
ditancapi oleh 72 buah
tonjolan (spikes)
glikoprotein
Siklus hidup HIV dan mekanisme kerja obat ARV
PATOGENESIS
Fase penyakit HIV berhubungan dengan penyebaran virus dari tempat awal infeksi ke jaringan limfoid di seluruh tubuh

Z Pada jaringan limfoid sel dendrit akan melepaskan HIV ke CD4+ sel T melalui kontak langsung sel ke sel. Dalam beberapa hari setelah terinfeksi HIV, virus
melakukan banyak sekali replikasi sehingga dapat dideteksi pada nodul limfatik.

Viremia akan menyebabkan penyebaran virus ke seluruh tubuh dan menyebabkan infeksi sel T helper, makrofag, dan sel dendrit di jaringan limfoid perifer

Infeksi ini akan menyebabkan penurunan jumlah sel CD4+ yang disebabkan oleh efek sitopatik virus dan kematian sel. Jumlah sel T yang hilang selama perjalanan dari mulai
infeksi hingga AIDS jauh lebih besar dibanding jumlah sel yang terinfeksi, hal ini diduga akibat sel T yang diinfeksi kronik diaktifkan dan rangsang kronik menimbulkan apoptosis.
PATOGENESIS
Penderita yang telah terinfeksi virus HIV memiliki suatu periode asimtomatik yang dikenal sebagai periode laten. Selama periode laten tersebut virus yang dihasilkan sedikit dan umumnya sel T darah perifer
tidak mengandung virus, tetapi kerusakan CD4+ sel T di dalam jaringan limfoid terus berlangsung selama periode laten dan jumlah CD4+ sel T tersebut terus menurun di dalam sirkulasi darah

Selama fase lanjutan (kronik) infeksi HIV ini penderita akan rentan terhadap infeksi lain dan respons imun terhadap infeksi ini akan merangsang produksi virus
HIV dan kerusakan jaringan limfoid semakin menyebar.

Pada keadaan ini kerusakan sudah mengenai seluruh jaringan limfoid dan jumlah CD4+ sel T dalam darah turun di bawah 200 sel/mm 3 (normal 1.500 sel/mm 3). Penderita AIDS dapat mengalami berbagai
macam infeksi oportunistik, keganasan, cachexia (HIV wasting syndrome), gagal ginjal (HIV nefropati), dan degenerasi susunan saraf pusat (AIDS ensefalopati).
GAMBARAN KLINIS
KEHAMILAN DAN AIDS
EFEK EFEK AIDS
KEHAMILAN PADA
PADA AIDS KEHAMILAN
Kadar plasma HIV dan sel CD4 merupakan Infeksi HIV meningkatkan
penanda beratnya penyakit. Kadar rata-
rata CD4 pada orang dewasa sehat 500- insidensi gangguan
1.500 sel/mikroliter. pertumbuhan janin dan
Pada semua wanita hamil kadar CD4 persalinan prematur pada
menurun
543±169 sel/mikroliter tetapi tidak wanita dengan penurunan
menggambarkan kadar CD4 dan penyakit yang
terinfeksi atau tidaknya wanita tersebut lanjut. Tidak ditemukan
oleh HIV. Kehamilan tidak dihubungkan
dengan beratnya AIDS hubungan kelainan kongenital
dengan infeksi HIV
ANC WANITA HAMIL DENGAN
HIV
● Semua wanita hamil HIV positif harus dilakukan pemeriksaan yang ketat dan dilakukan juga
pengobatan terhadap infeksi genital selama kehamilannya. Hal ini harus dilakukan sedini mungkin
● Pengukuran kadar plasma dan CD4 limfosit T harus diulang 4-6 kali setiap bulan selama kehamilannya
dan dianjurkan terapi antivirus serta dibutuhkan terapi profilaksis untuk Pneumocystis carinii
pneumonia (PCP).
● Wanita yang sedang pengobatan HAART harus dilakukan monitoring terhadap intoksikasi obat seperti
jumlah sel darah, ureum, elektrolit, fungsi hepar, laktat, dan gula darah. Adanya gejala dan tanda
preeklamsi, kolelitiasis, atau gangguan fungsi hati selama kehamilan menandakan adanya intoksikasi
obat.
● Ultrasonografi (USG) mendetail tentang adanya anomali janin sangat penting dilakukan terutama
wanita hamil yang telah terpapar obat HAART dan antagonis folat yang digunakan untuk profilaksis
PCP
● Monitoring janin intensif termasuk adanya gangguan anatomi, gangguan pertum-
buhan,danfetalwellbeing padasaattrisemes- ter III diharuskan pada ibu hamil yang mendapat obat
kombinasi HAART untuk melihat efek obat pada janin
TRANSMISI
Transmisi penyakit dari ibu ke janin (mother-to- child trasmission = MTCT)
dapat terjadi selama kehamilan, saat persalinan, dan menyusui. Pada ibu
hamil yang tidak diberikan obat HAART selama kehamilan, 80% terjadi
transmisi MTCT pada usia kehamilan lanjut (di atas 36 minggu), saat
persalinan, dan postpartum dan kurang dari 2% transmisi MTCT terjadi selama
trisemester I dan II kehamilan.

Tidak adanya intervensi dengan obat HAART, risiko


transmisi MTCT pada ibu yang menyusui sebesar 15-20%
dan 25-40% pada ibu yang menyusui bayinya.

Adanya intervensi dengan obat HAART, seksio sesaria,


dan tidak menyusui akan menurunkan risiko trasmisi MTCT
dari 25-30% menjadi <2%.
FAKTOR RISIKO TRANSMISI VERTIKAL
HIV
PENGOBATAN
•Pengobatan dengan menggunakan HAART yang aman
saat ini pada wanita hamil adalah dengan menggunakan
AZT (azidotimidin) atau ZDV (zidovudin).
•Pengobatan wanita hamil dengan menggunakan regimen
AZT ini dibagi atas tiga bagian, yaitu:
• wanita hamil dengan HIV positif, pengobatan dengan menggunakan AZT harus
dimulai pada usia kehamilan 14-34 minggu dengan dosis 100 mg, 5 kali sehari, atau
200 mg 3 kali sehari, atau 300 mg 2 kali sehari,
• pada saat persalinan; AZT diberikan secara intravena, dosis inisial 2 mg/kgBB dalam 1
jam dan dilanjutkan 1 mg/kgBB/jam sampai partus,
• terhadap bayi diberikan AZT dengan dosis 2 mg/kgBB secara oral atau 1,5 mg/kgBB
secara intravena tiap 6 jam sampai usianya 4 minggu.
JENIS PERSALINAN
•Wanita hamil dengan viral load < 50 kopi/mL saat
pemberian HAART pada usia kehamilan 36 minggu
dianjurkan melahirkan pervaginam. Keadaan ini
tidak dianjurkan pada riwayat operasi dinding
rahim, adanya kontraindikasi melahirkan
pervaginam, infeksi genitalia berulang, dan
diprediksi persalinannya akan berlangsung lama.
•Wanita hamil dengan HIV positif, tetapi tidak
mendapat pengobatan HAART selama
kehamilannya, seksio sesaria merupakan pilihan
untuk mengurangi transmisi MTCT
PERSALINAN PER-VAGINAM
• Wanita hamil yang direncanakan persalinan
pervaginam, diusahakan selaput amnionnya utuh
selama mungkin.
• Jika sebelumnya telah diberikan obat HAART, maka
obat ini harus dilanjutkan sampai partus.
• Jika direncanakan pemberian infus zidovudin, harus
diberikan pada saat persalinan dan dilanjutkan sampai
tali pusat diklem. Dosis zidovudin adalah: dosis inisial 2
mg/kgBB dalam 1 jam dan dilanjutkan 1 mg/kgBB/jam
sampai partus.
• Tablet nevirapin dosis tunggal 200 mg harus diberikan
di awal persalinan. Tali pusat harus diklem secepat
mungkin dan bayi harus dimandikan segera.
• Seksio sesaria emergensi biasanya dilakukan karena
alasan obstetrik, menghindari partus lama, dan
SEKSIO SESAREA
• Pada saat direncanakan seksio sesaria secara
elektif, harus diberikan antibiotik profilaksis.
• Infus zidovudin harus dimulai 4 jam sebelum
seksio sesaria dan dilanjutkan sampai tali pusat
diklem.
• Sampel darah ibu diambil saat itu dan diperiksa
viral load-nya.
• Tali pusat harus diklem secepat mungkin pada saat
seksio sesaria dan bayi harus dimandikan segera
PEMBERIAN MAKANAN BAYI
• Apabila ibu memilih memberikan ASI, maka
dianjurkan memberikan ASI secara eksklusif
selama 6 bulan.
• Apabila tidak dapat memberikan ASI eksklusif,
maka dianjurkan untuk segera beralih ke
pemberian susu formula.
• Apabila syarat AFASS (acceptable, feasible,
affordable, sustainable, safe) tercapai sebelum usia
6 bulan, maka ibu boleh beralih ke pemberian susu
formula dan pemberian ASI dihentikan
PENCEGAHAN
HIV sering ditransmisikan melalui darah, sehingga usaha
pencegahan dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:17
meskipun asimtomatik setiap individu yang terinfeksi HIV dapat
menularkannya kepada individu yang lain, sehingga dibutuhkan
pemeriksaan kesehatan rutin.

Individu yang terinfeksi dilarang untuk menjadi pendonor


baik itu donor darah, plasma, organ tubuh, jaringan, atau
sperma.

Pemeriksaan antibodi HIV harus diberikan terhadap orang


yang bertendensi berkontak dengan penderita seropositif
seperti pasangan seksual, orang yang sering bertukar
pakai jarum, dan bayi yang dilahirkan dari ibu seropositiF
Chlamydiae trachomatis  Bakteri
penyebab IMS  KLAMIDIASIS

Ciri-ciri dari C. trachomatis, yaitu :


 Berbentuk bulat, vakuoler
 Membentuk glikogen dan peka terhadap sulfonamide
 Terdapat plasmid
 Inang alamiah adalah manusia
 Penularan, yaitu orang ke orang, seperti ibu ke anak
 Penyakit yang ditimbulkan, yaitu : trachoma, PMS,
pneumonia pada bayi, Lymphogranuloma venereum.
Chlamydiae trachomatis
Gejala klinis :
Gejala pada pria :
 keluar cairan dari penis,
 rasa panas waktu kencingdan pada stadium
yang lanjut (tanpa pengobatan) nyeri daerah
kemaluan dan nyeri saat kencing dan
demam

 Nongonococcal urethritis dan


epididymitis
Gejala klinis :
Gejala pada wanita
- Sedikit keputihan yang jernih
- Rasa panas waktu kencing
- Nyeri pada perut bagian bawah dan
- Gatal atau iritasi dalam vagina
Komplikasi berupa:
- pendarahan
- nyeri saat hubungan seks dan
Penyakit Peradangan Panggul.
 Urethritis, Cervicitis dan Pelvic Inflammatory
Disease  sterilitas
Cervicitis

Lymphogranuloma
venereum
Gejala klinis :

Pada bayi :
Tetular karena ibu menderita klamidiasis
Conjunctivitis mucopurulent 7-12 hari
setelah Kelahiran (15-20%) dan infeksi
pernapasan (10-20%)
Bayi dengan trachom pd mata
Bagian tubuh yang mengalami
infeksi tidak memberikan gejala
dan tanda tapi dapat menularkan
pada pasangan seksual
Pengobatan
Pengobatan pada pasangan seksual
 harus dilakukan pada keduanya
 tetracycline (untuk urethritis nongonococcal pada
wanita tidak hamil yang terinfeksi),
Azythromycin, Erythromycin (pada wanita hamil)
 Untuk bayi, diobati dengan erythromycin atau
tetracycline
Epidemiologi
 Natural History of Disease dari klamidiasis tidak diketahui secara
jelas
 Klamidiasis menyerang 70 persen wanita dan 50 persen pada pria.
 Menurut penelitian sebagian besar penyakit ini terjadi pada
remaja dan wanita antara umur 20 dan 24 tahun.
 Ditularkan dan menyebar melalui kontak pasangan seks yang
terinfeksi
 Inklusi conjunctivitis pada bayi berasal dari ibu yang terinfeksi
pada alat kelaminnya
PENCEGAHAN

Praktek seks yang aman


Pengobatan pada orang yang terinfeksi
Pendidikan kepada para remaja program
pendidikan sekolah
Klasifikasi isk

Isk bagian bawah


 Cystitis (Inflamasi Kandung Kemih)
 Uretritis (Inflamasi Uretra)

ISK Bagian Bawah


 Pyelonephritis (Radang Ginjal, Komplikasi Sistitis)
 Prostatitis (Radang Kelenjar Prostat)
Jenis isk

Cystitis
 Inflamasi kandung kemih
 Disebabkan menyebarnya infeksi uretra
 Terjadi karena aliran balik urine dari uretra ke dalam fekal,
pemakain kateter atauu sistoskop
Uretritis
 Iritasi dan pembengkakan uretra
 Disebabkan oleh E. coli, Clamidia, Virus herpes
Pielonefritis
 Terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens, infeksi
hematogen
 Infeksi dapat terjadi di satu atau dikedua ginjal
• Berdasarkan pengalaman klinis dan percobaan, cara asendens ini
adalah cara yang banyak dalam penyebaran infeksi. Sebagai faktor
predisposisi adalah urethra wanita yang pendek dan mudahnya
terjadi kontaminasi yang berasal dari vagina dan rektum.
• Pengaruh hormone progesterone terhadap tonus dan aktivitas
otot-otot dan obstruksi mekanik oleh pembesaran uterus dalam
kehamilan merupakan faktor predisposisi meningkatkan kapasitas
buli-buli dan terdapatnya sisa urin setelah berkemih pada ibu hamil.
• Perubahan pH urin yang disebabkan meningkatnya ekskresi
bikarbonas memberikan kemudahan untuk pertumbuhan bakteri.
Glikosuria juga sering terjadi pada kehamilan ini juga merupakan
faktor predisposisi berkembangnya bakteri dalam urin.
DIAGNOSIS

• Diagnosis dari infeksi saluran kemih dapat diketahui dari adanya


(bagi yang simptomatik) berupa: disuria, polakisuria, terdesak
kencing (urgency), stranguria, nokturia dan bila berat dapat
dijumpai demam, menggigil, mual, muntah serta nyeri pinggang
pada pielonefritis
• Uji Laboratorium
a. Bakteriuria
b. Pyura (bilangan sel darah putih>10/mm
c. Urin positif nitrit (dengan pereduksi nitrit)
d. Urin positif leukosit esterase
e. ABC, bakteri dilapisi antibodi (ISU bagian atas)
MANIFESTASI KLINIK
ALGORITMA TERAPI
TUJUAN TERAPI
Tujuan Terapi Jangka Pendek :
Eradikasi bakteri penyebab infeksi saluran kemih
Menghilangkan gejala dengan cepat
Meningkatkan kadar hemoglobin untuk mencegah
keparahan anemia.
Tujuan Terapi Jangka Panjang :
Mencegah terjadinya infeksi ulangan (rekurensi)
Mencegah komplikasi dari penyakit infeksi saluran
kemih yang kronis
Mengurangi morbiditas dan mortalitas.
TERAPI FARMAKOLOGI
PYELONEFRITIS
Pyelonefritis adalah invasi mikroorganisme secara ascending dari
uretra ke ginjal
Etiologi :
1. E.coli (90%)
2. Klebsiella sp
3. Proteus sp
4. Providensiac
5. Citrobacter
6. P.aeruginosa
7. Acinetobacter
8. Enterococus faecalis
9. Staphylococcus
saprophyticus

Szweda H, Jóźwik M. "Urinary Tract Infections During Pregnancy ͵ an Updated Overview." Dev Period Med. 20:4 (2016):263-272.
Matuszkiewicz-Rowińska J, Małyszko J, Wieliczko M. "Urinary tract infections in pregnancy: Old and new unresolved diagnostic and therapeutic
problems". Arch Med Sci. 11:1.(2015):67-77.
Cunningham F., Leveno K., Bloom S., et al. Williams Obstetrics. 24th ed. New York: McGraw Hill Education; 2014.
PYELONEFRITIS

Szweda H, Jóźwik M. "Urinary Tract Infections During Pregnancy ͵ an Updated Overview." Dev Period Med. 20:4 (2016):263-272.
Matuszkiewicz-Rowińska J, Małyszko J, Wieliczko M. "Urinary tract infections in pregnancy: Old and new unresolved diagnostic and therapeutic
problems". Arch Med Sci. 11:1.(2015):67-77.
Cunningham F., Leveno K., Bloom S., et al. Williams Obstetrics. 24th ed. New York: McGraw Hill Education; 2014.
PYELONEFRITIS PADA IBU
HAMIL
Infeksi Saluran Kemih
merupakan penyakit yang Janin menekan vesika
paling sering terjadi pada urinaria  refluks vesiko
ibu hamil setelah anemia ureteral 
retensi urin 
memudahkan
kolonisasi
Bakteri yang umum
Penurunan tonus otot pada
mengakibatkan ISK
ibu
Asimptomatik pada ibu hamil
hamil  memperlambat
adalah Streptococous Grup B
peristaltik uretra 
khususnya S.agalactiae 
melemahkan
risiko kelahiran prematur, BBLR,
sfingter ureter
infeksi neonates dan preeklampsia
(mempermudah
ascending infection)

Szweda H, Jóźwik M. "Urinary Tract Infections During Pregnancy ͵ an Updated Overview." Dev Period Med. 20:4 (2016):263-272.
Matuszkiewicz-Rowińska J, Małyszko J, Wieliczko M. "Urinary tract infections in pregnancy: Old and new unresolved diagnostic and therapeutic
problems". Arch Med Sci. 11:1.(2015):67-77.
Cunningham F., Leveno K., Bloom S., et al. Williams Obstetrics. 24th ed. New York: McGraw Hill Education; 2014.
PYELONEFRITIS PADA IBU
HAMIL
Manifestasi klinis :
- Demam tinggi
- Nyeri pinggang
- Perkusi : Goldflam’s sign (+) /
Nyeri ketok CVA
- Anemia
- Trombositopenia

ALAT DIAGNOSTIK : Urinalisis


(Uji nitrat
Dalam mendeteksi hidronefrosis  dapat positif pada bakteri gram
USG lebih negatif
seperti E. Coli, Klebsiella, Proteus
sensitif dari CT Scan, namun CT Scan
sp dan
lebih sensitif untuk diagnosis abses, Enterobacter)  Nilai <105
inflamasi dan gas. Zat CFU/ml
kontras dikontraindikasikan untuk mungkin akibat riwayat antibiotik
Pyelonefritis yang telah berkembang GOLD STANDARD : Kultur Urin
menjadi AKI
Kalinderi, K., Delkos, D., Kalinderis, M., Athanasiadis, A. and Kalogiannidis, I., 2018. Urinary tract infection during pregnancy: current concepts on a common multifaceted problem. Journal of Obstetrics and Gynaecology, 38(4),
pp.448-453.
Johnson, J.R. and Russo, T.A., 2018. Acute pyelonephritis in adults. New England Journal of Medicine, 378(1), pp.48-59.
TATALAKSANA
PYELONEFRITIS PADA IBU
HAMIL  Hampir 20-40% kasus E.coli
resisten terhadap Ampicilin dan
Amoxicillin  Golongan
sefalosporin lainnya atau
Fosfomycin
 Wanita hamil dengan ISK
asimtomatik harus menjalani
terapi 7 hari, dan selama 10-14
hari jika infeksi berulang
 Jika hasil kultur urin didapati
Streptococcus Group B 
Profilaksis >4 jam sebelum Antibiotik IV mencegah transmisi
persalinan : vertikal
 Eradikasi bakteriuria dikonfirmasi
Penicillin, Ampicillin atau dengan kultur 1-2 minggu setelah
Cefazolin antibiotik selesai

Kalinderi, K., Delkos, D., Kalinderis, M., Athanasiadis, A. and Kalogiannidis, I., 2018. Urinary tract infection during pregnancy: current concepts on a common multifaceted problem. Journal of Obstetrics and Gynaecology, 38(4),
pp.448-453.
Johnson, J.R. and Russo, T.A., 2018. Acute pyelonephritis in adults. New England Journal of Medicine, 378(1), pp.48-59.
Kolman, K.B., 2019. Cystitis and pyelonephritis: diagnosis, treatment, and prevention. Primary Care: Clinics in Office Practice, 46(2), pp.191-202.
TATALAKSANA
PYELONEFRITIS
PADA IBU HAMIL

Johnson, J.R. and Russo, T.A., 2018. Acute pyelonephritis in adults. New England Journal of Medicine, 378(1),
pp.48-59.
TATALAKSANA
PYELONEFRITI
S PADA IBU
HAMIL

Johnson, J.R. and Russo, T.A., 2018. Acute pyelonephritis in adults. New England Journal of Medicine, 378(1),
pp.48-59.
KOMPLIKASI
INFEKSI SALURAN KEMIH DAN
PREEKLAMPSIA

Agudelo, 2008 dalam penelitian meta-analisis :


Infeksi Saluran Kemih meningkatkan risiko
Preeklampsia (OR: 1,57)

Bilano, 2014 yang melakukan penelitian di 23


negara berkembang : Infeksi Saluran Kemih
berhubungan dengan Preeklampsia

Rezavand, 2015 : Insidensi bakteriuria


asimtomatik terjadi 6,8 kali lebih tinggi pada
pasien preeklampsia dibanding kelompok kontrol
Kalinderi,
Kalinderi, K.,
K., Delkos,
Delkos, D.,
D., Kalinderis,
Kalinderis, M.,
M., Athanasiadis,
Athanasiadis, A.
A. and
and Kalogiannidis,
Kalogiannidis, I.,
I., 2018.
2018. Urinary
Urinary tract
tract infection
infection during
during pregnancy:
pregnancy: current
current concepts
concepts on
on a
a common
common multifaceted
multifaceted problem. Journal
problem. Journal of
of Obstetrics
Obstetrics
and
and Gynaecology, 38(4),
Gynaecology, 38(4), pp.448-453.
pp.448-453.
KOMPLIKASI
INFEKSI SALURAN KEMIH DAN
PREEKLAMPSIA

Izadi, 2016 : Infeksi saluran kemih secara signifikan lebih


sering didapati pada ibu dengan Preeklampsia berat
dibanding ibu hamil yang sehat

Easter, 2016 : Infeksi saluran kemih menjadi sumber


inflamasi yang mempunyai efek aditif dan memicu gejala
klinis preeklampsia (terutama trimester 3 atau < 34 minggu)

Namun Brumfitt, 1975 dan Shamsi, 2010 : gagal


mengonfirmasi/ menemukan hubungan Infeksi Saluran
Kemih dan Preeklampsia tidak signifikan

Kalinderi, K., Delkos, D., Kalinderis, M., Athanasiadis, A. and Kalogiannidis, I., 2018. Urinary tract infection during pregnancy: current concepts on a common multifaceted problem. Journal of Obstetrics
and Gynaecology, 38(4), pp.448-453.
KOMPLIKASI
INFEKSI SALURAN KEMIH DAN
PREEKLAMPSIA
Faktor seperti onset infeksi dan Riwayat
masalah pada ginjal dapat menjadi
faktor perancu / bias dalam mendeteksi
hubungan antara ISK
dan Preeklampsia
Screening dan monitoring wanita hamil
dengan
ISK dapat berguna dalam mendeteksi
dan
mencegah preeklampsia
Diperlukan penelitian dengan jumlah
sampel yang lebih besar untuk
membuktikan hubungan yang
lebih jelas.
Kalinderi, K., Delkos, D., Kalinderis, M., Athanasiadis, A. and Kalogiannidis, I., 2018. Urinary tract infection during pregnancy: current concepts on a common multifaceted problem. Journal of Obstetrics and Gynaecology, 38(4),
pp.448-453.
KOMPLIKASI • Infeksi materal menjadi penyebab pada
50%
kelahiran prematur
• Mekanisme belum pasti, namun
dihipotesiskan bahwa infeksi memicu
INFEKSI cascade inflamasi
SALURAN sehingga terjadi peningkatkan produksi
sitokin, prostaglandin dan enzim
KEMIH,
penghancur matriks  memicu kontraksi
KELAHIRAN uterus, dilatasi serviks
PREMATUR dan ketuban pecah dini yang
DAN BERAT mempermudah
BADAN LAHIR masuknya pathogen ke dalam kavitas
RENDAH uteri
(BBLR)
Kalinderi, K., Delkos, D., Kalinderis, M., Athanasiadis, A. and Kalogiannidis, I., 2018. Urinary tract infection during pregnancy: current concepts on a common
multifaceted problem. Journal of Obstetrics and Gynaecology, 38(4), pp.448-453.
KOMPLIKASI
INFEKSI SALURAN KEMIH, KELAHIRAN PREMATUR
DAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

Romero, 1989 : ISK Asimtomatik meningkatkan risiko 2 kali lipat


persalinan prematur

Smaill & Vazquez, 2015 : Tatalaksana antibiotic pada ISK dapat


menurunkan risiko prematur dan BBLR

Mazor-Dray, 2009 ; Chiabi, 2013 ; Agger, 2014 ; Alijahan, 2014 ; Vogel,


2014 ; Lee, 2015 : Hubungan yang signifikan antara ISK dengan
kelahiran prematur terutama di negara dengan pendapatan rendah

Kalinderi, K., Delkos, D., Kalinderis, M., Athanasiadis, A. and Kalogiannidis, I., 2018. Urinary tract infection during pregnancy: current concepts on a common multifaceted problem. Journal of Obstetrics and
Gynaecology, 38(4), pp.448-453.
KOMPLIKASI
INFEKSI SALURAN KEMIH DAN Intra-uterine Growth
Restriction (IUGR)
ISK
dihubungkan Sheiner, 2009 : Adanya hubungan antara ISK
asimtomatik dengan IUGR
dengan IUGR
karena adanya Kessous,2012 dan Hantush Zadeh, 2013 : ISK
kerusakan Asimtomatik dikonfirmasi mempunyai
endotel hubungan yang signifikan dengan IUGR
dan/atau Jain, 2013 : Wanita dengan ISK yang terlambat
memicu dideteksi mempunyai risiko 3,79 lebih tinggi
respons terkena Preeklampsia dan IUGR pada fetusnya
inflamasi
maternal.
Kalinderi, K., Delkos, D., Kalinderis, M., Athanasiadis, A. and Kalogiannidis, I., 2018. Urinary tract infection during pregnancy: current concepts on a common
multifaceted problem. Journal of Obstetrics and Gynaecology, 38(4), pp.448-453.
KESIMPULAN
Perempuan hamil memiliki risiko tinggi
menderita infeksi saluran kemih karena
perubahan struktur anatomis yang mempermudah
invasi ascending pathogen menghasilkan Pyelonefritis.
Oleh karena itu, dibutuhkan adanya edukasi
mengenai risiko infeksi dan kesadaran pasien
mengenai kesehatan organ genitalia, ketelitian dalam
proses screening, dan pengobatan dengan regimen
yang tepat sehingga komplikasi yang berisiko buruk
pada ibu dan janin dapat dicegah.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai