Anda di halaman 1dari 21

JURNAL READING

GLOSITIS ATROFI SEBAGAI


PENANDA KLINIS ANEMIA PADA
LANSIA

Oleh : M. Taufiqurrachman (21904101057)

Dosen Pembimbing : drg. Noenoeng Isnantijowati


Pendahuluan
Anemia  penyakit umum yang Mempengaruhi
sering menyerang wanita, ¼ populasi
khususnya di negara berkembang. dunia

Defisiensi Lansia  usia > 60


nutrisi (B12 tahun
& asam folat

Kualitas hidup

• Kesehatan fisik
Glositis • Kesehatan psikologis
• Hubungan sosial
atrofi • Hubungan dengan lingkungan
Laporan Kasus

Seorang wanita berusia 74 tahun datang ke


Instalasi Dokter Gigi di Rumah Sakit Gigi dengan
keluhan rasa sakit, sensasi terbakar dan mati rasa
pada mukosa mulutnya, terutama pada lidah. Hal ini
menyebabkan pasien sulit makan dan menelan juga
tidak bisa merasakan rasa makanan. Keluhan
dirasakan sejak 3 bulan terakhir. Pasien telah datang
ke dokter gigi umum dan diberi gel steroid topikal.
Laporan Kasus

Keluhan tidak berkurang. Pasien memiliki riwayat


penyakit gastrointestinal dan secara rutin kontrol ke
dokter penyakit dalam setiap bulan. Pasien juga
menerima pengobatan antasida DOEN & Lansoprazole
secara rutin.

Pada pemeriksaan ekstra oral ditemukan konjungtiva


mata anemis dan bibir kering. Pemeriksaan intraoral
menunjukkan pucat pada mukosa mulut dan gingiva,
depapilasi lidah dorsal, dan fisura lidah. Mobilitas grade 2
pada gigi 31,32,33,34,41,42,47, & 48 juga gigi 36 hilang.
Kunjungan 1
Anamnesis & Pemx fisik  Diagnosis  Glositis Atrofi
Anemia  faktor predisposisi
DDx : sindrom mulut terbakar atau manifestasi oral pada
Diabetes Mellitus (krn bibir kering & periodontitis yg
ditemukan)
Terapi awal : obat kumur antiinflamasi non-steroid (asam
hyaluronat & lidah buaya), instruksi untuk menjaga
kebersihan & kesehatan mulut, makan dg gizi seimbang,
hidrasi yang memadai, istirahat cukup dan olahraga
ringan.
Work up : Pemeriksaan Darah Lengkap, GDP, & GD2JPP
Kunjungan 2
Sensasi terbakar & rasa sakit pada lidah
berkurang.
Obat kumur digunakan teratur.
Kondisi klinis lidah tidak menunjukkan
peningkatan signifikan.
Hasil lab=
Hb 9,8 g/dl (n=12,0-16,0 g/dl)
HCT 29% (n= 37%-47%)
Eritrosit 2,56 juta/mm3 (n= 4,254
juta/mm3)
MCV 112,5 fl (n= 86-98 fl)
MCH 38,3 pg (n= 27-32 pg)
MCHC 34% (n= 32%-36%)
GDP 82 mg/dl (n= 82-115 mg/dl)
GD2JPP 96 mg/dl (n= <120 mg/dl)
Kunjungan 2

Hasil lab + diagnosis klinis 


glositis atrofi terkait anemia
defisiensi vitamin B.
Diagnosa banding disingkirkan.
Manajemen lanjutan :
- Obat kumur (tetap)
- Vitamin B12 2x50 mcg/hari
- Multivitamin (vitamin C, E,
B2, B12, asam folat & seng)
Kunjungan 3

Keluhan serupa saat kunjungan


kedua masih ada, lebih bisa
merasakan makanan.
Sakit perut setelah minum
multivitamin & tidak diminum lagi.
Obat lainnya masih tetap digunakan
sesuai anjuran.
Pemx intraoral ditemukan dorsum
lidah masih mengalami depapilasi
disertai makula eritem dg margin
difus pada mukosa labial atas.
Terapi : penggantian obat kumur
(Chlorhexidine glukonat 0,2%
3x10ml/hari), asam folat oral
1x1000mcg/hari, & vit. B12 2X50
mg/hari.
Kunjungan 4
Keluhan berkurang, mati rasa di lidah
terjadi peningkatan yang baik, nafsu
makan membaik, peningkatan BB,
mengeluh sariawan pada mukosa bibir
atas.
Pemx intraoral ditemukan depapilasi
dorsum lidah mulai membaik, lesi
makula eritem pada kedua mukosa
bukal, ulkus kekuningan di mukosa labial
atas dg dasar tepi dikelilingi eritematosa
& tidak teratur, diameter ulkus antara 1-
3mm.
Terapi :
Vitamin B12 (dosis sama)
Asam folat 1x5000mcg/hari
Kunjungan 5

Keluhan pada lidah berkurang & lebih baik dari hari ke hari sehingga
nafsu makan meningkat.
Pemx intraoral tidak ditemukan ulkus & lesi glositis atrofi membaik. BB
pasien juga mengalami peningkatan.
Manajemen lanjutan :
Tata laksana periodontitis kronis dg mobilitas derajat 2 pada beberapa gigi
mandibula anterior.
Terapi : sama seperti sebelumnya
Kontrol 2 minggu berikutnya.
Kunjungan 6

Keluhan lidah membaik, nafsu makan semakin baik.


Terapi lanjutan :
Vit B12 2x50 mcg/hari
Asam folat 1x5000 mcg/hari
Work up : Pemeriksaan DL
Kontrol setelah perawatan di bagian periodontia.
Kunjungan Terakhir

Setelah 1 bulan, keluhan di rongga mulut dan lidah tidak lagi terasa,
nafsu makan baik, BB meningkat (37,9 kg).
Hasil lab:
Hb 10,3 g/dl (n=12,0-16,0 g/dl)
HCT 32% (n= 37%-47%)
Eritrosit 3,06 juta/mm3 (n= 4,254 juta/mm3)
MCV 106,2 fl (n= 86-98 fl)
MCH 33,7 pg (n= 27-32 pg)
Hb, HCT, & eritrosit meningkat dari sebelumnya.
MCV & MCH telah menurun dari sebelumnya.
Kunjungan Terakhir
Gambaran klinis lidah menunjukkan
papila lidah yang normal sejak
kunjungan sebelumnya, tetapi
terdapat sedikit plak pada dorsum
lidah (Gambar b).
Terapi :
Vitamin B12 2X50 mcg/hari
Asam folat 1x5000 mvg/hari
KIE :
Menjaga kebersihan lidah
Melanjutkan perawatan di bagian
periodontal hingga selesai.
Diskusi
↓ asupan • ↓ fungsi sensorik
Usia tua • ↓ nafsu makan
gizi
• Status kesehatan
mulut
• Status gigi
• Periodontitis
Anemia

Glositis
Faktor medis Atrofi
- konsumsi
obat-obatan
(lansoprazol, Defisiensi vit.
antasida, B12 & asam folat
metotreksat)

Gg penyerapan
nutrisi
Perubahan struktur
↓ nutrisi
jaringan rongga mulut • Indikator status gizi yang
sensitif
• Kekurangan mikronutrien yg
Depapilasi / atrofi lidah berlangsung lama
• Gangguan enzim tertentu
• Tanda klinis masalah
↓ nafsu makan sistemik (cth: anemia)

Atrofi papila filiform


(paling banyak, paling
Glositis atrofi : sensitif & efek lebih
seluruh/sebagian parah)
lidah halus, mengkilap Papila fungiform,
foliate, &
sirkumvallata

Hidrasi tidak
Bibir kering
adekuat
Multifaktorial
Mekanisme patologi
bermacam-macam

Kriteria WHO:
Prevalensi tinggi pada
Anemia - Hb <12 g/dl (perempuan
usia lanjut & wanita
- Hb <13 g/dl (laki-laki)c
Faktor risiko

- Defisiensi nutrisi ↓Hb, HCT, hitung


- Perdarahan eritrosit di sirkulasi
- Penyakit kronis
↑Asam Malabsorpsi
Anamnesis lambung mikronutrien Anemia

gastristis
Stres fisik kronis
Stres ↓ enzim di
psikologis mitokondria sel
Hiposalivasi/ ↓ intake
epitel mukosa mulut
mulut kering nutrisi

Masalah
Nafsu Kesulitan ↓ diferensiasi &
keluarga
makan ↓ makan pertumbuhan sel
epitel

Glositis
Ulserasi
Atrofi
Manajemen komprehensif :
Usia tua - Pelayanan kesehatan dari berbagai
multidisiplin ilmu
- Deteksi dini
- Perbaikan defisiensi nutrisi

Manajemen Farmakologis pada kasus :

1. Obat kumur antiinflamasi non-steroid (asam hyaluronat berfungsi


meningkatkan hidrasi jaringan mukosa oral & memperceoat penyembuhan,
PVP/polyvinyl pyrilidone bekerja dengan melapisi mukosa oral untuk
mencegah kontak langsung dg area mulut/dengan memblok proses iritasi,
aloe vera bekerja dengan menstimulasi sistem imun & pertumbuhan
kolagen), Chlorhexidine guconate sebagai antiseptik untuk mencegah
infeksi sekunder dan membuat kondisi mukosa oral kondusif untuk proses
penyembuhan.
2. Vitamin B12, untuk memperkuat sistem imun, regenerasi eritrosit dan
reepiteliasasi sel
3. Multivitamin
4. Asam folat, untuk regenerasi eritrosit dan reepiteliasasi sel
Perawatan ke bagian periodontal bertujuan untuk
memperbaiki fungsi mastikasi dan kenyamanan pasien
saat makan.

Perawatan periodontal yang telah dilakukan adalah


pembersihan karang gigi & penanaman akar gigi sehingga
pergerakan gigi menghilang.

Penggantian gigi yang hilang dengan gigi buatan


dibutuhkan untuk meningkatkan fungsi mastikasi yang
optimal, terutama pada pasien usia tua.
Terimakasih.....

Anda mungkin juga menyukai