Anda di halaman 1dari 47

Malaria

Pembimbing: Artharia Tjempakasari, dr.,


Sp.PD.K-GH.FINASIM
DM Ines Samantha Riza Putri (012023143105)
DM Fajar Daffa Aulia (012023143223)
DM Priyadashini Surendra (012023143207)
DM Zaha El-Ma’i (012023143214)
DM Zahra Sabrina Setyarto (011711133204)
DM Rizqi Handi Prayata (011711133129)
1. Definisi dan Etiologi
2. Patofisiologi
3. Manifestasi klinis

Daftar 4.
5.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
6. Diagnosis
Isi 7.
8.
Tatalaksana
Komplikasi
9. Prognosis
Definisi dan
Etiologi
Definisi dan Etiologi
Malaria adalah penyakit infeksi eritrosit oleh parasite protozoa Plasmodium sp.
yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina

Spesies: P. falciparum, P. vivax, P. ovale, P. malariae, dan yang zoonosis dari


monyet P. Knowlesi
Cara penularan:
● Melalui gigitan nyamuk vector yang mengandung plasmodium (sporozoite)
● Infeksi intra-uterin (malaria kongenital)
● Transfusi darah, transplantasi organ
● Menggunakan jarum suntik yang terkontaminasi plasmodium
Patofisiologi
Plasmodium Life Cycle
1. Siklus hidup parasit malaria melibatkan 2 9. Selama makan darah, nyamuk Anopheles
inang. Selama makan darah, nyamuk mencerna gametosit jantan (mikrogametosit) dan
Anopheles betina yang terinfeksi malaria betina (makrogametosit), memulai siklus
menginokulasi sporozoit ke inang manusia. sporogonik.
2. Sporozoit menginfeksi sel hati.
3. Di sana, sporozoit dewasa menjadi skizon. 10. Di dalam perut nyamuk, mikrogamet
4. Skizon pecah dan melepaskan merozoit. menembus makrogamet, menghasilkan zigot.
Replikasi awal di hati ini disebut siklus 11. Zigot menjadi motil dan memanjang,
exoerythrocytic. berkembang menjadi ookinet.
5. Merozoit menginfeksi sel darah merah. Di
12. Ookinet menyerang dinding usus tengah
sana, parasit berkembang biak secara aseksual
nyamuk tempat mereka berkembang menjadi
(disebut siklus eritrositik). Merozoit
berkembang menjadi trofozoit tahap cincin. ookista.
Beberapa kemudian dewasa menjadi skizon. 13. Ookista tumbuh, pecah, dan melepaskan
6. Skizon pecah, melepaskan merozoit. sporozoit, yang menuju ke kelenjar ludah nyamuk.
7. Beberapa trofozoit berdiferensiasi menjadi Inokulasi sporozoit ke inang manusia baru
gametosit. melanggengkan siklus hidup malaria.
Elemen dasar siklus hidup sama untuk semua
spesies Plasmodium. Penularan dimulai ketika Setiap merozoit dapat menyerang sel darah merah
nyamuk Anopheles betina memakan penderita (RBC) dan di sana berubah menjadi trofozoit.
malaria dan menelan darah yang mengandung
gametosit. Trofozoit tumbuh, dan sebagian besar berkembang
menjadi skizon eritrosit; skizon menghasilkan
Selama 1 hingga 2 minggu berikutnya, merozoit lebih lanjut, yang 48 hingga 72 jam
gametosit di dalam nyamuk bereproduksi kemudian memecahkan sel darah merah dan
secara seksual dan menghasilkan sporozoit
dilepaskan dalam plasma.
infektif. Ketika nyamuk memakan manusia
lain, sporozoit diinokulasi dan dengan cepat Merozoit ini kemudian dengan cepat menyerang
mencapai hati dan menginfeksi hepatosit. sel darah merah baru, mengulangi siklus tersebut.
Beberapa trofozoit berkembang menjadi
Parasit matang menjadi skizon jaringan di gametosit, yang ditelan oleh nyamuk Anopheles.
dalam hepatosit. Setiap skizon menghasilkan
10.000 hingga 30.000 merozoit, yang Mereka menjalani penyatuan seksual di usus
dilepaskan ke aliran darah 1 hingga 3 minggu nyamuk, berkembang menjadi ookista, dan
kemudian saat hepatosit pecah. melepaskan sporozoit infektif, yang bermigrasi ke
kelenjar ludah.
Dengan P. vivax dan P. ovale (tetapi bukan P.
falciparum atau P. malariae), skizon jaringan
dapat menetap sebagai hipnozoit di hati selama
Tahap pra-eritrositik (hati) dari siklus hidup malaria
bertahun-tahun. Kambuh P. ovale telah terjadi
dilewati saat infeksi ditularkan melalui transfusi
paling lambat 6 tahun setelah episode gejala
darah, dengan berbagi jarum yang terkontaminasi,
malaria, dan infeksi ditularkan melalui transfusi
atau secara bawaan.
darah dari orang yang terpajan 7 tahun sebelum
mendonor darah. Oleh karena itu, cara penularan ini tidak
menyebabkan penyakit laten atau penundaan
Bentuk yang tidak aktif ini berfungsi sebagai
kekambuhan.
kapsul pelepas waktu, yang menyebabkan
kekambuhan dan mempersulit kemoterapi karena Pecahnya sel darah merah selama pelepasan merozoit
tidak terbunuh oleh sebagian besar obat dikaitkan dengan gejala klinis. Jika parah, hemolisis
antimalaria, yang biasanya bekerja pada parasit menyebabkan anemia dan ikterus, yang diperburuk
aliran darah. oleh fagositosis sel darah merah yang terinfeksi di
limpa. Anemia bisa parah pada infeksi P. falciparum
Tahap pra-eritrositik (hati) dari siklus hidup
atau kronis P. vivax tetapi cenderung ringan pada
malaria dilewati saat infeksi ditularkan melalui
infeksi P. malariae.
transfusi darah, dengan berbagi jarum yang
terkontaminasi, atau secara bawaan.
Manifestasi Klinis
Masa Tunas Gejala Prodromal
- P. falciparum: 4-9 hari - Tidak enak badan, nyeri
- P. vivax dan P. ovale: 12-18 kepala, demam
hari - Badan lemah, nyeri otot,
- P. malariae: 18-40 hari menggigil
● Menggigil
Trias Malaria: ● Panas
● Keringat banyak
● Gejala tidak spesifik: sakit kepala,
mual-muntah, diare, nyeri otot, pegal
● Trias malaria (demam, menggigil,
berkeringat)

Faktor Risiko:

● Riwayat bepergian dan bermalam


Anamnesis dalam 1-4 minggu daerah endemis
malaria
● Tinggal/berdomisili di daerah
endemis malaria
● Pernah menderita riwayat malaria
● Riwayat transfusi darah
Manifestasi Klinis

● Demam (tertiana, kuartana) yang khas terdiri atas 3 stadium:


1. Menggigil (15 menit- 1 jam)
2. Puncak demam (2-6 jam)
3. Berkeringat (2-4 jam)
● Splenomegali, anemia, icterus
Karakteristik Demam
Demam periodik berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporulasi)

Malaria Tertiana Malaria Kuartana

- P. vivax dan P. ovale - P. malariae


- Setiap 48 jam - Pematangan setiap 72 jam
- Periodisitas demam setiap - Periodisitas demam setiap
hari ke-3 hari ke-4
Karakteristik
Demam
● Cerebral malaria: perubahan kesadaran
(GCS<11)

● Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)


Malaria Berat
● Kejang berulang-lebih dari dua episode
dalam 24 jam

Ditemukannya Plasmodium falciparum ● ARDS/Edema paru (radiologi, saturasi


stadium aseksual dengan minimal satu Oksigen <92%
dari manifestasi klinis atau didapatkan ● Gagal sirkulasi atau syok: CRT > 3s,
temuan hasil laboratorium (WHO, 2015): tekanan sistolik <80 mm Hg (pada anak:
<70 mmHg)

● Perdarahan spontan abnormal dapat


disertai kelainan laboratorik adanya
gangguan koagulasi intravaskular
● Gagal ginjal akut (urin <400mL/24 jam,
Malaria Berat SC>3mg%)

● Hipoglikemi (<40mg/dL)

● Asidemia/asidosis (pH<7.25, plasma


Ditemukannya Plasmodium falciparum
bikarbonat <15mmol/L)
stadium aseksual dengan minimal satu
dari manifestasi klinis atau didapatkan ● Anemia berat (Hb <5), hiperparasitemia
temuan hasil laboratorium (WHO, 2015): (> 10.000/μL)

● Jaundice (bilirubin >3 mg/dL)

● Makroskopik hemoglobinuria (black


water fever)
Pemeriksaan Fisik
Sistem Organ Temuan Pem. Fisik Sistem Organ Temuan Pem. Fisik

Keadaan Thorax-
Umum Lemah Pulmo Takipneu

TTV Peningkatan suhu (>37,5℃), RR↑ Abdomen Hepatomegali


tidak kuat angkat, HR↑ Splenomegali

Kulit Neurologis
Berkeringat Penurunan kesadaran

THT-KL Konjungtiva anemis Ekstremitas


Akral dingin basah pucat
Sclera icterus

Thorax- Lain-lain
Jantung Takikardi -
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dengan mikroskop

● Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/lapangan/ rumah


sakit/laboratorium klinik untuk menentukan:

a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).

b) Spesies dan stadium plasmodium.

c) Kepadatan parasit.

Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)

● Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda imunokromatografi. Pemeriksaan dengan RDT tidak digunakan
untuk mengevaluasi pengobatan.
Pemeriksaan Lab
● Hipoglikemia (blood glucose < 2.2 mmol/l or < 40 mg/dl).
● Asidosis metabolik ( pH < 7.25 or plasma bicarbonate < 15 mmol/l).
● Normositik anemia berat (Hb < 5 g/dl, packed cell volume < 15%).
● Haemoglobinuria.
● Hyperparasitaemia (> 2%/100 000/μl in low intensity transmission. areas or > 5% or 250
000/μl in areas of high stable malaria transmission intensity).
● Hyperlactatemia (lactate > 5 mmol/l).
● Renal impairment (serum creatinine > 3 mg/dL, urine <400mL/24jam).
Pemeriksaan Lab

● Decreased platelet count (< 50,000/L).

● Prolonged prothrombin time (> 3 s).

● Prolonged partial thromboplastin time.

● Decreased fibrinogen (< 200 mg/dL).


Tetes Tebal:
P. malariae P. knowlesi P. vivax

P. falciparum P. ovale
Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan
berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium. Untuk malaria berat
diagnosis ditegakkan berdasarkan
kriteria WHO.

Diagnosis pasti malaria harus


ditegakkan dengan pemeriksaan
sediaan darah secara mikroskopis
atau uji diagnostik cepat (Rapid
Diagnostic Test=RDT).
● Hapusan darah tipis dan
tebal merupakan gold
standard diagnosis malaria
● Rapid Diagnostics Test (RDT)
berdasarkan antigen yang
beredar, hanya bisa
membedakan P. vivax dan P.
falciparum
● Demam tifoid
● Infeksi saluran kemih dan infeksi
respirasi
● Viral infection (influenza, dengue, dll)

Acute coma:
Diagnosis Banding
- Viral encephalitis
- Bacterial, fungal, protozoal
meningoencephalitis
- Cerebral typhoid
- Brain abscess
- Stroke
Renal failure:

- Glomerulonefritis
- Hipertensi

Jaundice dan Hepatomegali:


Diagnosis Banding - Viral hepatitis
- Alcohol
- Drug-induced
- Biliary diseases
- Yellow fever
- Leptospirosis
Tatalaksana
Tatalaksana
Malaria tanpa komplikasi

1. Malaria falciparum:

Lini I: DHP 3 hari + Primakuin 1 hari Lini II: Kina + Doksisiklin/Tetrasiklin + Primakuin
- Kina: 10 mg/kgBB/kali (3x/hari selama 7 hari)
- Doksisiklin:
Dewasa: 3,5 mg/kgBB/hari (2x/hari selama 7 hari)
Usia 8-14 tahun: 2,2 mg/kgBB/hari (2x/hari selama 7
hari)
- Tetrasiklin: 4-5 mg/kgBB/kali (4x/hari selama 7
hari)
Tatalaksana
Malaria tanpa komplikasi

2. Malaria vivax, malaria ovale:

Lini I: DHP 3 hari + Primakuin 14 hari Lini II: Kina + Primakuin


- Kina: 10 mg/kgBB/kali (3x/hari selama
7 hari)
- Primakuin: 0,25 mg/kgBB/hari (selama
14 hari)
Tatalaksana
Malaria tanpa komplikasi

3. Malaria vivax yang relaps:

- Dugaan relaps bila pemberian Primakuin 0,25 mg/kgBB/hari sudah diminum selama
14 hari dan pasien sakit kembali dengan parasit (+) dalam kurun waktu 3 minggu - 3
bulan setelah pengobatan
- Diberikan Regiman DHP yang sama tapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5
mg/kgBB/hari
Tatalaksana
Malaria tanpa komplikasi

4. Malaria malariae: DHP 3 hari


Tatalaksana
Malaria tanpa komplikasi

5. Infeksi campur malaria falciparum + malaria vivax/ovale:

DHP 3 hari + Primakuin 14 hari


Tatalaksana
Malaria tanpa komplikasi

6. Malaria pada ibu hamil: DHP 3 hari


Tatalaksana
Malaria berat di puskesmas/klinik nonperawatan:
- Berikan artesunat IM 2,4 mg/kgBB lalu segera rujuk

Malaria berat di puskesmas/klinik perawatan atau RS:


- Pilihan utama: Artesunat IV 2,4 mg/kgBB sebanyak 3 kali ( hari ke-0, 12, 24), selanjutnya diberikan 2,4 mg/kgBB tiap
24 jam sampai pasien bisa minum obat
- Bila sudah dapat minum obat, diberikan DHP + Primakuin sesuai dengan jenis malaria
Tatalaksana
Tatalaksana
Tatalaksana
Profilaksis :

Doksisiklin 100mg/hari. Obat ini diberikan 1-2 hari sebelum bepergian, selama berada di daerah tersebut sampai 4 minggu
setelah kembali.

Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak dibawah umur 8 tahun dan tidak boleh diberikan lebih dari 6 bulan
Komplikasi
Komplikasi
- Malaria serebral
- Anemia berat
- Gagal ginjal akut
- ARDS
- Hipoglikemia
- Ikterus
- Black water fever
Prognosis
Prognosis
Prognosis bergantung pada derajat beratnya malaria. Secara umum, prognosisinya baik
Sekian, Terima Kasih.
Sesi Diskusi dan Tanya-
Jawab

Anda mungkin juga menyukai