DM Eunike Deborah Phoebe NIM. 012023143042 DM Ines Samantha Riza Putri NIM 012023143105
DM Chaq El Chaq Zamzam M. NIM. 012023143047 DM Zahra Sabrina Setyarto NIM 011711133204
DMT1 DMT2
● Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke ● Mulai dari dominan resistensi insulin
defisiensi insulin absolut. Ada dua macam. dengan defisiensi insulin relatif sampai
○ Autoimun yang dominan defek sekresi insulin akibat
○ Idiopatik dari resistensinya.
● Menurut ADA, itu diakibatkan oleh
resistensi insulin yang menyebabkan
dekompensasi pankreas dengan defek pada
sekresi dan jumlah insulin
Klasifikasi
Keluhan KLASIK
Riwayat Penyakit Keluarga Memiliki keturunan Diabetes Melitus
Riwayat Psikososial Aktivitas fisik, pekerjaan, makanan,
merokok?
Keluhan Lain (Komplikasi DM atau ⮚ Neuropati
Gejala lain) ⮚ Nefropati
⮚ PAD
⮚ Ulkus Diabetes
⮚ Retinopati diabetikum
⮚ Lemah badan
⮚ Gatal
⮚ Disfungsi ereksi
⮚ Pruritus vulva
⮚ Acanthosis nigricans
Pemeriksaan Fisik
● TTV
● Pengukuran status gizi (BB, TB, lingkar pinggang)
● Pemeriksaan neurologis (rasa, raba halus, raba kasar, nyeri)
Pemeriksaan Penunjang
● GDA (>=200mg/dl)
● GDP (>=126mg/dl)
● Tes Toleransi Glukosa (TTG)
● HBA1C
Alur Diagnosis
○ Latihan Fisik
○ Terapi farmakologis
Edukasi
Pemantauan H.D.L.
Diet B3 => Untuk ND stage 3 & 4 atau dengan kondisi khusus (kehilangan protein dalam urin > 3g/ hari atau protein rebus
urin +4, keadaan infeksi berat/operasi)
• Tinggi kalori (>2000 kal/hari), rendah protein (0,8 g/kgBB/hari), tinggi asam amino esensial
• 72% karbo, 20% lemak (sebaiknya lemak tak jenuh), 8% protein
Latihan fisik dapat menjaga kebugaran, menurunkan BB, dan meningkatkan sensitivitas
insulin. Untuk itu pasien diabetes melitus diminta untuk melakukan Latihan fisik dengan
ketentuan sebagai berikut:
● 3-5x/minggu dengan total waktu 150 menit , jeda tidak lebih dari 2 hari berturut-
turut.
● Aerobik dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung maksimal/DJM): Jalan
cepat, sepeda, jogging, berenang
● Hipoglikemia
● Koma Lakto-asidosis
● Ketoasidosis-Diabetikum
● Hyperosmolar Hyperglycemic State
Hipoglikemi
Pasien diabetes melitus yang jatuh ke kondisi hipoglikemi dapat mengalami jatuh pada kondisi berikut ini:
Hipoglikemi
Diagnosis
Gejala
Diagnosis ditegakkan dengan Whipple Triad:
- Gejala klinis
- Umum :
- Gula darah < 70 mg/dL
Pallor dan diaforesis. - Membaik saat diberi glukosa
- Neuroglikopeni :
Klasifikasi
Gangguan kognitif, perilaku dan psikomotor, - Hipoglikemi ringan
kejang, koma. Pasien sadar dan dapat meningkatkan glukosa
darah secara mandiri.
- Otonimik adrenergik:
- Hipoglikemi berat
Palpitasi, gemetar, cemas. Tedapat gangguan kesadaran hingga koma
- Kolinergik:
Keringat dingin, lapar, parestesia
Hipoglikemi
Terapi
Hipoglikemia Ringan
- Glukosa 15-20 g (2-3 sendok) dilarutkan dalam air.
- Observasi 15 menit
- Jika masih hipoglikemi terapi dilanjutkan
- Jika setelah observasi gula darah normal, pasien diminta untuk makan guna mencegah
berulangnya hipoglikemi
Hipoglikemi
Terapi
Hipoglikemia Berat Rumus 3-2-1-1
● Dextrose 40% 25 ml dilanjutkan infus D5% untuk pemberian dextrose 40% 25 ml
atau D10% dengan rumus 3-2-1-1 3 fl = gula darah < 30 mgdL
● Observasi 15 menit 2 fl = gula darah 30-50 mg/dL
● Jika masih hipoglikemi, pemberian dextrose 1 fl = gula darah 50-70 mg/dL
dapat diulang 1 fl = gula darah 70-90 mg/dL disertai gejala
● Jika masih gagal diberi Metilprednisolon klinis hipoglikemi
injeksi dapat dikombinasi fenitoin
● Jika sudah normal, observasi gula darah
setiap 1-2 jam
● Jika hipoglikemi berulang dapat dilanjutkan
pemberian dextrose 40% dapat diulang
Koma Lakto-Asidosis
Patofisiologi Klasifikasi
Kegagalan pembentukan bikarbonat dari asam Tipe A (Hipoksia) terjadi pada kasus:
- Syok
laktat di jaringan. KLA lebih parah pada hipoksia - Dekompensasi kordis
jaringan akibat angiopati diabetik. - Asfiksia
- Intoksikasi CO
Faktor predisposisi KLA:
Tipe B (Kelainan sistemik) terjadi pada pasien:
- Infeksi - DM
- Syok dan gangguan kardiovaskuler - Neoplasia
- RFT/LFT
- DM + Phenformin - Konvulsi
- Gangguan oksigenasi (PPOK, angiopati, dsb)
Koma Lakto-Asidosis
Diagnosis Terapi
● Stupor atau koma Terapi terhadap gangguan penyebab KLA.
● Hiperglikemi (Gula darah > 250 mg/dL)
● Bikarbonat < 15 mEq/L
● Laktat > 7 mMol/L
● Anion gap
(K + Na) - (Cl + CO2) > 20 mEq
(Na) - (Cl + CO2) > 15 mEq
Ketoasidosis Diabetikum
Diagnosis Darah:
● Gula darah >300 mg/dL
Klinis: ● Bikarbonat < 20 mEq/L
● Poliuria ● pH < 7.35
● Ketonemia
● Polidipsi
● Mual dan muntah
● Pernapasan kussmaul Urine
● Glukosuria
● Lemah ● Ketonuria
● Dehidrasi
● Hipotensi hingga syok
● penurunan kesadaran hingga koma
Hyperosmolar Hyperglycemic State
Diagnosis
Secara klinis mirip dengan ketoasidosis diabetikum, dapat digunakan kondisi dibawah ini sebagai marker pembeda:
- Sering ditemukan pada usia lanjut yaitu usia lebih dari 60 tahun, semakin muda semakin berkurang, dan pada anak
belum pernah ditemukan.
- Hampir separuh pasien tidak mempunyai riwayat DM atau DM tanpa insulin.
- Mempunyai penyakit dasar lain, ditemukan 85% pasien mengidap penyakit ginjal atau kardiovaskular, pernah
ditemukan penyakit akromegali, tirotoksikosis, dan penyakit Cushing.
- Sering disebabkan oleh obat-obatan, antara lain tiazid, furosemid, manitol, digitalis, reserpin, steroid,
k:lorpromazin, hidralazin, dilantin, simetidin dan haloperidol (neuroleptik).
- Mempunyai faktor pencetus misalnya infeksi, penyakit kardiovaskular, aritmia, pendarahan, gangguan
keseimbangan cairan, pankreatitis, koma hepatik dan operasi.
Kriteria Klinis
Terapi
Komplikasi Kronik
Komplikasi Kronik pada diabetes melitus dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
● Makroangiopati
● Mikroangiopati
Makroangiopati
● Pembuluh darah tepi: penyakit arteri perifer yang sering terjadi pada penyandang DM. Gejala tipikal
yang biasa muncul pertama kali adalah nyeri pada saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat
(klaudikasio intermiten), namun sering juga tanpa disertai gejala. Ulkus iskemik pada kaki merupakan
kelainan yang dapat ditemukan pada penyandang.
Merupakan salah satu komplikasi diabetes yang paling sering terjadi. Kaki diabetes ini
berhubungan dengan neuropati dan penyakit arteri perifer pada pasien diabetes.
1. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dan air.
2. Periksa kaki setiap hari dan dilaporkan pada dokter apabila kulit terkelupas, kemerahan, atau
luka.
3. Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya.
4. Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah, dan mengoleskan krim pelembab pada
kulit kaki yang kering.
5. Potong kuku secara teratur.
6. Keringkan kaki dan sela - sela jari kaki secara teratur setelah dari kamar mandi.
7. Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan lipatan pada ujung - ujung jari
kaki.
8. Kalau ada kalus atau mata ikan, tipiskan secara teratur.
9. Jika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki yang dibuat khusus.
10. Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, jangan gunakan hak tinggi.
11. Hindari penggunaan bantal atau botol berisi air panas/batu untuk menghangatkan kaki.
Mikroangiopati
● Nefropati Diabetik
● Neuropati
● Retinopati Diabetik
● Kardiomiopati
Nefropati Diabetik
Nefropati DM ditandai dengan adanya mikroalbuminuria tanpa adanya gangguan ginjal, disertai
dengan peningkatan tekanan darah sehingga mengakibatkan menurunnya filtrasi glomerulus dan
akhirnya menyebabkan gagal ginjal tahap akhir.
Nefropati Diabetik
Neuropati Diabetik
● Gangguan, baik klinis maupun subklinis, yang terjadi pada diabetes melitus tanpa penyebab
neuropati perifer yang lain. Gangguan neuropati ini termasuk manifestasi somatik dan atau
otonom dari sistem saraf perifer
● Pemberian antidepresan trisiklik pregabalin atau gabapentin dapat mengurangi rasa sakit
● Pada pasien dengan polineuropati distal perlu dilakukan perawatan kaki dan edukasi untuk
mencegah terjadinya ulkus
Retinopati Diabetik
Gejala :
● Floaters
● Pandangan kabur
● Progressive visual acuity loss
● Pasien diabetes memiliki risiko 2 kali lipat lebih tinggi untuk terjadinya gagal
jantung dibandingkan pada non-diabetes.
● Pada pasien diabetes disertai dengan gagal jantung, pilihan terapi yang
disarankan adalah golongan penghambat SGLT-2 atau agonis reseptor GLP-1.
Referensi
Sapra A, Bhandari P. Diabetes Mellitus. [Updated 2021 Feb 23]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551501/
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam UNAIR Edisi 2 (2015)
International Diabetes Federation (2019) IDF Diabetes Atlas. Available at: https://www.diabetesatlas.org/en/.
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. “Tetap Produktif, Cegah, dan Atasi Diabetes Mellitus”. 2019. ISSN 2442-
7659. Diakses pada https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/Infodatin-2020-
Diabetes-Melitus.pdf
Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A., Simadibrata, M., Setiyohadi, B. and Syam, A., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta:
InternaPublishing, pp.2315-2346.
Soelistijo, S., Novida, H., Rudijanto, A., Soewondo, P., Suastika, K., Manaf, A., Sanusi, H., Lindarto, D., Shahab, A., Pramono, B.,
Langi, Y., Purnamasari, D., Soetedjo, N., Saraswati, M., Dwipayana, M., Yuwono, A., Sasiarini, L., Sugiarto, S., Sucipto, K. and
Zufry, H., 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015. PB. PERKENI, pp.6-51.
TERIMA KASIH
Dilanjut dengan sesi diskusi