Anda di halaman 1dari 49

Diabetes

Mellitus
Definisi
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau keduanya.

Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, Perkeni, 2021
Epidemiologi
Western Pacific
Epidemiologi
Epidemiologi
Indonesia
Epidemiologi
Indonesia
Epidemiologi
Epidemiologi
Klasifikasi dan Etiologi

Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, Perkeni, 2021
Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 1
Faktor risiko diabetes tipe 1 tidak sejelas prediabetes dan diabetes
tipe 2. Faktor risiko yang diketahui:

● Riwayat keluarga: Orang tua, saudara laki-laki, atau


perempuan dengan diabetes tipe 1.
● Usia: dapat terjadi pada usia kapanpun, tetapi biasanya
berkembang pada anak-anak, remaja, atau dewasa muda.
Faktor Risiko DM2
A. Tidak Dapat Dimodifikasi B. Dapat Dimodifikasi

Ras dan etnik Berat badan lebih IMT ≥23 kg/m2

Riwayat keluarga dengan DM tipe 2 Kurangnya aktivitas fisik

Usia: bertambah usia → intoleransi glukosa meningkat Hipertensi (>140/90 mmHg)

Riwayat melahirkan bayi dengan BBL >4000 gram atau Dislipidemia (HDL <35mg/dL dan/atau trigliserida >250
riwayat DM gestasional (DMG) mg/dL)

Riwayat BBLR <2,5kg Diet tidak sehat ( tinggi glukosa dan rendah serat)

C. Faktor lain yang terkait dengan risiko DM Tipe 2.


● Pasien sindrom metabolik yang memiliki riwayat TGT (toleransi glukosa terganggu) atau GDPT (gula
darah puasa terganggu) sebelumnya.
● Pasien yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, seperti stroke, PJK, atau PAD
Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, Perkeni, 2021
Patogenesis DM tipe 1
Manifestasi Klinis
DM tipe 1

McCance KL, Huether SE. Pathophysiology-E-book: the biologic basis


for disease in adults and children. Elsevier Health Sciences
Patogenesis DM tipe 2
Patogenesis DM tipe 2

Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, Perkeni, 2021
Manifestasi Klinis
DM tipe 2

McCance KL, Huether SE. Pathophysiology-E-book: the biologic basis for disease in adults and children. Elsevier Health Sciences
Diagnosis
Kecurigaan DM

Keluhan KLASIK

Poliuria, polidipsi, polifagia, ↓BB yang tidak Diagnosis DM ditegakkan atas dasar
dapat dijelaskan pemeriksaan kadar glukosa darah &
HbA1c → pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan plasma darah
vena
Keluhan lain

Lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,


disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulva
pada wanita
Kriteria Diagnosis
Kelompok prediabetes:

○ Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa
antara 100-125 mg/dL dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2-jam <140 mg/dL.
○ Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa
< 100 mg/dL dan glukosa plasma 2-jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dL.
○ Bersama-sama didapatkan GDPT & TGT.
○ HbA1c: 5,7-6,4%.
● Cara melakukan TTGO:

Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia, Perkeni, 2019
Diagnosis
● Skrining (pada kelompok risiko tinggi yang tidak menunjukkan gejala klasik DM):
○ Kelompok BB lebih (IMT ≥ 23) + min. 1 RF:
■ Aktivitas fisik kurang.
■ First degree relative DM.
■ Kelompok ras/etnis tertentu.
■ Hipertensi.
■ HDL <35 mg/dL atau TG >250 mg/dL
■ Riwayat prediabetes.
■ Obesitas berat, akantosis nigrikans.
■ Riwayat penyakit kardiovaskular.
■ Perempuan: riwayat GDM, melahirkan bayi >4kg, PCOS.
○ Kelompok usia > 45 tahun tanpa RF di atas

Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia, Perkeni, 2019;
Tatalaksana
Jangka pendek Jangka Akhir
panjang
● Menghilangkan Mencegah dan Turunnya
keluhan menghambat morbiditas dan
● Memperbaiki progresifitas penyulit mortalitas
kualitas hidup mikroangiopati dan
● Mengurangi risiko makroangiopati
komplikasi akut
Tatalaksana

Umum Khusus
Evaluasi Medis ● Edukasi
● Riwayat penyakit
● Pemeriksaan Fisik
● Terapi Nutrisi Medis (TNM)
● Evaluasi Laboratorium ● Latihan Fisik
● Penapisan komplikasi ● Terapi Farmakologis
Edukasi tingkat awal

● Materi tentang perjalanan penyakit DM.


● Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan.
● Penyulit DM dan risikonya.
● Intervensi non-farmakologi dan farmakologis serta target pengobatan.
● Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat anti-hiperglikemia oral
atau insulin serta obat-obatan lain.
● Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin
mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia).
● Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia
● Pentingnya latihan jasmani yang teratur
● Pentingnya perawatan kaki.
Edukasi tingkat lanjut

● Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.


● Pengetahuan mengenai penyulit menahun
DM.
● Penatalaksanaan DM selama menderita
penyakit lain.
● Rencana untuk kegiatan khusus (contoh :
olahraga prestasi)
● Kondisi khusus yang dihadapi (contoh: hamil,
puasa, hari – hari sakit)
● Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini
dan teknologi mutakhir tentang DM.
● Pemeliharaan/perawatan kaki.
Terapi nutrisi medis

● Karbohidrat: 45 – 65% total asupan energi (utamanya yang berserat tinggi)


● Lemak: 20 – 25% kebutuhan kalori, tidak diperkenankan >30% total asupan energi.
● Protein: 0,8 g/kg BB perhari (dengan nefropati diabetik) atau 1 – 1,2 g/kgBB/hari
(menjalani hemodialisis).
● Natrium: ≤ 1500 mg/hari. Jika ada hipertensi penurunan intake bersifat individual.
● Serat: 14 gram/1000 kal atau 20 – 35 gram/hari
● Pemanis alternatif aman selama tidak melebihi batas aman (Accepted Daily Iintake/ADI)
Terapi nutrisi medis

BBI menurut Broca


Kalori basal = 25-30 kal/kgBB ideal
Berat badan ideal =
90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg
IMT = BB (kg)/TB (m2)
Bagi pria dengan tinggi badan di bawah
160 cm dan wanita di bawah 150 cm,
Klasifikasi IMT :
rumus dimodifikasi menjadi:
● BB kurang < 18,5
Berat badan ideal = ● BB normal 18,5 – 22,9
(TB dalam cm – 100) x 1 kg ● BB lebih ≥ 23,0
○ Dengan risiko 23,0 – 24,9
● BB normal : BB ideal ± 10 % ○ Obese I 25,0 – 29,9
● Kurus : kurang dari BB ideal – 10% ○ Obese II ≥ 30
● Gemuk : lebih dari BB ideal + 10%
Faktor-faktor penentu kebutuhan kalori
Jenis Kelamin Aktivitas Fisik/Pekerjaan Stress Metabolik
Kebutuhan kalori basal/hari: Ditambahkan sesuai intensitas Penambahan 10%-30%
○ Perempuan : 25 aktivitas fisik tergantung dari beratnya stres
kal/kgBB ● Keadaan istirahat +10% metabolik
○ Laki-laki : 30 kal/kgBB ● Aktivitas ringan +20 % (sepsis, operasi, trauma)
● Aktivitas sedang +30%
Umur
● ● Aktivitas berat +40% Berat Badan
>40 tahun kalori -5%
● 60-69 tahun kalori -10% ● Aktivitas sangat berat ● Gemuk -20%-30%
● >70 tahun kalori -20% +50% ● Kurus +20%-30%
Jumlah kalori paling sedikit
● Wanita 1000-1200 kal/hari
Jumlah kalori dibagi dalam 3 porsi besar makan pagi (20%),
● Pria 1200-1600 kal/hari
siang (30%), dan sore (25%) + 2-3 porsi makanan ringan (10-15%)
di antaranya
3J
https://www.diabetes.ca/managing-my-diabetes/tools---resources/handy-portion-guide
Latihan fisik

● 3-5 x/minggu, 30-45 menit → total 150 menit/minggu, jeda ≤ 2 hari

● Aerobik → intensitas sedang (50-70% denyut jantung maksimal/220-usia)

● Contoh: jalan cepat, sepeda santai, jogging, berenang

● DM tanpa kontraindikasi dianjurkan melakukan resistance training (latihan beban) 2-


3x/minggu sesuai dengan petunjuk dokter (kontraindikasi: osteoartritis, hipertensi tidak
terkontrol, retinopati, nefropati)
● Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Farmakoterapi (OHO)
Secretagogue)
○ Sulfonilurea
○ Glinid
● Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin
○ Biguanid
○ Tiazolidinedion (TZD)
● Penghambat Absorpsi Glukosa di
saluran pencernaan
○ Penghambat Alfa Glukosidase
○ Penghambat DPP-4 (Dipeptidyl
Peptidase-4)
○ Penghambat SGLT-2 (Sodium
Glucose co-Transporter 2)
Rekomendasi
DMT2 + penyakit kardiovaskular → Metformin +
penghambat SGLT-2

DMT2 + penyakit kardiovaskular + penurunan fungsi


ginjal (LGF<60) → Metformin + agonis GLP-1

untuk meminimalkan hipoglikemia: Penghambat DDP-4,


penghambat SGLT-2, agonis GLP-1, atau TZD

untuk mendapatkan menurunan berat badan dan


meminimalkan peningkatan BB: agonis GLP-1 atau
penghambat SGLT-2,

Pengobatan ekonomis: SU atau TZD


Obat anti hiperglikemia suntik : Insulin & Incretin mimetic/Agonis GLP-1

Insulin digunakan pada keadaan:


1. HbA1c saat diperiksa ≥7,5% dan sudah menggunakan 1 atau 2 obat antidiabetes
2. HbA1c saat diperiksa > 9%
3. Penurunan berat badan yang cepat
4. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
5. Krisis hiperglikemia
6. Gagal dengan kombinasi OHO (obat hipoglikemik oral) dosis optimal
7. Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke)
8. Kehamilan dengan DM yang tidak terkendali dengan perencanaan makan
9. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
10. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
11. Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi

Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. PERKENI. 2019.
Obat anti hiperglikemia suntik

Jenis dan lama kerja insulin:


● Insulin kerja cepat (Rapid-acting insulin)
● Insulin kerja pendek (short-acting insulin)
● Insulin kerja menengah (intermediate-acting insulin)
● Insulin kerja panjang (long-acting insulin)
● Insulin kerja ultra panjang (ultra long-acting insulin)
● Insulin campuran tetap, kerja pendek dengan menengah dan kerja cepat dengan
menengah (premixed insulin)
● Insulin campuran tetap, kerja ultra panjang dengan kerja cepat

Efek samping insulin


- Hipoglikemia
- Alergi

Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. PERKENI. 2019.
Cara penyuntikan insulin
● Umumnya dilakukan penyuntikan di bawah kulit (subkutan), dengan arah alat suntik
tegak lurus terhadap cubitan permukaan kulit

● Keadaan khusus → IM atau drip

● Menggunakan semprit insulin dan jarumnya atau pen. Sebaiknya hanya


dipergunakan sekali walaupun bisa digunakan 2-3 kali oleh penyandang diabetes
yang sama sejauh sterilitas terjamin.

● Lokasi penyuntikan: perut sekitar pusat sampai ke samping, kedua legan atas bagian
luar (bukan daerah deltoid), kedua paha bagian luar
Sasaran

Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. PERKENI. 2019.
Pemantauan
Tujuan:

Mengevaluasi respon terapi dan menjadi acuan dalam


penyesuaian dosis obat

Pemeriksaan yang dapat dilakukan:

a. Kadar glukosa darah (setidaknya satu bulan sekali)


b. Pemeriksaan HbA1c (setiap tiga bulan)
c. Pemantauan glukosa darah mandiri

Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. PERKENI. 2019.
Indikasi rujuk
Pada pasien DMT2 di PPK I, apabila ditemukan salah satu dari hal-hal berikut perlu dilakukan rujukan ke PPK II
(spesialis penyakit dalam):

● Dalam 3 bulan ditemukan GDP >80 mg/dL, GDPP >140 mg/dL atau HbA1c >6.5%
● Dislipidemia
● Hipertensi
● Anemia
● Infeksi
● Retinopati
● Lansia
● TBC paru lainnya
● Dalam Terapi OAD tunggal dalam 3 bulan dan tidak tercapai target
● Dalam terapi kombinasi OAD dalam 3 bulan tidak tercapai target
● Krisis Hiperglikemia
● Komplikasi kronis akibat diabetes seperti retinopati, nefropati
● Kehamilan
● Hipoglikemia yang tidak teratasi dan tidak ada perbaikan setelah tatalaksana medis
● Infeksi berat: ulkus, selulitis, abses
Komplikasi
Komplikasi akut
- Krisis hiperglikemia (3B) → morbiditas dan mortalitas tinggi
- Ketoasidosis diabetik (KAD)
- GD: 300-600 + gejala acidosis, plasma keton (+) kuat
- Status hiperglikemia hiperosmolar (SHH)
- GD: 600-1200 mg/dl, Acidosis (-), plasma (+/-)
- Hipoglikemia
- Kondisi glukosa darah rendah (<70 mg/dL) dengan atau tanpa gejala

Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. PERKENI. 2019.
Klasifikasi hipoglikemia

1. Hipoglikemia ringan: tidak membutuhkan bantuan orang lain untuk pemberian glukosa peroral
Tatalaksana: pemberian makanan/cairan glukosa
2. Hipoglikemia berat: membutuhkan bantuan orang lain untuk pemberian glukosa intravena,
glukagon, atau resusitasi lainnya
RF: kendali glikemik terlalu ketat, hipoglikemik berulang, neuropati otonom. tidak menyadari
hipoglikemia, malnutrisi, konsumsi alkohol
Tatalaksana: hentikan obat antidiabetes (jika insulin, disesuaikan), dextrose 10%, glukagon IM

Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. PERKENI. 2019.
Komplikasi kronik
1. Mikroangiopati

1. Retinopati diabetik
2. Nefropati diabetik
3. Neuropati
4. Kardiomiopati

2. Makroangiopati

5. Penyakit jantung koroner


6. Penyakit arteri perifer
7. Strok iskemik atau hemoragik

Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. PERKENI. 2019.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai