2
Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 2
3
Klasifikasi Diabetes Melitus
4
Diagnosis DM
• Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia,
polifagia, penurunan BB tidak dapat dijelaskan
sebabnya.
• Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal,
mata kabur, disfungsi ereksi pada pria,
pruritus vulva pada wanita
5
Diagnosis DM
1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl.
Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori
minimal 8 jam, atau
2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl
2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
dengan beban glukosa 75 gram, atau
3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200
mg/dl dengan keluhan klasik, atau
4. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin
Standarization Program (NGSP).
6
Prediabetes
1. Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT):
Glukosa plasma puasa : 100-125 mg/dl
TTGO glukosa plasma 2-jam <140 mg/dl
2. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT):
Glukosa plasma 2 -jam setelah TTGO :
140-199 mg/dl
Glukosa plasma puasa < 100 mg/dl
3. Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT
4. HbA1c : 5,7-6,4%.
7
Prediabetes
8
Pemeriksaan Penyaring
Kelompok Risiko Tinggi yang tidak Menunjukkan
Gejala Klasik DM :
1. IMT ≥23 kg/m2
a. Aktivitas fisik yang kurang.
b. First-degree relative DM (faktor keturunan DM
dalam keluarga).
c. Kelompok ras/etnis tertentu.
d. Perempuan yang memiliki riwayat melahirkan
bayi dengan BBL >4 kg atau mempunyai riwayat
diabetes melitus gestasional (DMG).
9
Pemeriksaan Penyaring
e. Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang
mendapat terapi untuk hipertensi).
f. HDL <35 mg/dL dan atau TG >250 mg/dL.
g. Wanita dengan sindrom polikistik ovarium.
h. Riwayat prediabetes.
i. Obesitas berat, akantosis nigrikans
j. Riwayat penyakit kardiovaskular.
10
Tujuan Penatalaksanaan
1. Tujuan jangka pendek:
– Hilangkan keluhan DM
– Perbaiki kualitas hidup
– Kurangi risiko komplikasi akut
2. Tujuan jangka panjang:
– Cegah dan hambat progresivitas
mikroangiopati dan makroangiopati
3. Tujuan akhir pengelolaan :
– Turunkan morbiditas dan mortalitas
11
Penatalaksanaan Umum
1. Riwayat Penyakit:
• Usia dan karakteristik saat onset diabetes
• Pola makan, status nutrisi, status aktifitas fisik,
dan riwayat perubahan berat badan
• Riwayat tumbuh kembang pada pasien
anak/dewasa muda.
• Pengobatan yang pernah diperoleh
• Pengobatan yang sedang dijalani
• Riwayat komplikasi akut
• Riwayat infeksi sebelumnya
12
Penatalaksanaan Umum
1. Riwayat Penyakit:
• Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik
• Pengobatan lain yang berpengaruh terhadap
glukosa darah
• Faktor risiko: merokok, hipertensi, riwayat
penyakit jantung koroner, obesitas, dan riwayat
penyakit keluarga
• Riwayat penyakit dan pengobatan di luar DM.
• Karakteristik budaya, psikososial, pendidikan, dan
status ekonomi
13
Penatalaksanaan Umum
2. Pemeriksaan Fisik
• Pengukuran tinggi dan berat badan.
• Pengukuran tekanan darah, termasuk dalam
posisi berdiri (hipotensi ortostatik)
• Pemeriksaan funduskopi.
• Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid.
• Pemeriksaan jantung
14
Penatalaksanaan Umum
2. Pemeriksaan Fisik
• Evaluasi nadi
• Pemeriksaan kaki komprehensif (kelainan
vaskular, neuropati, deformitas).
• Pemeriksaan kulit (akantosis nigrikans, bekas
luka, hiperpigmentasi, necrobiosis
diabeticorum, kulit kering, bekas lokasi
penyuntikan insulin).
• Tanda-tanda penyakit lain yang dapat
menimbulkan DM tipe lain.
15
Penatalaksanaan Umum
3. Evaluasi Laboratorium
• Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan
2jam setelah TTGO.
• Pemeriksaan kadar HbA1c
16
Penatalaksanaan Umum
4. Penapisan Komplikasi
• Profil lipid pada keadaan puasa:
kolesterol total, High Density Lipoprotein
(HDL), Low Density Lipoprotein (LDL), dan
trigliserida.
• Tes fungsi hati
• Tes fungsi ginjal: Kreatinin serum dan estimasi-
GFR
• Tes urin rutin
17
Penatalaksanaan Umum
4. Penapisan Komplikasi
• Albumin urin kuantitatif
• Rasio albumin-kreatinin sewaktu.
• Elektrokardiogram.
• Foto Rontgen thoraks (bila ada indikasi: TBC,
penyakit jantung kongestif).
• Pemeriksaan kaki secara komprehensif
18
Edukasi
• Mengikuti pola makan sehat.
• Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan
jasmani yang teratur
• Menggunakan obat DM dan obat lainya pada
keadaan khusus secara aman dan teratur.
• Melakukan Pemantauan Glukosa Darah
Mandiri (PGDM) dan memanfaatkan hasil
pemantauan untuk menilai keberhasilan
pengobatan.
19
Edukasi
• Melakukan perawatan kaki secara berkala.
• Memiliki kemampuan untuk mengenal dan
menghadapi keadaan sakit akut dengan tepat.
• Mempunyai keterampilan mengatasi masalah
yang sederhana, dan mau bergabung dengan
kelompok penyandang diabetes serta mengajak
keluarga untuk mengerti pengelolaan
penyandang DM.
• Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada.
20
Elemen Edukasi Perawatan Kaki
Sasaran : pasien dm dengan ulkus, neuropati perifer
atau peripheral arterial disease (PAD)
• Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di
pasir dan di air.
• Periksa kaki setiap hari, dan dilaporkan pada
dokter apabila kulit terkelupas, kemerahan, atau
luka.
• Periksa alas kaki dari benda asing sebelum
memakainya.
• Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak
basah, dan mengoleskan krim pelembab pada
kulit kaki yang kering.
21
Elemen Edukasi Perawatan Kaki
• Potong kuku secara teratur.
• Keringkan kaki dan sela-sela jari kaki secara teratur
setelah dari kamar mandi.
• Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak
menyebabkan lipatan pada ujung-ujung jari kaki
• Kalau ada kalus atau mata ikan, tipiskan secara teratur.
• Jika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki
yang dibuat khusus.
• Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, jangan
gunakan hak tinggi.
• Hindari penggunaan bantal atau botol berisi air
panas/batu untuk menghangatkan kaki.
22
Terapi Nutrisi Medis
• 3J : jadwal makan, jenis dan jumlah kalori
• Komposisi Makanan :
• Karbohidrat:
• 45-65% total asupan energi
• karbohidrat berserat tinggi
• Pembatasan total <130 g/hari tidak
dianjurkan
• Glukosa dalam bumbu diperbolehkan
23
Terapi Nutrisi Medis
• Karbohidrat:
• Sukrosa ≤ 5% total asupan energi.
• Pemanis alternatif, tidak melebihi batas aman
konsumsi harian (Accepted Daily Intake/ADI).
• Dianjurkan makan 3x/hari
• bila perlu: makanan selingan seperti buah/
makanan lain
24
Terapi Nutrisi Medis
• Lemak
• Asupan lemak : 20- 25% total kalori
<30% total kalori
• Komposisi :
– lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
– lemak tidak jenuh ganda < 10 %.
– selebihnya : lemak tidak jenuh tunggal.
• Bahan makanan dibatasi :
• Lemak jenuh dan lemak trans > :
– Daging berlemak dan susu fullcream.
• Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari.
25
Terapi Nutrisi Medis
• Protein
• Kebutuhan : 10 – 20% total kalori
• Sumber protein baik :
– ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam
tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-
kacangan, tahu dan tempe
• Diabetic kidney disease
• Predialisis: 0,8 g/kg BB/ hari atau 10% total kalori
65% bernilai biologik tinggi.
• Dialisis : 1-1,2 g/kg BB/ hari
26
Terapi Nutrisi Medis
• Kebutuhan kalori basal: 25-30 kal/kgBB ideal
Perhitungan BB ideal:
1. Rumus Broca yang dimodifikasi:
– BB ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg
• Pria < 160 cm dan wanita < 150 cm
– BB ideal = (TB dalam cm - 100) x 1 kg
• BB Normal: BB ideal ― 10 %
• Kurus: kurang dari BBI - 10 %
• Gemuk: lebih dari BBI + 10 %
27
Terapi Nutrisi Medis
2. BB ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT)
• IMT = BB(kg)/TB(m2)
• Klasifikasi IMT
– BB Kurang <18,5
– BB Normal 18,5-22,9
– BB Lebih ≥23,0
• Dengan risiko 23,0-24,9
• Obes I 25,0-29,9
• Obes II ≥30
28
Kebutuhan Kalori Basal
• Faktor yang menentukan kebutuhan kalori basal/hari:
• Jenis Kelamin:
– Perempuan : 25 kal/kgBB/hari
– Pria : 30 kal/kgBB/hari
• Umur
• > 40 tahun,
– Dikurangi 5% untuk setiap dekade 40 - 59 tahun.
• 60 - 69 tahun
– Dikurangi 10%.
• > 70 tahun
– Dikurangi 20%.
29
Kebutuhan Kalori Basal
Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
• Istirahat : + 10% kebutuhan basal
• Aktivitas ringan: pegawai kantor, guru, ibu rumah
tangga :+ 20%
• Aktivitas sedang: pegawai industri ringan,
mahasiswa, militer yang sedang tidak perang : +30%
• Aktivitas berat: petani, buruh, atlet, militer dalam
keadaan latihan: + 40%
• Aktivitas sangat berat: tukang becak, tukang gali :
+ 50%
30
Kebutuhan Kalori Basal
Stres Metabolik
• + 10-30% tergantung berat stress metabolik
(sepsis, operasi, trauma)
Berat Badan
• Gemuk : dikurangi 20-30%
• Kurus : ditambah 20-30%
Jumlah kalori minimal/ hari:
• Wanita ≥ 1000-1200 kal perhari
• Pria ≥ 1200-1600 kal perhari
31
Kebutuhan Kalori Basal
Pemberian makanan siap saji:
• Dibagi dalam 3 porsi besar
• Makan pagi (20%)
• Makan siang (30%) Snack/ makanan ringan
• Makan sore (25%) (10-15%) di antaranya
• Perubahan jadwal, jumlah dan jenis makanan
– sesuai dengan kebiasaan
• Mengidap penyakit lain
– disesuaikan dengan penyakit penyerta
32
Latihan Jasmani
• 3-5 kali perminggu
• selama sekitar 30-45 menit
• total 150 menit perminggu.
• Jeda antar latihan ≤ 2 hari berturut-turut
• Periksa glukosa darah sebelum latihan
– Jika <100 mg/dL : konsumsi karbohidrat
– Jika >250 mg/dL : menunda latihan
33
Latihan Jasmani
• Tidak termasuk aktivitas rutin sehari hari
• Latihan aerobik intensitas sedang
(50- 70% denyut jantung maksimal)
Jalan cepat, sepeda santai, jogging, berenang
• Denyut jantung maksimal : 220 - usia pasien
• Penderita DM tanpa kontraindikasi (osteoartritis, HT
tidak terkontrol, retinopati, nefropati) :
resistance training (latihan beban) 2-3 kali/minggu
• Intesitas latihan disesuaikan kondisi klinis pasien
34
Terapi Farmakologis
Obat Antihiperglikemia Oral
Golongan Cara Kerja Efek Samping Penurunan
Obat HbA1c
35
Terapi Farmakologis
Obat Antihiperglikemia Oral
Golongan Cara Kerja Efek Samping Penurunan
Obat HbA1c
36
Obat Antihiperglikemia Oral
Golongan Generik Dosis Lama Kerja Frek/hari Waktu
Harian (jam)
(mg)
Sulphonylurea Glibenclamide 2,5-20 12-24 1-2 Sebelum
makan
Glipizide 5-20 12-16 1 Sebelum
makan
39
Insulin
Indikasi:
• HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi
metabolik
• Penurunan berat badan yang cepat
• Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
• Krisis Hiperglikemia
• Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
40
Insulin
Indikasi:
• Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar,
infark miokard akut, stroke)
• Kehamilan dengan DM/Diabetes melitus
gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makan
• Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
• Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
• Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi
41
Jenis dan Lama Kerja Insulin
• Insulin kerja cepat (Rapid-acting insulin)
• Insulin kerja pendek (Short-acting insulin)
• Insulin kerja menengah (Intermediateacting insulin)
• Insulin kerja panjang (Long-acting insulin)
• Insulin kerja ultra panjang (Ultra longacting insulin)
• Insulin campuran tetap, kerja pendek dengan
menengah dan kerja cepat dengan menengah
(Premixed insulin)
• Insulin campuran tetap, kerja ultra panjang dengan
kerja cepat
42
Agonis GLP-1/ Incretin Mimetic
Inkretin :
• hormon peptida, disekresi gastrointestinal
setelah makanan dicerna
– Glucose-dependent insulinotropic polypeptide
(GIP)
– Glucagon-like peptide (GLP)-1
43
Agonis GLP-1
Agonis GLP-1 :
• menurunkan berat badan
• menghambat pelepasan glukagon
• menghambat nafsu makan
• memperlambat pengosongan lambung
kadar glukosa darah postprandial
44
Agonis GLP-1
Agonis GLP-1 (Glucagon Like Peptide-1 Reseptor Agonis
(GLP-1 RA)
– Meningkatkan GLP-1 dalam darah
• Agonis GLP-1 kerja pendek :
– waktu paruh < 24 jam
– 2 kali / hari
– Exenatide
• Agonis GLP-1 kerja panjang:
– 1 kali /hari : liraglutide dan lixisenatide
– 1 kali /minggu : exenatide LAR, dulaglutide dan
semaglutide
• Agonis GLP-1 dibatasi:
LFG < 30 mL/ menit/ 1,73 m2
45
Agonis GLP-1
• Agonis GLP-1 kerja panjang:
– 1 kali /hari : liraglutide dan lixisenatide
– 1 kali /minggu : exenatide LAR, dulaglutide
dan semaglutide
• Agonis GLP-1 dibatasi:
• LFG < 30 mL/ menit/ 1,73 m2
46
47
Obat Anti Hiperglikemik
Kelas Obat Keuntungan Kerugian Biaya
48
Obat Anti Hiperglikemik
Kelas Obat Keuntungan Kerugian Biaya
49
Obat Anti Hiperglikemik
Kelas Obat Keuntungan Kerugian Biaya
50
Obat Anti Hiperglikemik
Kelas Obat Keuntungan Kerugian Biaya
51
Obat Anti Hiperglikemik
Kelas Obat Keuntungan Kerugian Biaya
52
Agonis GLP-1/ Incretin Mimetic
53
Monitoring
a. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
• Tujuan pemeriksaan glukosa darah:
– Mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai
– Melakukan penyesuaian dosis obat, bila belum
tercapai sasaran terapi
• Waktu pelaksanaan pemeriksaan glukosa darah:
– Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa
– Glukosa 2 jam setelah makan, atau
– Glukosa darah pada waktu yang lain secara berkala
sesuai dengan kebutuhan
54
Monitoring
b. Pemeriksaan HbA1C (Hemoglobin terglikosilasi/
glikohemoglobin)
• Menilai efek perubahan terapi 8-12 minggu
sebelumnya
• Melihat hasil terapi dan rencana perubahan terapi
– HbA1c : setiap 3 bulan
– HbA1c > 10% : tiap bulan
– Kendali glikemik stabil : paling sedikit 2 kali/ tahun
• Tidak bisa dilakukan :
– anemia, hemoglobinopati, riwayat transfusi darah 2-3
bulan terakhir
– keadaan lain yang mempengaruhi umur eritrosit
– gangguan fungsi ginjal
55
Konversi Gula Darah Rerata dan HbA1C
56
Monitoring
c. Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)
57
Monitoring
d. Glycated Albumin (GA)
• Menilai indeks kontrol glikemik, tidak dipengaruhi
oleh gangguan metabolisme hemoglobin dan masa
hidup eritrosit
• Indeks kontrol glikemik jangka pendek (15 – 20 hari)
• Kondisi mempengaruhi hasil:
– Sindroma nefrotik, pengobatan steroid, severe
obesitas , gangguan fungsi tiroid
• Studi konversi Tahara
HbA1C = 0.245 x GA + 1.73
58
Kriteria Pengendalian DM
59
DISLIPIDEMIA
• Pemeriksaan profil lipid
– saat diagnosis diabetes ditegakkan
– sedikitnya dilakukan setahun sekali
– bila dianggap perlu dapat dilakukan lebih
sering
• profil lipid hasil baik (LDL « 100mg/dL: HDL»
50 mg/dL, trigliserida « 150mg/dL)
– 2 tahun sekali
60
DISLIPIDEMIA
• Target utama : penurunan LDL
• Tanpa disertai penyakit kardiovaskular (kelompok risiko
tinggi)
– Target LDL « 100 mg/dL
• Diabetes risiko kardiovaskuler multipel (kelompok risiko
sangat tinggi)
– Target LDL « 70 mg/dL
• Disertai penyakit kardiovaskular (kelompok risiko ekstrim)
– Target LDL « 55 mg/dL
• LDL > 70 mg/dL dengan terapi statin dosis optimal
– terapi tambahan dengan ezetimibe
• Trigliserida > 500 mg/dL terapi fibrat mencegah pankreatitis
• wanita hamil kontraindikasi statin
61
DISLIPIDEMIA
62
Hipertensi pada Diabetes Melitus
• Indikasi pengobatan:
• TD sistolik > 140 mmHg dan/atau TD diastolik
>90 mmHg
• Sasaran tekanan darah:
• Tekanan darah sistolik <140 mmHg
• tekanan darah diastolik <90 mmHg
63
Hipertensi pada Diabetes Melitus
• Non-farmakologis:
– Modifikasi gaya hidup
• Farmakologis:
– Penyekat reseptor angiotensin II
– Penghambat ACE
– Penyekat reseptor beta selektif dosis rendah
– Diuretik dosis rendah
– Penghambat reseptor alfa
– Antagonis kalsium
64
Obesitas
• Sindrom dismetabolik (dislipidemia,
• hiperglikemia, hipertensi)
– didasari oleh resistensi insulin
• Target Penurunan berat badan 5-10%
65
Gangguan Koagulasi
Pencegahan primer :
• penyandang DM dengan faktor risiko
kardiovaskular (risiko kardiovaskular dalam 10
tahun mendatang >10%)
• laki-laki >50 tahun, perempuan >60 tahun
≥satu faktor risiko mayor (riwayat penyakit
kardiovaskular dalam keluarga, hipertensi,
merokok, dyslipidemia, atau albuminuria)
• Terapi aspirin 75-162 mg/hari
66
Gangguan Koagulasi
Pencegahan sekunder:
• penyandang DM dengan riwayat pernah mengalami
penyakit kardiovaskular
• Terapi aspirin 75-162 mg/hari
• Aspirin tidak diberikan pada < 21 tahun
– sindrom Reye
• Terapi kombinasi antiplatelet sampai satu tahun :
setelah sindrom koroner akut
• Alergi/ kontraindikasi aspirin : Clopidogrel 75 mg/hari
67
Penyulit Akut Diabetes Melitus
1. Krisis Hiperglikemia
Ketoasidosis Diabetik (KAD):
• peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi
(300-600 mg/dl)
• tanda dan gejala asidosis
• plasma keton (+)
• Osmolaritas plasma meningkat (300-320
mOs/ml)
• peningkatan anion gap.
68
Penyulit Akut Diabetes Melitus
1. Krisis Hiperglikemia
Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH)
• Peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-
1200 mg/dl)
• Tanpa tanda dan gejala asidosis,
• Osmolaritas plasma sangat meningkat (330-
380 mOs/ml),
• Plasma keton (+/-)
• Anion gap normal atau sedikit meningkat.
69
Penyulit Akut Diabetes Melitus
2. Hipoglikemia
• Menurunya kadar glukosa darah < 70
mg/dl.
• whipple’s triad:
–Terdapat gejala-gejala hipoglikemia
–Kadar glukosa darah yang rendah
–Gejala berkurang dengan pengobatan.
70
Penyulit Menahun
1. Makroangiopati
• Pembuluh darah jantung: penyakit jantung
koroner
• Pembuluh darah tepi: penyakit arteri perifer
• Pembuluh darah otak: stroke iskemik atau
stroke hemoragik
71
Penyulit Menahun
2. Mikroangiopati
• Retinopati diabetik
• Nefropati diabetik
• Neuropati
– neuropati perifer
– polineuropati distal
72
Diabetes dengan Infeksi
• Infeksi yang sering terjadi pada DM:
– Tuberkulosis pada Diabetes Melitus
– Infeksi saluran kemih (ISK)
– Infeksi saluran nafas
– Infeksi Saluran Cerna
– Infeksi jaringan lunak dan kulit
– Infeksi rongga mulut
– Infeksi telinga
– Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
73
Kaki Diabetes
• pemeriksaan kaki secara lengkap, minimal sekali setiap
satu tahun meliputi:
• inspeksi, perabaan pulsasi arteri dorsalis pedis dan
tibialis posterior, dan pemeriksaan neuropati sensorik
• Pemeriksaan karakteristik kelainan kaki:
• Kulit kaku yang kering, bersisik, dan retak-retak serta
kaku.
• Rambut kaki yang menipis.
• Kelainan bentuk dan warna kuku (kuku yang menebal,
rapuh, ingrowing nail).
• Kalus (mata ikan) terutama di bagian telapak kaki.
74
Kaki Diabetes
• Perubahan bentuk jari-jari dan telapak kaki
dan tulang-tulang
• kaki yang menonjol.
• Bekas luka atau riwayat amputasi jari-jari.
• Kaki baal, kesemutan, atau tidak terasa nyeri.
• Kaki yang terasa dingin.
• Perubahan warna kulit kaki (kemerahan,
kebiruan, atau kehitaman).
75
Kaki Diabetes
76
Kaki Diabetes
77
Kaki Diabetes
78
Kaki Diabetes
• Pemeriksaan neuropati sensorik: monofilamen
• Penatalaksanaan kaki diabetik:
– Kendali metabolik (metabolic control)
– Kendali vaskular (vascular control)
– Kendali infeksi (infection control)
– Kendali luka (wound control)
– Kendali tekanan (pressure control)
– Penyuluhan (education control)
79
Peripheral Arterial Disease/ PAD
• Penyakit penyempitan pembuluh darah perifer
terutama pada kaki, disebabkan proses aterosklerosis.
• Faktor risiko utama:
– usia, jenis kelamin laki-laki, merokok, dislipidemia,
hipertensi, diabetes melitus.
• Gejala:
– Klaudikasio intermiten nyeri yang terjadi pada saat latihan
fisik dan hilang pada saat istirahat.
– Penyembuhan luka di kaki yang lama.
– Suhu kaki menurun.
– Jumlah bulu pada kaki menurun.
• Pulsasi kaki menurun (arteri femoralis, arteri popliteal,
arteri tibialis posterior dan arteri dorsalis pedis).
80
Peripheral Arterial Disease/ PAD
• Diagnosis:
• pemeriksaan ankle brachial index (ABI)
• Rasio TD sistolik : arteri dorsalis pedis/tibialis
posterior dengan TD sistolik tertinggi antara
arteri brachialis kiri dan kanan.
81
Peripheral Arterial Disease/ PAD
• Diagnosis:
• pemeriksaan ankle brachial index (ABI)
• Rasio TD sistolik : arteri dorsalis pedis/tibialis
posterior dengan TD sistolik tertinggi antara
arteri brachialis kiri dan kanan.
82
Critical Limb Ischemia (CLI)
• Penyumbatan berat pada arteri di daerah
ekstremitas bawah, yang ditandai dengan
berkurangnya aliran darah di daerah tersebut
• Nyeri hebat tungkai bawah dan kaki ketika
tidak bergerak
• Luka tidak membaik pada tungkai bawah
• infeksi kulit dan ulkus yang tidak membaik
• Gangren kering (dry gangrene)
• Kulit berwarna hitam pada tungkai bawah atau
kaki
83
Acute Limb Ischemia (ALI)
• Kegawatdaruratan pada ekstremitas, yang terjadi
secara mendadak.
• Disebabkan trombus/ emboli yang menyumbat
peredaran darah di esktremitas
• Onset kurang dari 2 minggu
• 6P :
– Pain
– Pulselessness
– Pallor
– Paresthesia
– Paralysis
84
Diabetic Kidney Disease
• Kadar albumin >30 mg dalam urin 24 jam
pada 2 dari 3 kali pemeriksaan dalam kurun
waktu 3- 6 bulan, tanpa penyebab
albuminuria lainnya
• Penatalaksanaan
• Optimalisasi kontrol glukosa
• Optimalisasi kontrol hipertensi
85
Diabetic Kidney Disease
• Penghambat ACE atau Penyekat Reseptor
Angiotensi II pada pasien tanpa kehamilan
dengan albuminuria sedang (30-299 mg/24
jam) dan albuminuria berat (>300 mg/24 jam)
• Pada kasus
– Serum kreatinin ≥2,0 mg/dL
– Kesulitan dalam menentukan etiologi, manajemen
penyakit, ataupun gagal ginjal stadium lanjut
nefrologi
86
Disfungsi Ereksi
• Prevalensi pasien diabetes tipe 2 > 10 tahun
35 – 75 %
• Penyebab: Neuropati autonom, angiopati dan
problem psikis
• Diagnosa: Penilaian 5 aspek:
• fungsi ereksi, fungsi orgasme, nafsu seksual,
kepuasan hubungan seksual, dan kepuasan
umum,
87
International Index of Erectile Function-5
88
International Index of Erectile Function-5
89
International Index of Erectile Function-5
• Penyebab DE
• masalah organik / masalah psikis
• Upaya pengobatan utama
• memperbaiki kontrol glukosa darah senormal
mungkin
• memperbaiki faktor risiko DE
• dislipidemia, merokok, obesitas dan hipertensi.
• Identifikasi obat yang dikonsumsi pasien yang
berpengaruh terhadap timbulnya atau
memberatnya DE perlu dilakukan.
90
International Index of Erectile Function-5
• Pengobatan lini pertama : terapi psikoseksual dan
medikamentosa
– obat penghambat phosphodiesterase tipe 5
– sildenafil, taldanafil, dan vardenafil
• Jika belum memperoleh hasil memuaskan:
– injeksi prostaglandin intrakorporal
– aplikasi prostaglandin intrauretral
– penggunaan alat vakum
– prostesis penis
– Pemberian terapi hormon testosteron pada kondisi
hipogonadisme yang simptomatik
91
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
• Pencegahan Primer
• kelompok yang memiliki faktor risiko,belum
terkena, berpotensi untuk mendapat DM dan
kelompok intoleransi glukosa.
• Faktor Risiko Diabetes Melitus:
• A. Faktor Risiko yang Tidak Bisa Dimodifikasi
• Ras dan etnik
• Riwayat keluarga dengan DM
92
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
• Umur:Usia >45 tahun
• Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi
>4000 gram atau riwayat pernah menderita
DM gestasional (DMG).
• Riwayat lahir dengan berat badan rendah,
kurang dari 2,5 kg.
93
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
• Faktor Risiko yang Bisa Dimodifikasi
– Berat badan lebih (IMT ≥23 kg/m2).
– Kurangnya aktivitas fisik
– Hipertensi (>140/90 mmHg)
– Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan/atau trigliserida
>250 mg/dl)
– Diet tak sehat (unhealthy diet).
– Diet dengan tinggi glukosa dan rendah serat
94
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
• Faktor Lain Terkait Risiko Diabetes Melitus
– Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)
– Sindrom metabolik riwayat toleransi glukosa
terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa
terganggu (GDPT)
– Riwayat penyakit kardiovaskular, seperti stroke,
PJK, atau PAD (Peripheral Arterial Diseases)
95
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
• Program penurunan berat badan
• Latihan jasmani
• Menghentikan kebiasaan merokok
• Intervensi farmakologis
96
Pencegahan Sekunder
• Mencegah atau menghambat timbulnya
penyulit pada pasien yang telah terdiagnosis
• pengendalian kadar glukosa
• pengendalian faktor risiko penyulit
• deteksi dini adanya penyulit
97
Pencegahan Tersier
• Pasien yang telah mengalami penyulit untuk
mencegah kecacatan lebih lanjut serta
meningkatkan kualitas hidup.
• Pelayanan kesehatan komprehensif dan
terintegrasi
98
Kesimpulan
• Penatalaksaan diabetes tidak hanya bertujuan
mengendalikan kadar gula darah, tetapi juga
mengendalikan risiko komplikasi jangka
panjang
• Penatalaksaan diabetes melitus tipe 2
memerlukan kerja sama multi disiplin
• Penatalaksaan diabetes yang berkualitas pada
fktp akan mengurangi risiko komplikasi dan
perburukan penyakit
99
TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT
100