Anda di halaman 1dari 5

DIABETES MELLITUS

No. Dokumen: Revisi: Halaman:


…………………… …./..
Ditetapkan:
Pimpinan Klinik
Klinik Nayaka Tangal terbit:
Husada 01
Blimbing ../../….
…………………………….

Pengertian Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia
akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin) dan sekresi insulin atau
kedua-duanya.
Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan diabetes mellitus.
Kebijakan SK Pimpinan Klinik Nayaka Husada 01 Blimbing nomor: KEP/ / tentang
Kebijakan Pelayanan Klinis di Klinik Nayaka Husada 01 Blimbing.
Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1186/2022 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilisitas Kesehatan Tingkat Pertama
Prosedur/Langkah- 1. Petugas memanggil pasien dan menanyakan identitas pasien.
langkah 2. Petugas melakukan anamnesa dengan menanyakan keluhan pasien.
Keluhan pada DM : polifagia, poliuri, polidipsi, penurunan berat
badan. Keluhan tidak khas DM :
 Lemah
 Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung ekstremitas)
 Gatal
 Mata kabur
 Disfungsi ereksi pada pria
 Pruritus vulvae pada wanita
 Luka yang sulit sembuh
Faktor risiko DM tipe 2 :
 Berat badan lebih dan obese (IMT ≥ 25 kg/m²)
 Riwayat penyakit DM di keluarga
 Mengalami hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg atau sedang dalam
terapi hipertensi
 Pernah didiagnosis penyakit jantung atau stroke
(kardiovaskular)
 Kolesterol HDL < 35 mg/dL dan atau Trigliserida > 250 mg/dL
atau sedan dalam pengobatan dislipidemia
 Riwayat melahirkan bayi dengan BBL > 4000 gram atau pernah
didiagnosis DM Gestasional
 Perempuan dengan riwayat PCOS (polycistic ovary syndrome)
 Riwayat GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu/ TGT
(Toleransi Glukosa Terganggu)
 Aktifitas jasmani yang kurang

3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik.


Pada pemeriksaan fisik patognomonis didapatkan penurunan berat
badan yang tidak jelas penyebabnya.
Faktor Predisposisi :
 Usia > 45 thn

 Diet tinggi kalori dan lemak

 Aktifitas fisik yang kurang

 Hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg

 Riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah


puasa terganggu (GDPT)

 Penderita penyakit jantung koroner, tuberkulosis,


hipertiroidisme

 Dislipidemia

4. Petugas merujuk pasien untuk melakukan pemeriksaan penunjang


dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan penunjang, dimana
pemeriksaan yang dilakukan yaitu dengan pemeriksaan gula darah
puasa.
5. Petugas menegakkan diagnosa klinis.
Diagnosis DM ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
kadar gula darah. Bila didapatkan GDS ≥ 200 mg/dL atau GDP ≥ 126
mg/dL yang sesuai dengan batas diagnosis untuk diabetes, maka
perlu dilakukan pemeriksaan pada waktu lain untuk konfirmasi. Pasien
hamil dengan TGT dan GDPT dikelola sebagai DMG
Kriteria Diagnosis
a. Gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl + gejala khas DM
b. Gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl pada 2 kali pemeriksaan
saat yang berbeda
c. Gula darah 2 jam pp ≥ 200 mg/dl setelah pembebanan
glukosa 75 gr (TTGO)
d. Gula darah 2 jam pp ≥ 200 mg/dl pada 2 kali pemeriksaan
pada saat yang berbeda.

Perbandingan antara DM Tipe 1 dan DM Tipe 2

DM Gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi karbohidrat (TGT,


GDPT, DM) yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan
sedang berlangsung.

Penilaian adanya risiko DMG perlu dilakukan sejak kunjungan pertama


untuk pemeriksaan kehamilannya.

Faktor risiko DMG meliputi :

 Riwayat DMG sebelumnya atau TGT atau GDPT


 Riwayat keluarga dengan dibetes
 Obesitas berat (>120% berat badan ideal)
 Riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan atau dengan berat
badan lahir > 4000 gr
 Abortus berulang
 Riwayat PCOS (polycistic ovari syndrome)
 Riwayat pre-eklamsia
 Glukosuria
 Infeksi saluran kemih berulang atau kandidiasis
Pada wanita hamil yang memiliki risiko tinggi DMG perlu dilakukan tes
DMG pada minggu ke 24 – 28 kehamilan.
6. Petugas memberikan penatalaksanaan kepada pasien :
Terapi untuk DM dilakukan dengan modifikasi gaya hidup dan
pengobatan. Pemilihan jenis obat hipoglikemik oral (OHO) dan insulin
bersifat individual tergantung kondisi pasien dan sebaiknya
mengkombinasi obat dengan cara kerja yang berbeda.
Cara pemberian OHO, terdiri dari :
 OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap
sesuai respon kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis
optimal.
 Sulfonilurea : 15-30 menit sebelum makan.
 Repaglinid, nateglinid : sesaat sebelum makan.
 Metformin : sebelum/pada saat/sesudah makan.
 Penghambat glukosidase (acarbose) : bersama makan suapan
pertama.
 Tiazolidindion : tidak bergantung pada jadwal makan.
 DPP-IV inhibitor dapat diberikan bersama makan atau sebelum
makan.
7. Petugas melakukan konseling dan edukasi kepada pasien dan
keluarganya. Edukasi meliputi pemahaman tentang :
a. Penyakit DM

b. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM

c. Penyulit DM

d. Intervensi farmakologis

e. Hipoglikemia

f. Pemberian obat jangka panjang dengan kontrol teratur setiap 2


minggu atau 1 bulan.

g. Diet

h. Latihan jasmani

Diagram Alir

Unit Terkait Semua Unit di Klinik Nayaka Husada 01 Blimbing

Anda mungkin juga menyukai