Hilang Kesadaran
Tutor 16
Fasilitator : dr. Nisa Karima, S.Ked, M.Sc
Ayu Assyifa Hamka Sezia Marina Putri Deralitha Meilinia Asiah Nurul Izzah
1858011032 1858011043 1818011076
Gede Sukma Setiawan Gusnanto Luthfi Perdan Deana Rifqoh Nabilah Jessica Bonaria
1818011060 a
1818011019 1818011114 1818011049
1 Agenda Style
Identifikasi Istilah Asing
2 Identifikasi Masalah
3 Rumusan Masalah
4 Mind Mapping
5 Learning Objective
Identifikasi
Istilah Asing
Step I
Diabetes
01 merupakan suatu kumpulan dari
gejala metabolic yang ditandai
dengan keadaan hiperglikemia,
gejala klasiknya yaitu poliuri polidipsi
dan poliphagi
04
10 Apakah ada hubungan antara serangan
Patofisiologi gout 05 jantung dengan diabetes?
Obesitas adalah kondisi penumpukan lemak dalam tubuh, terjadi bisa dikaren
akan berlebihnya asupan kalori yang tidak sesuai dengan pengeluarannya.
O IMT bagi golongan obesitas adalah >25.0
B
E Obesitas terdiri dari 2 jenisnya menurut distribusi jaringan lemak :
S • Obesitas Sentral, penumpukan pada abdomen/perut sehingga yang diuku
I r adalah pinggang yaitu apabila untuk laki-laki lebih dari 90 cm dan perem
T puan lebih dari 80 cm.
A • Obesitas Perifer, penumpukan di bagian bagian perifer seperti paha, ping
S gul, bokong.
Ada. Berawal dari tingginya kadar gula di dalam darah. Semakin lama kadar
gula darah dibiarkan tidak terkontrol, maka semakin besar risiko terserang
penyakit jantung.
Glukosa berlebih yang mengalir dalam darah lama-kelamaan akan merusak
pembuluh darah. Kerusakan yang disebabkan antara lain terjadinya penum-
pukan lemak akibat kolesterol atau plak. Kondisi ini dikenal dengan atero-
sklerosis. Aterosklerosis kemudian akan merusak dinding pembuluh darah
dan membuatnya menjadi lebih kaku. Kondisi aterosklerosis juga akan
mempersempit jalannya darah yang akan berdampak pada buruknya sirku-
lasi darah ke seluruh tubuh, termasuk jantung.
...
Kolesterol yang menempel pada dinding pembuluh darah dapat terkikis dan
ikut kembali dalam aliran darah. Tubuh berusaha untuk memecah kolesterol
menjadi lebih halus lagi agar tidak menyumbat jalannYA dengan cara meng-
gunakan antiplatelet.
Ketika terlalu banyak sumbatan yang ikut terbawa dalam darah dan mengalir
pada pembuluh darah yang sempit, suatu saat tumpukan lemak tersebut
dapat menyumbat aliran sehingga darah tak lagi dapat mengalir karena tertu
tup oleh sumbatan. Saat itulah serangan jantung terjadi.
6. Apa saja Komplikasi Diabetes Melitus?
Hipoglikemia
Ketoasidosis
Akut
Diabetikum
Koma
Hiperosmoler
Komplikasi Non-Ketotik
Mikroangiopati
Kronis
Makroangiopati
Komplikasi Akut
Kolesterol dibentuk melalui asetat yang diproduksi dari nutrien dan energi
serta hasil metabolisme lainnya disamping kolesterol juga memproduksi
energi. Sumber energi berlebihan mengakibatkan pembentukan asetat se-
bagai perantara juga berlebih, dan lemak di dalam tubuh juga akan bertam-
bah. Pembentukan kolesterol melalui asetat merupakan proses yang sang-
at kompleks, diantaranya yang memegang peranan penting adalah enzim
reduktase HMG – Co.A.
...
Jenis Kolestrol Kadar Normal Kolestrol
• Low Density Lipoprotein (LDL)
LDL atau sering juga disebut sebagai
kolesterol jahat, LDL lipoprotein depo-
sito kolesterol bersama di dalam din-
ding arteri, yang menyebabkan terjadi-
nya pembentukan zat yang keras, te-
bal, atau sering disebut juga sebagai
plakat kolesterol, dan dengan seiring
berjalannya waktu dapat menempel di
dalam dinding arteri dan terjadinya pe-
nyempitan arteri.
• High Density Lipoprotein (HDL)
HDL adalah kolesterol yang bermanfa-
at bagi tubuh manusia, fungsi HDL yai-
tu mengangkut LDL di dalam jaringan
perifer ke hepar akan membersihkan
lemak-lemak yang menempel di
pembuluh darah yang kemudian akan
dikeluarkan melalui saluran empedu
dalam bentuk lemak empedu.
8. Terapi Sindrom Metabolik
G
A Intervensi terhadap penurunan sensitifitas insulin atau diabetes melitus
Y merupakan faktor kunci keberhasilan pengobatan sindroma metabolik, yaitu
A dengan cara mengubahan gaya hidup agar berat badan turun hingga
mencapai tingkat ideal.
H Perubahan pola hidup yang dimaksud adalah: pengaturan diet dan
I peningkatan aktifitas fisik (latihan yang berkesinambungan, dengan interval
D dan berirama, bertahap sesuai kemampuan fisik) sehingga kemampuan
U kardiorespirasi meningkat.
P
...
Syndrome
Metabolik
A
DM Tipe 1 (anamnesis, patofiologi,
Farmakologi, farmakokinetik, B tata laksana)
farmakodinamik DM tipe 2
C
D Hyperkolesterolemia (anamnesis,
patofiologi, tata laksana)
Reporting
Step VII
Anamnesis dan Tatalaksana Gout
ANAMNESIS
Gout adalah kumpulan gejala yang timbul akibat adanya deposisi Kristal
monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di
dalam cairan ekstraseluler.
Hiperurisemia adalah peninggian kadar asam urat serum >7,0 mg/dl untuk
laki- laki dan >6,0 mg/dl untuk perempuan.
Hiperurisemia adalah gangguan metabolisme yang menandasari terjadinya
gout. Gout memiliki ciri khas berupa inflamasi dan nyeri sendi. Faktor risiko:
• Laki-laki usia tua
• Asupan tinggi alcohol
• Konsumsi daging merah
• Konsumsi fruktosa
• Genetic
• Lingkungan
MANIFESTASI KLINIS
• Peningkatan konsentrasi urat dalam serum (hiperurisemia)
• Serangan berulang artritis monoartikular (inflamasi pada sendi tungal)
• Deposit monosodium urat monohidrat (tofus) di dalam dan di sekitar
sendi
• Gangguan ginjal yang melibatkan glomerulus, tubulus, dan jaringan inte
rstitial serta pembuluh darah
• Pembentukan batu ginjal.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan laboratorium: serum urat darah, asam urat urine 24 jam.
• Pemeriksaan analisis cairan sendi: temuan MSU, cairan sendi sesuai
kondisi inflamasi (leukosit 5000-80000/mm3) predominan neutrophil,
kultur negative.
• Pemeriksaan radiologis: soft tissue swelling pada sekitar sendi.
TATALAKSANA
• Terapi medikamentosa
• Tahap 1: pada stadium akut
• Tujuan: mengurangi keluhan nyeri sendi dan peradangan
• Kolkisin per oral 0,5-0,6 mg/2 jam; sampai nyeri dan inflamasi hilang
Dosis maksimal: 6-8 mg. Profilaksis: 2 x 0,5 mg .
• OAINS( obat anti inflamasi non steroid); indometasin
Dosis: 150-200 mg/hari; selama 2-3 hari
75-100 mg/hari; selanjutnya sampai nyeri dan radang berkurang)
• Kortikosteroid per oral atau parenteral; prednisone
Dosis: 20-40 mg/hari
• Tahap 2: Menjaga agar kadar asam urat dalam keadaan normal. Tidak
dipakai pada serangan artritis gout karena bias bertambah nyeri.
• Alupurinol: obat untuk mengurangi produksi asam urat berlebihan +
tofus, nefrolitiasis, insufiensi renal.
Dosis: 800 mg/hari. Efek samping: dyspepsia, nyeri kepala, diare,
pruritic popular rash, hipersensitivitas
• Urikosurik; probenesids
Dosis insisial: 0,5 g/hari ditingkatkan perlahan sampai < 1 g/hari
Efek samping: pembentukan Kristal asam urat di urine, deposisi
asam urat pada tubulus renal pelvis/ureter.
• Terapi non-medikamentosa
• Penurunan berta badan hingga berat bedan ideal
• Pengaturan diet rendah purin. Makanan dan minuman yang dihindari
antara lain: bayam, daging merah, dan alcohol. Perbanyak sayur
dan buah.
• Mengistirahatkan sendi yang terkena, olahraga ringan masih bias.
• Penggunaan antihiperutisemia, contoh salisilat, niasin, etambutol,
siklosporin, dan pirazinamid.
• Asupan cairan tinggi terutama air sehingga dapat meningkatkan
produksi urine
Farmakologi, Farmakokinetik,
Farmakodinamik DM Tipe 2
Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea,
dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama.
Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu Repaglinid (derivat asam
benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan
cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui
hati. Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia post prandial. Efek samping
yang mungkin terjadi adalah hipoglikemia.
Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin
Metformin
Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati (gluko-
neogenesis), dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan perifer. Metformin
merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus DMT2. Dosis yang
digunakan 1.500-2.500 mg/dl, 1 tablet 500mg untuk 3 kali sehari). Dosis
Metformin diturunkan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (GFR 30-
60 ml/menit/1,73 m2). Metformin tidak boleh diberikan pada beberapa kea-
daan sperti: GFR<30 mL/menit/1,73 m2, adanya gangguan hati berat, serta
pasien-pasien dengan kecenderungan.Efek samping yang mungkin berupa
gangguan saluran pencernaan seperti halnya gejala dispepsia.
Tiazolidindion (TZD).
Tiazolidindion merupakan agonis dari Peroxisome Proliferator Activated
Receptor Gamma (PPAR-gamma), suatu reseptor inti yang terdapat antara
lain di sel otot, lemak, dan hati. Golongan ini mempunyai efek menurunkan
resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa,
sehingga meningkatkan ambilan glukosa di jaringan perifer.
Penghambat Absorpsi Glukosa di saluran pencernaan
Penghambat Alfa Glukosidase.
Obat ini bekerja dengan memperlambat absorbsi glukosa dalam usus halus,
sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah
makan.
Penghambat glukosidase alfa tidak digunakan pada keadaan: GFR≤30ml/
min/1,73 m2, gangguan faal hati yang berat, irritable bowel syndrome. Efek
samping yang mungkin terjadi berupa bloating (penumpukan gas dalam
usus) sehingga sering menimbulkan flatus. Guna mengurangi efek samping
pada awalnya diberikan dengan dosis kecil. Contoh obat golongan ini adalah
Acarbose.
Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)
Obat golongan penghambat DPP-IV menghambat kerja enzim DPP-IV
sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap dalam konsentrasi yang
tinggi dalam bentuk aktif.
Aktivitas GLP-1 untuk meningkatkan sekresi insulin dan menekan sekresi
glukagon bergantung kadar glukosa darah (glucose dependent). Contoh obat
golongan ini adalah Sitagliptin dan Linagliptin.
Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2)
Obat golongan penghambat SGLT-2 merupakan obat antidiabetes oral jenis
baru yang menghambat penyerapan kembali glukosa di tubuli distal ginjal
dengan cara menghambat kinerja transporter glukosa SGLT-2. Obat yang
termasuk golongan ini antara lain: Canagliflozin, Empagliflozin, Dapagliflozin,
Ipragliflozin.
Anamnesis, Patofisiologi, dan
Tata Laksana DM Tipe I
Patofisiologi
– DMT 1 merupakan DM yang tergantung insulin. Pada DMT 1 kelainan terletak pada sel
beta yang bisa idiopatik atau imunologik. Pankreas tidak mampu mensintesis dan men-
sekresi insulin dalam kuantitas dan atau kualitas yang cukup, bahkan kadang-kadang
tidak ada sekresi insulin sama sekali. Jadi pada kasus ini terdapat kekurangan insulin
secara absolut.
– DMT 1, biasanya terdiagnosa sejak usia kanak-kanak. Pada DMT 1 tubuh penderita ha
nya sedikit menghasilkan insulin atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin, o
leh karena itu untuk bertahan hidup penderita harus mendapat suntikan insulin setiap h
arinya.
Anamnesis :
– Pada umumnya penderita datang dengan keluhan adanya poliuri, polidipsi, p
oliphagi, dan juga kehilangan berat badan. Di indonesia biasanya memiliki ri
wayat penyakit klinis yang akut . Pada pemeriksaan fisik kehilangan berat ba
dannya terjadi antara 1-2 minggu sebelum diagnosis ditegakkan
– Pada pemeriksaan penunjang : kadar GDS >140mg/dL dan GDP >100mg/dL.
Pada penderita asimtomatis ditemukan kadar gula darah puasa lebih tinggi d
ari normal dan uji TGT pada lebih dari sekali pemeriksaan
Tatalaksana
Komponen pengelolaan DM tipe I yaitu pengaturan pola makan, olahraga, terapi insulin:
– Pengaturan pola makan
• Pada regimen konvensional pengaturan makan dengan memperhitungkan asupan dalam be
ntuk kalori
• Pada regimen basal-bolus pengaturan makan dengan memperhitungkan asupan dalam bent
uk gram karbohidrat
• Pemilihan jenis makanan dianjurkan karbohidrat dengan indeks glikemik yang rendah
– Olahraga
• Konsumsi 1-1,5gram karbohdirat/kg massa tubuh/jam untuk olahraga yang lebih lama atau lebi
h berat jika kadar insulin yang bersirkulasi tinggi atau insulin sebelum latihan tidak dikurangi
• Makanan yang mengandung tinggi karbohidrat harus dikonsumsi segera setelah latihan untuk
mencegah terjadinya hipoglikemia pasca latihan fisik
• Pasien dengan retinopati proliferatif atau nefropati harus menghindrai olahraga yang membutu
hkan ketahanan fisik karena dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.
– Terapi insulin
• Terapi insulin adalah menjamin kadar insulin yang cukup di dalam tubuh selam
a 24 jam untuk memenuhi kebutuhan metabolisme sebagai insulin basal maup
un insulin koreksi dengan kadar yang lebih tinggi akibat efek glikemik makanan.
• Dosis insulin harian bergantung pada : umur, BB, Status pubertas, lama mende
rita, fase diabetes, asupan makanan, pola olahraga, aktifitas harian.
• Dosis insulin (empiris) :
– Dosis selama fase remisi parsial, total dosis harian insulin <0,5IU/kg/hari
– Prepubertas (diluar fase remisi parsial, dalam kisaran dosis 0,7-1 IU/kg/hari
– Selama pubertas kebutuhan biasanya meningkat jadi 1,2-2 IU/kg/hari
Anamnesis, Patofisiologi, dan
Tata Laksana Hiperkolesterolemia