Anda di halaman 1dari 24

SGD 12

Tutor : dr Romasepfani Lubis , M.K.T.

Nama kelompok :
Muhammad Rayhan Aditia (71190811054)
Awlia Latifah (71190811069)
Yolanda Anggraini Mahrizal N (71190811022)
Afifah Nafisah Putri (71190811073) (KETUA)
Syalsa Billah Thalha (71190811052) (SEKRETARIS)
Leri Susmanto (71190811059)
Widya kusuma (71190811102)
STEP 1 (TERMINOLOGI)
• Sindroma metabolik : adalah kelompok gejala
yang meliputi gejala abdominal,
dislipidemia,hiperglikemi dan hipertensi.
STEP 2 (IDENTIFIKASI
MASALAH)
• Pasien memiliki riwayat hipertensi
• Pasien mudah lelah sejak 3 bulan yang lalu
disertai buang air kecil pada malam hari,cepat
haus dan sering lapar.
• Tekanan darah pasien selalu tinggi
• Laki-laki usia 43 tahun
• Lingkar pinggang pasien 110cm
• Pemeriksaan lab didapatkan : gua darah puasa
130mg/dl,trigliserida185 mg/dl,kolesterol 225
mg/dl,asam urat 9 mg/dl.
STEP 3 (ANALISA MASALAH)
1. Mengapa pada pasien sering buang air kecil, sering
haus,dan merasa lelah?
Jawab: karena pasien tersebut menderita diabetes
melitus,karena pada skenario gdp : 130 mg/dl dan
memiliki gejala polifagi dan poliuri,sementara DM
merupakan salah satu faktor resiko dari sindrom
metabolik
2.Apakah ada hubungan usia dan jenis kelamin pada
kasus ini?
Jawab : sindrom metabolik dapat terjadi pada usia 25-
80 tahun dan laki laki lebih banyak daripada perempuan
3. Apa hubungan hipertensi dengan sindroma metabolik?
Jawab :
- hubungannya karena obesitas, karena obesitas salah satu penyebab dari
hipertensi.
- Karena pada obesitas terjadi resistensi insulin dan gangguan fungsi endotel
pembuluh darah yang menyebabkan vaso kontriksi dan reabsorbsi natrium
diginjal dan menyebabkan hipertensi.
4.Apa hubungan lingkar pinggang sindrom metabolik?
Jawab :
- penyebab primer,resistensi insulin yang berhubungan dengan obesitas
sentral yang ditandai dengan timbunan lemak viseral, yang dapat ditentukan
dengan pengukuran lingkar pinggang.
- Sindrom metabolik adalah kondisi yang ditandai penigkatan tekanan
darah,gula darah,kolestrol,dan lemak dalam tubuh,terutama di sekitar
pinggang.
- Dikatakan obesitas sentral jika lingkar pinggang pria lebih dari 90cm dan
wanita lebih dari 80cm (asia)
5.Berapa jumlah tekanan darah normal pada laki-laki dewasa?
Jawab : 90/60 MmHg - 120/80 MmHg
STEP 4 (MAPPING CONCEPT)
POLIFAGI,POLIURI,
MUDAH LELAH

PEMERIKSAAN FISIK
:HIPERTENSI DAN
OBESITAS SENTRAL

PEMERIKSAAN LAB :
GDP,KOLESTROL,ASAM
URAT,TRIGLISERIDA
TINGGI

SINDROM METABOLIK
STEP 5 (LEARNING OBJECTIVE)
• Mampu memahami dan menjelaskan :
1. Sindrom metabolik
(definisi,etiologi,patofisiologi,faktor
resiko,gejala dan kriteria,penatalaksanaan)
2. Pemeriksaan (HDL,LDL,triglisrida,asam
urat,HbA1C) serta makna klinis pada sindrom
metabolik
3. peran obat penurun lemak dalam sindrom
metabolik
SINDROM METABOLIK
(LERI SUSMANTO)

Sindrom metabolik merupakan sekumpulan gejala berupa


obesitas sentral, hipertensi, gangguan toleransi glukosa, dan
dislipidemia yang dapat berkembang menjadi diabetes mellitus
(DM) tipe 2, stroke, penyakit kardiovascular. Dibandingkan
dengan komponen-komponen pada sindrom metabolik lainnya,
obesitas sentral paling dekat untuk memprediksi ada tidaknya
sindrom metabolik.
ETIOLOGI
(LERI SUSMANTO)

• Etiologi sindrom metabolik belum dapat diketahui secara pasti.


Suatu hipotesis menyatakan bahwa penyebab primer dari
sindrom metabolik adalah resistensi insulin yang berhubungan
dengan obesitas sentral yang ditandai dengan timbunan lemak
viseral yang dapat ditentukan dengan pengukuran lingkar
pinggang. Keadaan sindrom metabolik, resistensi insulin
terkait erat dengan berbagai macam gangguan yang melibatkan
trigliserida dan metabolisme glukosa, kenaikan tekanan darah
dan inflamasi vaskuler.
PATOFISIOLOGI
(SYALSA BILLAH THALHA)

Rochlany,2017.Metabolic syndrome : pathophisiology.thradv card dis


FAKTOR RESIKO
(AFIFAH NAFISA PUTRI)

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terhadap terjadinya sindrom


metabolik.
• Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu faktor yang dapat dimodifikasi dan
faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
• Faktor yang tidak dapat dimodifikasi:
- Umur
- Jenis kelamin
- Genetik
• faktor yang dapat dimodifikasi:
- Ukuran lingkar pinggang
- Aktivitas fisik
- Diet
- Kebiasaan merokok
- Sosial ekonomi
- Psikologis
- Kadar Asam Urat
GEJALA DAN KRITERIA
(AFIFAH NAFISA PUTRI)

Sebagian kasus sindrom metabolik tidak menunjukkan gejala


apa pun. Sering kali penyakit ini baru diketahui setelah
penderitanya melakukan pemeriksaan tekanan darah dan
pemeriksaan laboratorium. 
Bila terdapat gejala, gejala yang umumnya ditemui adalah:
• Perut terlihat buncit
• Nyeri dada hilang timbul
• Sesak atau sulit bernapas
• Tidur mendengkur tidak beraturan
• Kulit di leher belakang berwarna kehitaman (acanthosis
nigricans)
• Adanya penumpukan lemak di kelopak mata (xanthelasma)
PENATALAKSANAAN
(WIDYA KUSUMA)

Tatalaksana
Sindrom Metabolik

Komponen SM :
Obesitas
Resistensi insulin
Dislipidemia
Hipertensi

Manajemen nutrisi
Aktivitas fisik
Edukasi
Farmakologis
Tatalaksana Sindrom
Metabolik
Tatalaksana
Sindrom Metabolik
Pencegahan
Komponen SM :

Resistensi Hipertensi CUBIT


Dislipidemia Obesitas CERDIK
Insulin PANTAU

Manajemen nutrisi
Aktivitas fisik
Edukasi
Farmakologis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(AWLIA LATIFA DAN M RAYHAN ADITIA)

Diagnosis Sindrom Metabolik


Dokter akan memulai pemeriksaan dengan menanyakan gejala yang
dialami pasien, antara lain gejala diabetes, tekanan darah tinggi, dan
kolesterol tinggi. Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik
dengan mengukur lingkar pinggang dan tekanan darah pasien, serta
menjalankan tes darah untuk memastikan diagnosis.
Kriteria yang sering digunakan untuk menilai pasien SM adalah kriteria
NCEP-ATP III, yaitu apabila seseorang memenuhi tiga dari lima kriteria
yang disepakati, antara lain:
• lingkar perut pria >102 cm atau wanita >88 cm;
• hipertrigliseridemia (kadar serum trigliserida >150 mg/dL),
• kadar HDL-C <40 mg/dL untuk pria dan <50 mg/dL untuk wanita
• Tekanan darah >130/85 mmHg
• Kadar glukosa darah puasa ≥110 mg/dL.
1. HDL - High Density Lipoprotein (Kolesterol baik)
berfungsi untuk mencegah terjadinya ateroma atau penyempitan pembuluh
darah akibat lemak. Tingkat HDL minimal 60 mg/dL atau lebih dapat
membantu mengurangi risiko penyakit jantung. Sebaliknya, tingkat HDL
kurang dari 40 mg/dL justru menaikkan risiko penyakit jantung.

2. LDL-Low Density Lipoprotein (Kolesterol jahat)


merupakan salah satu penyebab utama pembentukan ateroma. LDL terdiri
atas lemak dan sedikit protein.  LDL atau kolesterol jahat sebaiknya berada
pada tingkat yang rendah atau dapat ditoleransi tubuh, yaitu kurang dari 100
mg/dL. Jumlah LDL 100-129 mg/dL dapat dikatakan sebagai ambang batas
toleransi.
Jumlah LDL
• 130-159 mg/dL = memasuki ambang batas tinggi,
• 160-189 mg/dL = sudah masuk level tinggi.
• 190 mg/dL dan selebihnya = level sangat tinggi.
3. TRIGLISERIDA
Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang banyak ditemukan di
dalam darah. Trigliserida dihasilkan oleh organ hati, namun
sebagian besar berasal dari makanan.

Kadar trigliserida diukur dalam satuan milimeter per desiliter


(mg/dL), kemudian dinilai berdasarkan kategori berikut:

Normal : Kurang dari 150 mg/dL


Batas tinggi : 150-199 mg/dL
Tinggi : 200-499 mg/dL
Sangat tinggi : Lebih dari 500 mg/dL
4. Pemeriksaan Asam urat
Tes asam urat adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kadar
asam urat dalam darah atau urine. Asam urat merupakan hasil pemecahan zat
bernama purin, zat ini terdapat dalam sel-sel tubuh dan pada beberapa jenis
makanan. Sebagian besar asam urat larut bersama darah, lalu dikeluarkan oleh
tubuh melalui urine. Apabila tubuh membentuk asam urat dalam jumlah
berlebihan atau tubuh tidak bisa mengeluarkannya dengan normal melalui urine,
senyawa ini akan menumpuk dalam tubuh. Asam urat dapat membentuk kristal
di sendi dan menyebabkan radang sendi yang dikenal dengan nama gout. Hasil
tes asam urat akan ditunjukkan dalam satuan miligram per desiliter (mg/dL).
Hasil yang ideal adalah sebagai berikut:
• Pada wanita: 2,5 hingga 7,5 mg/dL.
• Pada laki-laki: 4 hingga 8,5 mg/dL.
Asam urat yang tinggi menandakan tubuh membentuk terlalu banyak asam
urat atau ginjal tidak membuang asam urat dari darah dengan normal. Salah satu
penyebabnya adalah diabetes. Penderita sindrom metabolik beresiko tinggi
menderita penyakit diabetes tipe 2. Sindroma metabolik juga dikatakan sebagai
gabungan dari hipertensi, hiperglikemia, dan gout (radang sendi).
5. Pemeriksaan HbA1C
Tes HbA1c adalah pemeriksaan untuk mengukur rata-rata kadar
HbA1c (hemoglobin A1c) atau hemoglobin terglikosilasi. Pemeriksaan
ini juga disebut dengan tes glikohemoglobin dan biasa dilakukan untuk
memeriksa diabetes melitus HbA1c adalah hemoglobin yang berikatan
dengan glukosa atau hemo. Dengan kata lain, tes HbA1C untuk diagnosis
diabetes berfungsi mengetahui jumlah glukosa dalam darah secara rata-
rata 3 bulan. Untuk mengukur tingkat glikohemoglobin, sampel darah
akan diambil dari pembuluh vena di lengan Anda dengan jarum kecil.
Berikut adalah kategori hasil pemeriksaan HbA1c:
• HbA1c normal: < 6,0%
• HbA1c prediabetes: 6,0 – 6,4%
• HbA1c diabetes: ≥ 6,5%
Seseorang akan memiliki risiko sindrom metabolik jika selama
kehamilan mengalami diabetes. Kondisi ini bisa juga terjadi karena
memiliki riwayat keluarga yang memiliki diabetes tipe 2 alias kencing
manis.
PERAN OBAT PENURUN LEMAK DALAM
SINDROM METABOLIK
(YOLANDAANGGRAINI)

Anda mungkin juga menyukai