Anda di halaman 1dari 3

Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan
20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat di mana segala apa yang dimakan dan
diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan
sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala
penyakit apendisitis, pielititis, dan sebagainya.

Mual dan muntah mempengaruhi hingga > 50 % kehamilan. Kebanyakan perempuan mampu
mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet, dan simptom akan teratasi hingga akhir
trimester pertama. Penyebab penyakit ini karena faktor endokrin, biokimiawi, dan psikologis.

Klasifikasi

Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:

Tingkat I

Muntah yang tems-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat-badan
menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu,
dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik
menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikit terapi masih
normal.

Tingkat II

Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi
cepat dan lebih dari 100 - 140 kali per menit, rekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis,
kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat
menurun.

Tingkat III

Walaupun kondisi tingkat III sangat jarans, yang mulai terjadi adalah gangguan kesadaran (delirium-
koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan
jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam urin.

Diagnosis

 Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.


 Fungsi vital: nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada keadaan
berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).
 Fisik dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal toucber
uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo
serviks berwarna biru (liaide).
 Pemeriksaan USG; untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk mengetahui
kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan molahidatidosa.
 Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, sbifi to the left, benda keton,
dan proteinuria.
 Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk konsultasi
psikologi.

Gejala Klinik

Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah nausea, muntah,
penurunan berat badan, ptialism (salivasi yang berlebihan), tanda-tanda dehidrasi termasuk
hipotensi postural dan takikardi. Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai hiponatremi,
hipokalemia, dan peningkatan hematokrit. Hipertiroid dan LFT yang abnormal juga dapat dijumpai.

Risiko

Maternal

Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6, nistagmus,
ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis Korsakoff (amnesia,
menurunanya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Oleh karena itu, untuk
hiperemesis tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan.

Fetal

Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin
dalam rahim (IUGR).

Manajemen

 Untuk keluhan hiperemesis yang berat pasien dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit dan
membatasi pengunjung.
 Stop makanan per oral 24 - 48 jam.
 Infus glukosa 10 % atau 5 %: RL = 2 : 1, 40 tetes per menit.
 Obat
 Vitamin B1, B2, dan B6 masing-masing 50 - 100 mg/hari/infus.
 Vitamin B12 200 mg/hari/infus, vitamin C 200 mg/harilinfus.
 Fenobarbital 30 mg I.M. 2 - 3 kali per hari atau klorpromazin 25 - 50 mg/hari I.M.
atau kalau diperlukan diazepam 5 mg 2 - 3 kali per hari I.M.
 Antiemetik : prometazin (avopreg) 2 - 3 kali 25 mg per hari per oral atau
proklorperazin (stemetil) 3 kali 3 mg per hari per oral atau mediamer B6 3 kali 1 per
hari per oral.
 Antasida : asidrin 3 x 1 tablet per hari per oral atau milanta 3 x 1 tablet per hari per
oral atau magnam 3 x 1 tablet per hari per oral.
 Diet sebaiknya meminta adois abli gizi
 Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa
roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 - 2
jam sesudahnya. Makanan ini kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C
sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.
 Diet hiperemesis Ii diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara
berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak
diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat gizi, kecuali
vitamin A dan D.
 Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boieh diberikan bersama makanan.
Makanan ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.
 Rebidrasi dan suplemen vitamin
Pilihan cairan adalah normal salin (NaCl 0,9 %). Cairan dekstrose tidak boleh diberikan
karena tidak mengandung sodium yang cukup untuk mengoreksi hiponatremia. Suplemen
potasium boleh diberikan secara intravena sebagai tambahan. Suplemen tiamin diberikan
secara oral 50 atau 150 mg atau 100 mg dilarutkan ke dalam 100 cc NaCl. Urin output juga
harus dimonitor dan perlu dilakukan pemeriksaan dipstik untuk mengetahui terjadinya
ketonuria.
 Antiemesis
Tidak dijumpai adanya teratogenitas dengan menggunakan dopamin antagonis
(metoklopramid, domperidon), fenotiazin (klorpromazin, proklolperazin), antikolinergik
(disiklomin) atau antihistamin H1-reseptor antagonis (prometazin, siklizin). Namun, bila
masih tetap tidak memberikan respons, dapat juga digunakan kombinasi kortikosteroid
dengan reseptor antagonis 5-Hidroksrriptamin (5-HT3) (ondansetron, sisaprid).

Anda mungkin juga menyukai