Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obstetri atau Ilmu kandungan ( Ilmu Kebidanan) :adalah Suatu Ilmu yang
mempelajari Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Kehamilan (Graviditas) dimulai dari
konsepsi atau pembuahan lalu berakhir dengan permulaan suatu persalinan. 

Hipermesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20


minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat
badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti
appendisitis, pielititis, dan sebagainya.

Preeklamsia mempunyai kriteria minimum tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai dengan proteinuria lebih dari 300 mg/24 jam
atau dipstick lebih dari +1.Eklamsia merupakan preklamsia yang disertai dengan kejang
tonik-tonik disusul dengan koma.

Kehamilan serotinus atau kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yanng telah
berlangsung selama 42 minggu (294 hari) atau lebih, pada siklus haid teratur rata-rata 28
hari dan hari pertama haid terakhir diketahui dengan pasti. Diagnosa usia kehamilan lebih
dari 42 minggu didapatkan dari perhitungan rumus neagle atau dengan tinggi fundus uteri
serial.

Perdarahan kelainan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi di


luar endometrium uterus. Dalam keadaan normal ovum yang telah dibuahi (blastocyst)
akam berimplantasi disepanjang endometrium kavum uteri. Klasifikasi kehamilan
ektopik, yaitu: Kehamilan tuba (interstisial, isthmus, ampula, fimbrial), Kehamilan
ovarial, Kehamilan abdominal, Kehamilan tubo-ovarial, Kehamilan intraligameter,
Kehamilan servikal dan Kehamilan tanduk rahim rudimenter.
1.2 Tujuan

Setelah mempelajari topik keterampilan Pemeriksaan Obstetri ini, diharapkan


mahasiswa mampu:

a. Secara Umum:
Melakukan pelaksanaan pemeriksaan obstetri meliputi antenatal care, Intranatal
care dan postnatal care, menegakkan diagnosis, prognosis dan manajemen (intranatal
care dibahas tersendiri dalam topik persalinan normal)

b. Secara Khusus:
1. Melakukan anamnesis, pemeriksaan klinis obstetri, dan pemeriksaan penunjang
terhadap ibu hamil, bersalin, pasca persalinan.
2. Melakukan anamnesis (identitas,keluhan utama, riwayat kehamilan saat
ini,riwayat menstruasi,riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakitkeluarga, riwayat
obstetri, riwayat fertilitas,) (yang berkaitan dengan kehamilan),aktivitas
(pekerjaan) dan kebiasaan (merokok,alkohol,jamu, hewan peliharaan).
3. Pemeriksaan fisik secara umum
4. Melakukan pemeriksaan abdomen (tinggi fundus uteri, Leopod 1-4,his/kontraksi)
5. Melakukan pemeriksaan denyut jantung janin dan melakukan analisishasil, dan
melakukan manajemen antara untuk kondisi fetal distress sebelum melakukan
rujukan.
6. Melakukan pemeriksaan panggul luar dan dalam dan menilai hasil pemeriksaan
panggul pada wanita hamil (termasuk penilaian hamil dalam persalinan atau
belum).
7. Pemeriksaan laboratorium pada wanita hamil.
8. Memberikan konseling antenatal pada kehamilan normal dan kehamilan dengan
risiko tinggi termasuk konseling kontrasepsi.
9. Mampu melakukan pemeriksaan penunjang kardiotokografi dan melakukan
interpretasi sederhana.
10. Melakukan rujukan yang tepat.
11. Mendiagnosis keadaan darurat obstetri
12. Melakukan catatan rekam medis obstetri. Menilai keadaan patologis masa nifas
BAB 2

ISI

2.1 Hiperemisis Gravidarum

A. Definisi
Hipermesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan
20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat
badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit
seperti appendisitis, pielititis, dan sebagainya.
B. Penyebab
1. Psikologi, bergantung pada:
a. Apakah si ibu dapat menerima kehamilannya.
b. Apakah kehamilannya diinginkan atau tidak.
2. Fisik:
a. Terdapat kemungkinan masuknya villi khorealis ke dalam sirkulasi darah ibu.
b. Terjadi peningkatan yang mencolok atau belum beradaptasi dengan kenaikan
human chorionic gonadothropin.
c. Faktor konsentrasi human chorionic gonadotropin yang tinggi:
 Primigravida lebih sering dari multigavida
 Semakin meningkat pada mola hidatidosa, hamil ganda, dan
hidramnion.
C. Tanda dan Gejala
 Amenore yang disertai muntah hebat (segala yang dimakan dan diminum akan
dimuntahkan), pekerjaan sehari-hari terganggu, dan haus hebat.
 Fungsi vital: nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada
keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).
 Fisik: dehidrasi, keadaan berat, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun,
porsio lunak pada vaginal touche, uterus besar sesuai besarnya kehamilan.
 Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left, benda
keton dan proteinuria.

D. Tingkatan dan Gejala Hiperemisis Gravidarum

Hiperemisis Gravidarum terbagi menjadi 3 tingkatan,yaitu :

 Hiperemisis Gravidarum Tingkat I


Hiperemisis Gravidarum tingkat I mempunyai gejala seperti : lemah,nafsu makan
menurun,nyeri epigastirum,penurunan tekanan darah sistolik,lidah kering,turgor
kulit kurang, dan mata cekung.
 Hiperemisis Gravidarum Tingkat II
Hiperemisis Gravidarum Tingkat II mempunyai gejala seperti : mual muntah
hebat,keadaan umum lemah, apatis,nadi kecil dan cepat,lidah kering dan
kotor,suhu badan meningkat (dehdrasi).
 Hiperemisis Gravidarum Tingkat III
Hiperemisis Gravidarum Tingkat III mempunyai gejala seperti : keadaan umum
jelek, mual muntah berhenti, kesadaraan menurun, suhu badan meningkat, tekanan
darah menurun sekali.

E. Komplikasi Hiperemisis Gravidarum

Hiperemisis Gravidarum dapat menyebabkan komplikasi selama kehamilan pada


organ tubuh,diantaranya seperti kelainan organ hepar,jantung,otak,dan ginjal. Adapun
kelainan di organ hepar menyebabkan degenerasi lemak pada jantung, pada otak
menyebabkan pendarahan bercak ,pada ginjal menyebabkan pucat.

F. Penanganan
 Rawat dirumah sakit, batasi pengunjung.
 Stop per oral 24-48 jam
 Infus glukosa 10% atau 5% ; RL =2 : 1, 40 tetes per menit
 Obat
 Vitamin B1, B2 dan B6 masing-masing 50-100 mg/hr/infus
 Vitamin B12 200 mcg/hr/infus, vitamin C 200/hr/infus
 Phenobarbital 30 mg IM 2-3 kali per hari atau chlorpromazine 25-50 mh/hr IM
atau diazepam 5 mg 2-3 kali per hari IM
 Antiemetik: prometazine (avopreg) 2-3 kali 25 mg per hari per oral atau
prochlorperazine (stimetil) 3 kali 3 mg per hari per oral atau mediameter B6 3
kali 1 per hari per oral
 Antasida : acidrine 3x1 tab per hari per oral atau mylanta 3x1 tab per hari per
oral atau magnam 3x1 tab per hari per oral
 Diet
 Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemis tingkat III. Makanan hanya berupa
roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-
2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam zat-zat gizi kecuali vitamin C
karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
 Diet hiperemisis II diberikan bila rasa mual dan muntah erkurang. Secara
berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman
tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat
gizi kecuali vitamin A dan D.
 Diet hiperemisis III diberikan kepada penderita dengan hiperemisis ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan.
Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.
2.2 Pre eklamsia dan Eklamsi

A. Definisi

 Preeklamsia

Pre-eklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa
dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita
hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan
tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan,
meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa kehamilan.

Kriteria minimum: tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg setelah umur
kehamilan 20 minggu, disertai dengan proteinuria lebih dari 300 mg/24 jam atau
dipstick lebih dari +1.

Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-


eklampsia ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi (ibu
hamil yang sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi
berlanjut selama kehamilan).

 Pre Eklamsia dibagi menjadi 2 golongan,yaitu :


1. Pre Eklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih atau kenaikan sistolik
30 mmHg atau lebih..
b. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg
atau lebih per minggu.
c. Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2+ pada
urin kateter atau midstream

2. Pre Eklamsi berat, bila disertai dengan keadaan sebagai berikut:


a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
b. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
c. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
d. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium.
e. Terdapat edema paru dan sianosis.

 Komplikasi yang terjadi pada preeklamsia:

A. Pada ibu :
1. Solusio Plasenta
2. Kelainan pembekuan darah
3. Gagal jantung hingga syok dan kematian

B. Pada Janin :
1. Prematur
2. Kematian dalam uterus
 Eklamsia
Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak teratasi
dengan baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang terkena
eklampsia juga sering mengalami kejang kejang. Eklampsia dapat menyebabkan
koma atau bahkan kematian baik sebelum, saat atau setelah melahirkan.
(Preeklamsia yang disertai dengan kejang tonik-tonik disusul dengan koma.)
Kejang –kejang pada eklamsia terdiri dari 4 tingkat :
1. Tingkat awal
 Berlangsung selama 30 - 35 detik
 Mata terbuka denga pandangan kosong
2. Tingkat Kejang Tonik
 Berlangsung sekitar 30 detik
 Lidah dapat tergigit
3. Tingkat Kejang Klonik
 Berlangsung 1 sampai 2 menit
 Mata melotot
 Lidah bisa tergigit sampai terputus
4. Tingkat Koma
 Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas

 Komplikasi yang terjadi pada preeklamsia berat dan eklamsia :


1. Solusio plasenta
Bisanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut
2. Hipofibrinogemia
Kadar fibrin dalam darah menurun
3. Edema paru
Pada eklamsia hal ini disebabkan oleh penyakit jantung

B. Penyebab umum :

 Hamil pada usia remaja atau diatas usia 40 tahun


 Memiliki riwayat preeklamsia atau eklamsia pada kehamilan sebelumnya
 Obesitas
 Mengalami hipertensi sebelum menjalani kehamilan
 Menjalani kehamilan yang dilakukan melalui donor sel telur atau inseminasi
buatan
 Mengalami kehamilan berganda
 Mengalami anemia sel sabit
 Memiliki system kekebalan tubuh yang lemah

Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu
 Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan
molahidatidosa
 Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
 Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus
 Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
C. Tanda dan Gejala

 Adanya gejala: nyeri kepala, gangguan virus, rasa panas dimuka, dyspnea, nyeri
dada, mual muntah, kejang.
 Penyakit tedahulu: adanya hipertensi dalam kehamilan, penyulit pada pemakaian
kotrasepsi hormonal, penyakit ginjal, dan infeksi saluran kencing.
 Riwayat pnyakit keluarga: riwayat kehamilan dan penyulitnya pada ibu dan
saudaranya perempuannya.

 Tanda Pre-Eklampsia

Selain bengkak pada kaki dan tangan, protein pada urine dan tekanan darah tinggi,
gejala preeklampsia yang patut diwaspadai adalah :

1. Berat badan yang meningkat secara drastis akibat dari penimbunan cairan dalam
tubuh
2. Nyeri perut
3. Sakit kepala yang berat
4. Perubahan pada refleks
5. Penurunan produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama sekali
6. Ada darah pada air kencing
7. Pusing
8. Mual dan muntah yang berlebihan
9. Udem
10. Hipertensi
11. Proteinuria
E. Penanganan
1. Pencegahan
 Diet yangn tepat dan sesuai
 Cukup istirahat
 Pengawasan antenatal
 Nutrisi yang cukup
 Perbanyak minum
2. Penanggulangan
 Bed rest
Menunggu waktu kelahiran bayi dengan istirahat total agar tekanan darah turun
dan meningkatkan aliran darah menuju plasenta, agar bayi dapat bertahan.
 Pengobatan yang sesuai
Obat yang biasa direkomendasikan yaitu pemakaian obat penurun tekanan
darah. Pada preeklamsia parah, obat corticosteroid dapat memperbaiki fungsi
hati dan sel darah. Obat ini juga dapat membantu paru-paru bayi tumbuh bila
harus terjadi kelahiran premature.
 Melahirkan
Ini adalah cara terakhir mengatasi pre eklamsia. Pada pre eklamsia akut/parah,
yang akan mengaanjurkan kelahiran premature untuk mencegah kemungkinan
terburuk. Kelahiran ini juga diperlukan kondisi minimal, seperti kesiapan tubuh
ibu dan kondisi janin.

2.3 Kelainan dalam lamanya kehamilan

A. Definisi

Kehamilan serotinus atau kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yanng telah
berlangsung selama 42 minggu (294 hari) atau lebih, pada siklus haid teratur rata-rata
28 hari dan hari pertama haid terakhir diketahui dengan pasti. Diagnosa usia
kehamilan lebih dari 42 minggu didapatkan dari perhitungan rumus neagle atau
dengan tinggi fundus uteri serial.

B. Penyebab

Penyebab terjadinya kehamilan lewat bulan pada umumnya tidak diketahui secara
pasti, beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab antara lain:

 Cacat bawaan: an encefalus


 Defisiensi sulfatase plasenta
 Pemakaian obat-obatan yang berpengarug pula sebagai tokolitik anti prostaglandin:
albutamol, progestin, asam mefenamat dan sebagainya
 Tidak diketahui penyebabnya

Hal ini juga disebabkan karena:

 Penurunan kadar estrogen, pada kehamilan normal umumnya tinggi


 Pada kasus insufisensi plasenta/andrenal janin, hormone prokusor yaitu
isoandrosteron sulfat diekresikan dalam cukup tinggi konversi menjadi estradiol
dan secara langsung estriol di dalam plasenta, contoh klinik mengenai defisiensi
prekusor estrogen adalah anensefalus.
C. Tanda dan Gejala

Prognosis serotinus tidak seberapa sulit apabila siklus haid teratut dari haid terakhir
dikrtahui pasti. Dalam menilai apakah kehamilan matur atau tidak, beberapa
pemeriksaan dapat dilakukan:

 Berat badan ibu turun dan lingkaran perut mengecil dan air keuban berkurang
 Pemeriksaan rontgenologik: dengan pemeriksaan ini pada janin matur dapat
ditemukan pusat osifikasi pada os cuboid, bagian distal femur dan bagian
proksimal tibia, diameter bipariental kepala 9,8 cm lebih. Keberatan pemeriksaan
ini adalah kemungkinan pengaruh tidak baik sinar rongen terhadap janin.
 Pemeriksaan dengan USG: dengan pemeriksaan ini diameter biparental kepala
janin dapat diukur dengan teliti tanpa bahaya,
 Pemeriksaan sitologi liquor amnion. Amnioskopi dan periksa pH-nya dibawah 7,20
dianggap sebagai tanda gawat janin.
 Pemeriksaan sitologik vagina untuk menentukan infuise plasenta dinilai berbeda-
beda
 Rasio lesitin-sfingomielin denngan Thin layerChromatography atau dengan Shake
foam Test, aktifitas tromboplastin dalam cairan amnio.
D. Penanganan
1. Setelah usia kehamilan klebih dari 40 minggu yang penting adalah monitoring
janin sebaik-baiknya
2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat
3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah
matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi
4. Bila (a) riwayat kehamilan yang lalu ada kehamilan janin dalam rahim (b) Terdapat
hipertensi, pre eklamsi dan (c) Kehamilan ini adalah anak pertama karena
infertilitas, atau (d) pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu, maka ibu dirawat
dirumah sakit
5. Tindakan operasi Sectio Cesarea dapat dipertimbangkan pada
 Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
 Pembukaan yang belum lengkap
 Persalinan lama
 Terjadi tanda gawat janin
 Primigravida tua
 Kematian janin dalam kandungan
 Pre eklamsia
 Hipertensi menahun
 Infertilitas
 Kesalahan letak janin

2.4 Perdarahan kelainan ektopik

A. Definisi

Adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi di luar endometrium


uterus. Dalam keadaan normal ovum yang telah dibuahi (blastocyst) akam
berimplantasi disepanjang endometrium kavum uteri.

Lokasi Kehamilan Ektopik,kebanyakan kehamilan ekstrauterin terjadi pada


Tuba Falopii ( gestasi ektopik ), tetapi jarang ovum yang fertile berimplantasi pada
permukaan ovarium atau serviks uterin. Sangat jarang ovum yang fertil berimplantasi
pada omentum ( kehamilan abdominal ).

Fungsi normal tuba adalah transportasi ovum, spermatozoa dan zigot ; tempat
terjadinya konsepsi; tumbuh kembang zigot menjadi blastokis untuk siap melakukan
nidasi pada endometrium; dan menjadi tempat transportasi hasil konsepsi menuju
uterus untuk nidasi.
Klasifikasi kehamilan ektopik:

 Kehamilan tuba: interstisial, isthmus, ampula, fimbrial


 Kehamilan ovarial
 Kehamilan abdominal
 Kehamilan tubo-ovarial
 Kehamilan intraligameter
 Kehamilan servikal
 Kehamilan tanduk rahim rudimenter

B. Penyebab

1. Infeksi dan kerusakan tuba


Pada pasien dengan kerusakan tuba secara odds ratio memiliki kemungkinan 3,5
kali mengalami kehamilan ektopik. Gangguan tuba biasanya disebabkan oleh
infeksi pelvis.
2. Salingitis Isthmica Nodosa
Adalah suatu gangguan berupa penebalan pada bagian proksimal tuba fallopi
dengan divertikula luminal multiple. Patologi ini meningkatkan kemungkinan
kehamilan ektopik 52% lebih tinggi.
3. Diethylstilbestrol
Eksposur dietilbestrol menyebabkan gangguan morfologi tuba falopii dengan
menyebabkan berkurang atau hilangnya jaringan fimbria, mengecilkan panjang dan
mutu tuba. Gangguan ini menyebabkan peningkatan kemungkinan kehamilan
ekstrauterin 5 kali lipat.
4. Merokok
Pasien merokok memiliki peningkatan kemungkinan kehamilan ektopik, diduga
disebabkan oleh adanya gangguan imunitas (sehingga mudah terkena infeksi
pelvis), gangguan pergerakan tuba.
5. Kontrasepsi
IUD, ligasi tuba, sterilisasi tuba dengan elektrokoagulasi dan kontrasepsi oral
darurat meningkatkan kemungkinan untuk kehamilan ektopik. Sedangkan
kontrasepsi barier menurunkan kemungkinan kehamilan ektopik dengan
menurunkan kemungkinan infeksi pelvis.

C. Tanda dan Gejala

 Abdominal menstruation: amenorea, vaginal spotting dengan derajat yang


bervariasi, biasanya darah berwarna gelap kecoklatan dan keluarnya intermitten
ataupun kontinue.
 Perasaan nyeri dan sakit yang tiba-tiba di daerah abdomen dan pelvik, yang dapat
menandakan rupturnya kehamilan ektopik, atau bisa terjadi sebelum terjadinya
ruptur. Gejala gastrointestinal seperti muntah juga dapat muncul disertai pusing,
lemas, hingga pingsan.
 Pleuritic chest pain, bisa terjadi akibat iritasi diafragma akibat perdarahan.
 Perubahan uterus, uterus dapat tumbuh membesar pada 3 bulan pertama akibat
hormon yang dilepaskan plsenta. Uterus dapat terdesak ke sisi yang berlawanan
dengan masa ektopik.
 Tekanan darah normal, kecuali bila terjadi ruptur, perubahan yang terjadi antara
lain adanya peningkatan ringan, respon vasovagal seperti bradikardi dan hipetensi
ataupun penurunan tensi tajam disertai peningkatan nadi bila perdarahan terus
berlangsung dan hipovolemia.
 Temperatur, setelah perdarahan akut suhu tubuh dapat turun, atau meningkat >38 0
C bila ada infeksi.
 Tanda Cullen: sekitar pusat atau linea alba kelihatan biru hitam dan lebam
 Trias KET (Kehamilan Ektopik Terganggu): amenorea, nyeri dan perdarahan per
vaginal.

D. Penanganan

 Segera bawa ke rumah sakit


 Tranfusi darah dan pemberian cairan untuk mengkoreksi anemia dan hipovolemia
Bila ada tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah.
Pemberian cairan pada penanganan syok hipovolemik:
 Untuk memulihkan status volume, pasang 2 jalur intravena, berikan 1-2 L
kristaloid seperti NaCl 0,9% atau RL secara intravena selama 30-60 menit,
sambil memantau tanda-tanda edema paru, dan teruskan pemberian cairan
berdasarkan tanda vital
 Berikan komponen sel darah merah untuk mempertahankan hematokrit 30%
 Operasi segera dilakukan setelah diagnosi dipastikan
Kehamilan ektopik dapat diterapi secara pembedaharaan ataupun farmakologis.
Pemilihan terapi tergantung dari kondisi klinis pasien, letak kehamilan ektopik, dan
sumber daya yang tersedia.
Daftar Pustaka
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2012. Buku Ajar Pengantar Kuliah Teknik Operasi
Obstetri dan Keluarga Berencana. Jakarta: CV. Trans Info Media
Prawirohardjo, S. (2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP
Nugroho, Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
https://www.scribd.com/doc/76089632/SAP-Pre-Eklamsia-Eklamsia

Anda mungkin juga menyukai