Anda di halaman 1dari 16

Nama Kelompok 3:

1. M Ferry Iswan P
2. Niken Savira O
3. Nailatul Mufidah
4. Niken Tunjungsari
5. Nor Azizah
6. Nur Alimi
7. Nur Hariroh
8. Nurul Fadlilah
9. Oktavia Anggaraini
10. Ony Indriani
11. Putri Setyaningrum
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN EFUSI PLEURA
PENGERTIAN
PENGKAJIA
KEPERAWATAN
PENANDA KLINIS
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PATOFISIOLOGI
RENCANA
TINDAKAN
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
PENGERTIAN
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang
pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun
biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat
berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan
transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus
(Baughman C Diane, 2000)

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang


pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan
parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit
lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah
kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas
yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa
adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Klasifikasi Efusi Pleura
1.      Efusi pleura transudat

2.      Efusi pleura eksudat


PENANDA KLINIK
Kebanyakan efusi pleura bersifat asimtomatik, timbul gejala sesuai dengan penyakit
yang mendasarinya. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri
dada pleuritik. Ketika efusi sudah membesar dan menyebar, kemungkinan timbul
dispnea dan batuk. Efusi pleura yang besar akan megakibatkan nafas pendek. Tanda
fisik meliputi deviasi trakea menjauhi sisi yang terkena, dullnes pada perkusi dan
penurunan bunyi pernapasan pada sisi yang terkena. (Irman Soemantri, 2007 Hal.
98)
Manifestasi klinik yang muncul ( Tierney, 2002 dan Tucker , 1998 ) adalah:
a.       Sesak nafas
b.      Nyeri dada
c.       Kesulitan bernafas
d.      Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi
e.       Keletihan
f.       Batuk
PATOFISIOLOGI
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk
membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini
dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik,
tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh
kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir
kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter
seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada
hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia),
peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat
dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada
gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan
hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun.
Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar
langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi.
Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat
kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.
PENATALAKSANAAN
1.      Terapi
a. Pleuritis tuberkulosis
Pengobatan dengan obat-obat anti tuberkulosis paru
(Rifampisim, INH, Pirozinamid atau etambutol).
b. Efusi pleura karena neoplasma
Pengobatan dengan kemoterapi dan mengurangi timbulnya
cairan dengan pleurodesis memakai zat-zat tetrasuklin.
c. Efusi karena prankreatitis
Pengobatannya dengan cara memberikan terapi peritoneo
sentesis disamping terapi dengan diuretic terapi terhadap
penyakit asalnya.
2.      Tindakan Medis
d.  WSD (Water Sealed Drainage )
e. Torakosintesis
f. Pemberian antibiotik, Jika ada infeksi
g. Pleurodesis
h. Biopsi pleura : untuk mengetahui adanya keganasan
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian 
a.       Identitas Pasien 
b.      Keluhan Utama 
c.       Riwayat Penyakit Sekarang 
d.      Riwayat Penyakit Dahulu 
e.       Riwayat Penyakit Keluarga 
f.       Riwayat Psikososial 
2.       Pengkajian Pola Fungsional
a.      Pola nutrisi dan metabolisme 
b.      Pola eliminasi 
c.       Pola aktivitas dan latihan 
d.      Pola tidur dan istirahat 
3.      Pemeriksaan Fisik 
a.     Status Kesehatan Umum  
b.     Sistem Respirasi 
c.      Sistem Cardiovasculer 
d.      Sistem Pencernaan
e.      Sistem Neurologis 
f.      Sistem Muskuloskeletal
g.      Sistem Integumen 
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi
udara/cairan), gangguan musculoskeletal, nyeri/ansietas, proses
inflamasi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya
akumulasi sekret jalan napas
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
kemampuan ekspansi paru, kerusakan membran alveolar kapiler
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan  penurunan keinginan makan sekunder
akibat dyspnea
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang tidak
adekuat mengenai proses penyakit dan pengobatan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa: Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif berhubungan dengan
adanya akumulasi sekret jalan napas
Kriteria hasil:
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
3. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat
menghambat jalan nafas
Intervensi:
Airway Management
·         Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu
·         Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
·         Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
buatan
·         Pasang mayo bila perlu
·         Lakukan fisioterapi dada jika perlu
·         Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
·         Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
·         Lakukan suction pada mayo
·         Berikan bronkodilator bila perlu
·         Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
·         Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
·         Monitor respirasi dan status O2
Diagnosa:
Pola Nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan)

Kriteria Hasil:
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

Intervensi
Terapi Oksigen
·         Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
·         Pertahankan jalan nafas yang paten
·         Atur peralatan oksigenasi
·         Monitor aliran oksigen
·         Pertahankan posisi pasien
·         Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
·         Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Diagnosa:
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan ekspansi
paru, kerusakan membran alveolar kapiler

Kriteria Hasil:
1. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
2. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
3. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
4. Tanda tanda vital dalam rentang normal
Intervensi
Respiratory Monitoring
1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular dan intercostal
3. Monitor suara nafas, seperti dengkur
4. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
7. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi
pada jalan napas utama
9. Aauskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya

Anda mungkin juga menyukai